Chapter 15: Senyum Kelulusan

268 12 3
                                    

Peperangan terakhir, sebuah medan perang besar bernama Ujian Nasional telah lama selesai. Seluruh jiwa dan raga telah dikerahkan, seluruh cara telah digunakan, hanya untuk melewati medan peperangan terakhir ini. Sekarang. Hanya satu hal yang mereka tunggu. Selembar kertas yang akan menghantarkan mereka menuju masa depan mereka. Apakah masa depan mereka cerah, ataukah suram, hasil inilah yang akan menentukannya. Namun sebelum itu, ada hal bernama 'Perpisahan' yang harus mereka hadapi.

Perpisahan adalah hal yang menyakitkan. Didalam hati kita, tentu kita sering berharap agar saat-saat bersama teman-teman kita akan bertahan selamanya. Namun kita tau. Kita sangat tau, bahwa pada akhirnya, kita harus melepaskan ikatan dengan mereka. Kita harus melepaskan genggaman tangan mereka. Kita harus berdiri di sebuah jalan, dimana mereka tak akan lagi berdiri bersama kita. Dan yang paling menyakitkan, kita harus mengucapkan 'selamat tinggal' pada mereka. Singkat bukan? Tapi rasanya begitu mengiris hati.

"Ah.. Akhirnya tiba juga ya.. Hari perpisahan", kata Cella diperjalanannya menuju kelas mereka bersama Reno.

"Rasanya cepat banget. Aku masih ingat masa-masa kita MOS. Dan sekarang kita udah tamat aja", sambungnya.

"Masa-masa yang indah, ya kan?", tanya Reno sambil tersenyum. Sesampainya mereka didepan kelas, teman-teman mereka sudah berkumpul. Dengan pakaian yang indah dan rapi.

"Wah wah, ngapain pada ngumpul? Bukannya udah sepakat kalau hari ini kita mau mencar-mencar?", tanya Cella.

"Ya pertama ngumpul-ngumpul dulu lah. Kata Yasmine kita bagusnya maaf-maafan dulu", jawab Farhan

"Kayak lebaran aja pake maaf-maafan. Hahaha", Cella tertawa.

"Dosa kalian banyak sama aku. Ayo cepat satu persatu sungkem aku sini", kata Samuel sambil mengulurkan tangannya. Dengan kelembutan, Yasmine mengambil tangan Samuel. Senyuman manis yang dikeluarkan Yasmine membuat hatinya berdebar-debar

"Maafkan aku yang selama ini menghina wajahmu yang tak seberapa itu, Sam. Aku juga sering memukul kepalamu yang isinya sampah itu. Terlebih lagi aku sering menjahilimu yang tidak berdaya itu", kata Yasmine tersenyum

"Stop stop! Mending kagak usah minta maaf deh! Itu ngejek namanya!", teriak Samuel menangis.

"Samuel memang enggak pernah gagal ya buat kita ketawa. Tingkahnya itu, lho", kata Karin sambil tertawa

"Yuk lanjut. Aku Cella mengucapkan minal aidzin wal fa idzin. Mohon maaf lahir dan batin. Jika aku punya salah mohon di maafkan ya", kata Cella dengan nada manja dan mengedipkan matanya.

"Beneran dibuatnya kayak lebaran, oey. Tapi kedipan matanya itu, lho", kata Rico tertawa.

"Jangan ngomong aja. Elu yang paling banyak dosa disini, Ric. Sono sungkeman dulu sama kita-kita", kata Farhan

"Heh.. Seorang Rico sungkeman. Mustahil", jawab Rico dengan sombongnya

"Oh. Ini anak belum pernah digelitikin pake piso. Jadi begini nih", ancam Yasmine

"Ahahaha.. becanda becanda. Yaudah. Aku minta maaf karena aku sering buat masalah untuk kita semua. Tapi aku begini gara-gara disuruh sama si abang penulis, lho. Jangan salahin aku aja", kata Rico

"Jangan bawa-bawa backstage, woy! Ini chapter terakhir! Masa iya candaannya masih begitu", bentak Cella

"Hadeeh.. Yauda lanjut deh. Bentar lagi acaranya udah mau mulai soalnya", sambung Cella. Namun, ditengah acara maaf-maafan mereka, Pak Raka, seorang sosok yang sangat dibenci di kelas ini, dengan wajah penuh emosi datang ke kelas ini. Tanpa basa-basi, ia melemparkan selembar kertas yang telah diremukkan tepat ke wajah Cella.

Senyum KelulusanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang