Dream

1.2K 78 4
                                    

Happy Reading Bestie!💜

Jangan lupa vote dan komentar yaw😉

***

"Selesai." Kata lelaki yang terbalut seragam operasi itu kemudian berjalan menuju ruang ganti. Menganti seragam operasi dengan jas putih yang dengan susah payah ia dapatkan.

"Dokter Giaz, orang tua pasien menunggu kabar baik dari anda." Ya, lelaki itu Giaz. Dokter muda ahli bedah yang memiliki paras sangat tampan.

Giaz mengangguk kemudian berjalan menuju pintu keluar diikuti dengan rekan susternya. Saat pintu terbuka yang pertama Giaz lihat adalah wajah berharap dari kedua orang tua pasien.

"Bagaimana, Dok? Operasi anak saya lancarkan?" Tanya seorang wanita yang masih tergolong muda.

Giaz tersenyum, "Semua berjalan lancar, ini semua berkat doa kalian."

Wajah berharap itu pun tergantikan dengan wajah bahagia. Wajah yang selalu Giaz harap kan saat ia selesai melakukan operasi besar.

"Kalau begitu saya permisi." Pamit Giaz yang dibalas ramah.

"Terimakasih, Dokter."

Sepanjang jalan menuju ruangannya, banyak suster maupun sesama Dokter menyapa dirinya dengan ramah. Dan saat hendak membuka pintu ruangan handphone-nya berdering, terdapat nama Bunda dilayar sana.

"Hallo?"

"Hallo sayang. Gimana operasinya? Lancar, nak?"

Giaz berjalan masuk, duduk dikursi kehormatannya. "Alhamdulillah lancar, semua berkat doa Bunda."

"Alhamdulillah. Doa Bunda selalu ada buat kamu."

Giaz tersenyum. Dia beruntung memiliki Bunda seperti Bundanya. Bundanya selalu ada disaat dia susah mau pun tidak susah. Bundanya selalu menjadi orang pertama yang mendukung dirinya secara mati-matian.

"Makasih, Bun." Kata Giaz tulus. Ungkapan tulus mungkin tidak seberapa dengan apa yang Bundanya lakukan kepada dirinya. "Ngomong-ngomong, ada apa bunda nelpon?"

"Gapapa. Bunda cuman kangen dengan anak ganteng Bunda." Giaz tertawa padahal baru beberapa jam lalu ia menemani Bunda berkunjung ke rumah sahabatnya, Tante Hani, yang berakir dengan mengantar anak perempuan Hani ke Mall.

Seketika ia menginggat kejadian memalukan itu. Bagaimana bisa dia tidak melihat ada Mall sebegitu besarnya dan malah berfikir Guel meminta turun ditengah jalan untuk mencari taxi. Sepertinya ini pengaruh sinetron kesukaan Bundanya.

"Gita kapan pulang, Bun?" Tanya Giaz. Setelah sadar dari lamunanya dan kembali mendengar Bunda bercerita tentang Gita.

Gita Anggraini Saudara kembar sekaligus adik perempuannya. Sekarang, Gita sedang berlibur ke Negeri paman sam. Entah libur dalam rangka apa padahal perusahan Ayah dalam keadaan maju pesat yang berarti membutuhkan sosok Gita untung membantu perusahaan.

"Nanti pas hari istimewa kamu juga dia bakal pulang."

Hari istimewa? Giaz langsung menarik kalender dihadapannya, melihat tanggal dan bulan berapa sekarang. Tanggal 15 bulan November 2020. Ulang tahun dirinya sudah lewat beberapa bulan lalu. Ditambah kalo emang hari ulang tahun itu hari istimewa, istimewanya bukan hanya untuk ia saja. Tetapi untuk Gita juga.

"Hari istimewa apa?" Tanya Giaz penasaran.

"Nanti juga kamu bakal tau, sayang." Jawab Elsa yang membuat Giaz mengernyit penasaran. "Kalo gitu, Bunda tutup dulu ya. Nanti kita ngobrol lagi dirumah."

Setelah telpon tertutup, Giaz menatap meja kerjanya. Matanya tertuju pada bingkai foto. Bingkai foto berwarna pink dengan berbagai macam love menghiasi bingkai itu. Didalam bingkai foto itu terdapat sebuah foto dimana dia baru memasuki kegiatan Dokter Muda diumur 14 tahun, dimana dia juga bertemu dengan gadis kecil yang bercita-cita menjadi seorang Dokter. Gadis cantik itu pun juga tersenyum menatap kamera dengan mengunakan jas putih kebesaran miliknya.

Giaz tersenyum.

"Kapan kita bertemu lagi?" Gumam Giaz pelan yang lebih tepat bertanya sembari mengusap foto itu.

Tidak hanya ingin bertemu. Giaz juga ingin menepati sebuah janji yang ia berikan kepada gadis itu. Masa bodo dengan ingat atau tidak gadis itu tentang janji dan suka atau tidak gadis itu pada dirinya.

Setidaknya dia pernah serius diumur yang terbilang masih sangat bocah ingusan.

***

"Cape." Kata Guel pelan seraya menjatuhkan tubuhnya diatas kasur empuk.

Bagaimana tidak cape? Mengitari Mall lebih dari 2 kali dan keluar masuk toko dengan kantung belanja yang berbeda-beda?

"Guel?" Panggil seseorang dari balik pintu kamarnya.

"Masuk." Teriak Guel. Dan tak lama kemudian pintu terbuka.

Juha yang masih mengenakan pakaian kantor yang jauh dari kata rapi berjalan mendekat kerah adik perempuannya yang tertidur ditengah-tengah kasur.

"Kenapa?"

Juha tidak menjawab melainkan mengambil duduk dipinggir kasur. Menimbang-nimbang untuk meminta bantuan sang adik atau meminta bantuan para sahabatnya saja.

"Kenapa?" Tanya Guel lagi sambil menatap punggung Juha.

"Dikit lagi Sintia Ulang tahun."

Guel menaiki sebelah alisnya tidak mengerti. Apa hubungannya Sintia dengan dirinya.

Juha menoleh kearah Guel yang sedang menatap langit-langit kamar dengan alis yang terangkat. Juha tau, Guel sengaja diam agar dirinya kembali berbicara.

"Gue bingung mau ngasih kado apa." Jelas Juha yang sedari tadi ditunggu-tunggu oleh Guel.

Mendengar itu, Guel tertawa kemudian merubah posisinya menjadi duduk disebelah Juha lalu melihat wajah sang kakak yang malu bercampur kesal.

"Jadi, lo minta saran gue gitu?" Tanya Guel masih dengan wajah menahan tawa.

Juha mengangguk.

Guel berdehem sebelum kembali berbicara. "Saran gue sih, lo ngasih kadonya yang anti meinstream. suprise double kado terindah gitu."

Juha menimbang nimbang saran yang Guel berikan. "Suprise double kado gimana?"

"Itu, lo lamar atau nggak tunangan sama kak Sintia gitu."

Juha menoleh kearah Guel, "jadi, maksud lo gue bikin suprise pesta ulang tahun sekalian ngelamar dia gitu?"

"Pinter!" Guel tersenyum.

Juha mengangguk-angguk menyetujui semua ide Guel. "Pinter juga lo, Guel."

Guel mengangkat bahunya sombong. "Fraguela Putri!"

"Tapi sayang.." Gantung Juha yang membuat Guel menoleh kearahnya.

"Sayang kenapa?"

"Gak laku-laku alias jomblo!" Lanjut Juha, berancang-ancang untuk menghindari pukulan Guel.

Dan benar, Guel sudah memukuli Juha, tidak memperdulikan ringisan sakit dari Juha.

"Tau ah bete gue. Udah dibantuin juga!" Sungut Guel sebal, mengakiri pukulannya.

Juha tertawa, "Nih ya! Dari pada lo masih jomblo dan nungguin si pemilik danau Toba mending lo sama Giaz. Cakep kemana-mana kece badai lagi. Dan yang paling penting..." Juha mengantungkan ucapannya. Berjalan kearah Guel untuk berbisik, "Belum punya tunangan."

Setelah itu Juha berlari terbirit-birit keluar dari kamar Guel. Tidak memperdulikan adik perempuannya yang sudah berteriak keras.

***
Tbc

Goresan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang