Chapter 7: Ulangan Tengah Semester

134 11 5
                                    

Aura hitam memenuhi kelas 12 IPA 7. Tangisan, rasa kesal, ketakutan. Itulah yang tengah melanda kelas ini. Dihadapan mereka, sang guru tersenyum dengan wajah malaikat. Tanpa dosa. Namun bagi para murid ia seperti algojo yang siap memenggal kepala mereka.

"Ughh.. ini dia! Hari yang paling suram bagi anak sekolah akhirnya tiba!", kata Ryan sambil menangis di tempat duduknya.

"Kenapa?! Kenapa hal ini harus ada?!", teriak Samuel sambil memukul-mukul mejanya.

"Lebay ah. Cuma UTS kok. Dunia belum kiamat, tau", kata Cella

"Elu sih enak, Cel. Pinter. Kita-kita ini. Iya enggak, Min?", kata Farhan lalu melirik ke Yasmine

"Kagak ah. Itu sih kau aja. Aku udah pintar karena les di Bimbel Cella", jawab Yasmine sambil memukul punggung Cella yang duduk didepannya.

Farhan menghela nafasnya. Menggaruk kepalanya, lalu duduk terdiam meratapi nasibnya.

"Baiklah anak-anak, akan kakak jelasin aturan UTSnya", kata Kak Rini sambil menepuk tangannya.

"UTSnya sama kayak yang biasa, 20 soal pilihan berganda dan 10 soal isian. Untuk pelajaran menghitung isiannya cuma 5", jelas Kak Rini.

"Para guru udah sepakat kalau kita ngerjain UTSnya di gedung utama. Bukan dikelas ini. Jadi untuk sementara kelas ini ditutup", kata Kak Rini.

"Di gedung utama? Berarti kita dibolehin masuk ke gedung utama?", tanya Luna.

"Iya. Di ruang Multimedia", jawab Kak Rini.

"Satu ruangan aja kak?", tanya Yasmine sambil mengangkat tangannya.

"Iya. Kata mereka sia-sia nyiapin dua ruangan untuk kita", jawab Kak Rini lagi.

Semua terdiam. Mereka semua masuk kedalam pikiran mereka masing-masing. Mencoba mencari cara untuk mengalahkan UTS yang menghadang didepan mereka.

Hari pun berlalu. Persiapan menghadapi UTS mulai dilakukan. Namun, entah kenapa kali ini tidak seperti biasanya. Semangat mereka yang biasanya berapi-api dan tak pernah padam, kali ini hanya menyala sekecil api lilin. Mungkinkah rintangan ini terlalu berat bagi mereka? Akankah ini menjadi akhir dari perjuangan mereka melawan takdir?

Meja-meja disusun membentuk beberapa kelompok. Para murid duduk mengelilingi meja itu dengan seorang murid yang paling hebat di salah satu bidang sebagai guru. Tentu semua ini adalah idenya Cella. Ia berharap jika dibuat susunan seperti ini, murid yang lain akan lebih mudah untuk menghadapi kesulitannya. Tapi sepertinya itu hanya dalam imajinasi Cella saja.

"Dulu waktu di semangatin sama neng Cella rasanya semangat banget mau belajar. Tapi pas begini, rasanya kayak ketiban lembu", kata Andre dengan wajah sedih. Andre adalah seorang murid pria berbadan tinggi dan besar seperti Reno. Namun wajahnya yang polos dan asalnya yang dari kampung membuatnya sering dibodoh-bodohi oleh teman-temannya.

"S-semangat dikit dong belajarnya. Rasanya enggak kayak ketimpa lembu kok. Paling kayak ketimpa sapi aja", kata Luna mencoba menyemangati. Tapi wajah Luna yang polos dan lucu itu sama sekali tak memberi kesan menyemangati.

"Lembu sama sapi itu beda tipis, Luna!", kata Samuel kesal.

"Tapi kata 'Les Privat' memberi kesan erotis tersendiri. Bener gak, Han?", tanya Samuel pada Farhan yang tengah bingung dalam perhitungannya.

"Les privat yang aku tau itu biasanya melakukan hal ***** dan **** atau bahkan ******", sambung Samuel yang telah masuk kedalam imajinasinya

"Insyaf lu coeg. Ingat! Siksaan Cella atau Yasmine teramat kejam", kata Farhan sambil terus fokus pada perhitungannya.

Senyum KelulusanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang