4. Respon

56 7 1
                                    

"Ra, lo dengerin gue gak sih?" ucap seorang gadis sembari menggoyang-goyang kan tubuh Clara.

"Apasih la? Ganggu deh." Clara melepaskan Headset dari telinganya dan berganti menatap Lala.

Clara paling benci dengan keadaan ini. Tahu mengapa? Dia paling tidak suka di ganggu jika sedang mendengarkan musik karena musik sudah jadi bagian dari hidup Clara. Gadis ini tidak pernah sedikit pun terlepas dari musik.

Makan, mandi, belajar, main, mengobrol dan segala aktifitas yang dilakukan Clara pasti tidak jauh dari musik. Hingga saat ini pun Lala bercerita hingga panjang kali lebar, Clara masih tetap bersenandung dengan musik yang terlontar keluar dari Headsetnya.

"Ra, please. Gua kemaren putus sama Kak Andri."

"HAH?" suara Clara memenuhi seluruh ruangan kelas yang sepi setelah mendengar kata-kata dari sahabatnya, Lala.

Lala dan Clara meminta maaf kepada teman-temannya karena terganggu atas teriakan dari Clara, untung saja tidak ada guru yang sedang mengajar. Bisa mati duduk Clara!

"Bohongan kali hehe," Lala menampilkan cengirannya.

"Sialan!" Clara melontarkan satu pukulan pada bahu Lala.

"Lagian lo sih dengerin musik terus."

"Udah deh jangan ganggu, mau ngomong apasih?" Clara masih menatap sinis Lala.

Lala menyeringai mendengar pertanyaan Clara. Sahabatnya itu pasti akan sangat bahagia jika mengetahui rencananya dan akan memuji-muji dirinya.

"Gua mau ngajak lo ke konser Taylor Swift bulan depan. Mau ikut ga?"

"HAH?" ternyata ekspentasi Lala salah, gadis itu malah berteriak bukannya memuji-muji dirinya karena senang.

Lala menghela napasnya pelan dan mereka berdua kembali minta maaf kepada teman-teman di kelasnya karena teriakan Clara lagi.

"Stop teriaknya, Ra!"

"Maaf La. Tadi apa? Taylor Swift? Gila gila gak mungkin kan gak mungkin?" dan kini Clara menguncang-guncangkan tubuh Lala seperti tidak percaya.

"Apanya yang gak mungkin?" Lala tersenyum melihat tingkah sahabatnya yang sangat antusias jika ia membicarakan Taylor Swift.

"Gua nonton konser Taylor Swift? Gila itu gak mungkin La, yaampun idola gueeee."

"Duh Clara, iya tenang nanti gua cariin tiketnya." Lala terlalu capek di guncang-guncang tubuhnya oleh Clara.

"Cinta banget gua La sama lo!" dan kini Clara memeluk erat Lala.

"Iyaiya kalo ada maunya baru cinta." Clara tertawa kecil mendengar jawaban yang dilontarkan oleh Lala.

"Bestie banget deh lo pokoknya." bukannya melepaskan pelukannya, Clara malah memeluk Lala semakin erat hingga ia kehabisan napas.

"Ah Clara gue sesek napas, lepasin!" Clara melepaskan pelukannya dan tersenyum senang.

Lala sangat bahagia melihat sahabatnya tersenyum bahagia seperti ini. Baginya yang terbaik saat ini adalah melihat orang yang sangat ia sayang tersenyum karnanya.

"Ra, kantin yuk." ajak Lala dan di balas oleh anggukan.

Mereka berdua mencari tempat duduk yang kosong di kantin. Kantin ini memang tidak pernah sepi seperti lautan manusia setiap harinya.

Anehnya mereka selalu mendapatkan tempat duduk yang kosong walaupun susah untuk melewati banyaknya manusia di kantin. Tak di sangka meja yang mereka duduki berhadapan dengan meja tiga laki-laki yang mereka kenal.

Salah seorang laki-laki memberi senyuman kepada Lala dan ia adalah Andri. Ryan menengok dan membisikan sesuatu kepada teman laki-laki di hadapannya dan ia menengok serta menampilkan senyumnya. Laki-laki itu tersenyum bahagia melihat Clara ada di belakangnya.

"Ra, Kak Rasya ngeliatin lu tuh," Lala menyikut Clara dan menampilkan senyum menyeringainya.

"Maksud lo Kak Firman?" tiba-tiba Clara menatap sinis Lala seperti tidak senang dengan ucapannya barusan.

"Lu udah tau nama aslinya Firman? Cie nyari tau di mana lu?" kini Lala tertawa kecil hingga Clara tambah menajamkan tatapannya.

Clara tidak menjawab dan Lala pun tutup mulut tidak ingin membicarakannya lagi. Ia tahu Clara bisa dibilang gadis yang sangat anti dengan laki-laki.

Lala melontarkan pertanyaan kepada Clara, "Mau pesen apa?"

"Jus tomat mix mangga ya." Lala mengangguk dan segera memesankan pesanan mereka.

Tak usah menunggu lama, jus pesanan keduanya sudah datang dan Clara langsung meminumnya seperti orang yang sangat kehausan.

"Tapi gua bingung deh La, kok Kak Firman selalu izin keluar kelas setiap pelajaran emak gua ya?" mata Clara tidak lepas memperhatikan punggung Firman karena posisi Firman memunggungi Clara.

Lala tersenyum mendengar ucapan dari Clara, ia tahu bahwa sahabatnya juga perhatian dengan Firman namun memang gengsinya untuk mengakui lebih besar.

Clara mengetahui bahwa kini Lala pasti sudah berpikiran yang aneh-aneh, "Gua cuma bingung, bukan perhatian La."

"Hahaha akuin aja kali," Clara tidak menanggapi perkataan dari Lala, ia sedang sibuk mencari musik yang pas untuk didengar.

"Kenapa sih Ra, lo enggak respon Kak Firman aja?" pertanyaan Lala sukses membuat Clara terkekeh dan memberhentikan niatnya untuk mendengarkan musik.

Clara tersenyum kecil, "Gua gak suka dia." singkat namun jawaban Clara sangat menyakitkan jika Firman mendengarnya.

"Tapi Kak Firman udah ngejar lo 3tahun lamanya, Ra."

"Tapi gua ga tertarik sedikit pun." dan kini telinga Clara sudah terisi Headset.

Lala menghela napas, ia mengerti betapa kerasnya sifat Clara. Lala bersyukur mereka hanya berhadapan dan bukan satu meja bersama Firman, Andri dan Ryan.

Walaupun jarak meja mereka dengan ketiga laki-laki itu tidak ada satu meter namun tidak memungkinkan suara Clara dan Lala terdengar dengan keadaan kantin yang amat sangat berisik.

"La, ke kelas duluan ya." ucap salah seorang laki-laki di hadapannya dengan senyuman.

"Iya, Ndri." Lala membalas senyumannya.

"Ra, La ke kelas duluan ya," kini Ryan yang berpamitan kepada keduanya. Lala ternsenyum begitu juga dengan Clara, walaupun hanya tipis bahkan tidak terlihat seperti tersenyum bagi Lala.

"Clara, duluan ya." sekarang giliran sosok laki-laki yang menyukai Clara. Ia mengacak puncak rambut Clara sambil tersenyum.

Clara mendengus kesal atas perlakuan laki-laki tersebut hingga menatapnya sinis, namun laki-laki itu masih saja menampikkan senyuman tulusnya untuk Clara. Lala tersenyum melihat perlakuan Firman, laki-laki itu tetap berusaha walaupun Clara tidak menyukainya sedikit pun.

Setelah Firman, Andri dan Ryan keluar dari kantin. Clara dan Lala pun berniat untuk kembali ke kelas tapi sebelumnya mereka membayar minuman yang mereka pesan terlebih dahulu.

Selama perjalanan ke kelas mereka berdua masih bergeming, Clara pun sibuk bersenandung. Lala tidak suka dengan keadaan canggung ini, tapi ia mengerti tipikal sifat yang dimiliki sahabatnya.

Sementara Clara masih bergeming karena kesal Lala terus menerus membicarakan Firman. Di lain posisi keadaan Firman malah sangat bahagia sekali karena bertemu dengan Clara di kantin hingga ia tidak bisa berhenti senyum.

"Yan, Ndri, Clara makin hari makin bikin tambah cinta." ucap Firman menyeringai dan di balas ledekan oleh Ryan,

"JIJIK!"

Stay?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang