A

608 39 12
                                    

"Pak Anatan cuma kecapean, tenang saja saya sudah kasih resep obat kepada Nona Rose, kalo bisa bapak harus banyak istirahat agar tidak terlalu banyak pikiran, kalo gitu saya permisi."ucap Deva. Terlihat perempuan yang duduk di samping Anatan mengangguk sedangkan Anatan berbaring lemas di sofa. Deva mengedipkan sebelah matanya saat ia berpapasan dengan gue. Kerja bagus Deva.

Gue beruntung punya teman se- absrud Deva. Deva anak Band yang doyan duit. Gue kenal dengannya di club karena dia sering berkunjung ke club.

"Rose, sudah kau tebus obat untuk Anatan?" ucap perempuan yang yang dari tadi nempel terus di samping Anatan. Dan gue benci hal itu, bukan gue cemburu tapi ada perasaan jijik melihatnya, entah gue tak tau perasaan apa itu?

Gue menggangguk mengiyakan kemudian menaruh pelastik yang berisi obat di meja di hadapan mereka berdua.

"Kakak sudah sedikit baikan? Minum obat dulu iya?" ucap manis perempuan cantik dan wajah polos itu.

"Sil, gue bisa sendiri. Lo pergi aja."ucap Anatan dingin saat perempuan yang dipanggil Sil mengulurkan satu butir obat ke mulutnya. Gue mengeryitkan alis. Tega bener si Anatan menolak kelembutan perempuan cantik itu.

"Maaf tuan, saya permisi tuk kembali bekerja."ucap gue dan beranjak pergi menuju meja kerja gue. Namun sayang baru satu langkah Anatan memanggil gue.

"Rose tolong obatnya."tunjuk Anatan pada benda racun itu. Lagi-lagi gue mengeryitkan alis gue, kemudian melihat perempuan yang kini menekuk wajahnya terlihat sebal karena Anatan memilih gue.

****

Drtt drtt

"Say, kamu dimana? Kenapa enggak bales?"

Sms dari Malik, uh gue lupa kalo dari tadi malam hp Viola berada ditangan gue. Gue lihat semua pemberitahuan di hp Viola semua dari Malik mulai dari Bbm, line, sms dan lainnya. Kayanya Malik cinta mati nih sama Viola. Dan itu menguntungkan bagi gue.

Hp Viola berdering lagi dan kini bukan sms tapi telepon. Gue stress karena hp Viola berdering sedari tadi. Heran deh ama si Malik, gak bosen apa terus menghubungi Viola? Sudah tau gak di bales.

Viola? Gue lupa belum kasih anak itu makan sedari pagi. Telat gue, segera gue pergi ke gudang dengan membawa makanan. Gini-gini juga gue manusiawi mau kasih anak itu makan.

"Sore Vi, maaf iya tadi gue kelupaan gak kasih lo makan, Nih." gue taruh satu piring nasi dengan lauk pauk di depannya.

"Ups gue lupa tangan lo 'kan gue iket." gue tersenyum penuh kepuasaan " kalo gitu lo makan dengan mulut lo aja iya?" ucap gue terlihat Viola berusaha membebaskan dirinya dari beberapa iket tali yang gue buat semalam. Kalian tau apa yang gue buat pada perempuan ini? Gue iket semua kedua tangannya menjadi satu begitupun dengan kakinya, gue lakukan malam tadi saat Viola tertidur kecapean habis jalan-jalan dengan my charming nya

"Uh maaf Vi, Rose ini bego iya? Sudah tau mulut Viola juga gak bisa." Viola berusaha berbicara tapi sayang mulutnya gue sumpel dengan kain. Melihat hal ini gue jadi ingat gimana ke-4 lelaki itu memperlakukan gue seperti ini tapi sayangnya dulu gue lebih parah karena tubuh gue telanjang bulat sedangkan Viola tidak.

Gue pun membuka kain yang membuat Viola susah bicara.

"Rose kenapa kau lakukan ini padaku?" bentak Viola"lepaskan, gak."

"Menurut lo? Kalo gue Enggak mau gimana?" ucap gue santai

"Rose sadar, apa salah gue pada lo? sehingga lo perlakukan gue seperti ini." lirih Viola dasar cengeng

Deamon SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang