Rencana awal yang indah

76 3 0
                                    

Aku adalah seorang inspektur polisi yang ditugaskan untuk membongkar sebuah kasus pencucian uang pada salah satu perusahaan bonafid yang berkooprasi bersama beberapa perusahaan besar di dunia. Seharusnya saat ini aku masih berada dalam masa liburan tapi jenderal memperkirakan orang yang aku cari sedang berada di kota ini.

Setelah aku menerima semua data dan informasi yang aku butuhkan dari jendral, aku langsung terbang ke Dubai. Dan di sana sudah disediakan seseorang yang akan menjadi tour guide untukku. Dia juga akan menjadi messenger yang akan membawa kabar dari jendral untuk misi ini. Dia di kenal dengan nama Bos Ramly.

Bos sudah mempersiapkan perjalananku dengan sebuah kereta wisata agar aku bisa mengenal lokasi-lokasi penting yang ada di wilayah ini. Sekaligus aku mempersiapkan bahan untuk penyusupanku ke salah satu perusahaan yang tergabung di dalam perusahaan korup tersebut selama aku dalam perjalanan.

Hari pertama aku tiba di Dubai aku nyaris tertinggal kereta wisata yang akan aku naiki. Kereta tersebut berangkat tepat waktu. Sedangkan pesawatku sempat delay. Namun yah, dengan sedikit berolah raga, akhirnya aku berhasil naik kereta tersebut. 'Huf' sedikit berkeringat memang, tapi aku sudah terbiasa berlari dan mengejar. Karena sejak kecil aku sudah mengejar orang yang bernama King Kobra.

Dia adalah manusia terkejam yang pernah aku lihat di dunia ini. Dia adalah penjahat yang menghancurkan bukan hanya masa kecilku tapi juga hidupku yang seharusnya bahagia bersama orang tuaku dan juga Munna.

King Cobra dengan tanpa perasaan telah tega memenggal kepala ayahku di depan mata ibuku lalu menculik adik kecilku yang sangat aku sayangi. Kejadian itu bermula dari bersedianya ayahku menjadi saksi atas pencucian uang yang dilakukan oleh King cobra dan komplotannya di perusahaan tempat ayahku bekerja.

Ayahku seorang sarjana ekonomi dan dia memegang kendali atas seluruh laporan keuangan perusahaan itu. Karena itu pihak kepolisian yang sudah mencurigai kerja kotor mereka meminta ayah untuk bekerja sama membantu tugas polisi dalam mengungkap kejanggalan di perusahaan tersebut. Tapi malang bagi ayahku karena King Kobra tahu apa akan ayahku lakukan.

Sejak hari itu aku harus menjalani hidup seorang diri. Aku sangat berterima kasih kepada inspektur Darma yang mau menampung aku di rumahnya serta mendidik aku hingga bisa jadi seorang polisi seperti sekarang ini. Dia juga membantu aku untuk menangkap King Kobra agar aku bisa menemukan di mana adikku berada dan melampiaskan seluruh dendamku atas kebiadaban yang telah ia lakukan terhadap seluruh keluargaku.

Awalnya aku kecewa pada takdirku ketika lnspektur Darma yang kini telah menjadi Jendral karena dedikasinya pada negara yang berasaskan kejujuran menyatakan bahwa King Kobra telah tewas dalam sebuah pengejaran yang dilakukan di London beberapa waktu silam. Tapi aku bersyukur karena Tuhan tidak tidur, dan dia mendengar doaku. Karena itulah aku di sinilah saat ini. Aku ditugaskan untuk membawa King kobra hidup ataupun mati ke hadapan pengadilan.

Aku telah berada di dalam kereta yang sangat bagus dengan ruang-ruang yang di tata cukup nyaman seperti sebuah kamar. Aku sedang mencari tempatku, tiba-tiba aku dikejutkan oleh seorang gadis cantik yang berlarian di gerbong kereta. Sedang dua pria botak berbadan besar mengenakan pakaian hitam sedang mengejar gadis tersebut. Apakah aku akan berdiam diri melihat kejanggalan ini? hem, tentu saja tidak.

Aku berjalan cepat hingga berpapasan dengan gadis itu. Setelah melewatinya, aku berlari cukup kencang lalu melompat sambil menendang pintu yang akan dilalui kedua orang botak tersebut. Tubuh mereka terpental dan jatuh terjungkal. Setelah keduanya bangkit akupun memberi sebuah tendangan telak pada salah satunya di bagian perut. Sedangkan yang seorang lagi maju untuk membantu dan aku beri sebelah kakiku di wajahnya.

Setelah itu keduanya menyerang bersama-sama, aku hanya berkelit di antara merka berdua dan memberi mereka pukulan patah di tengkuknya. Kemudian mereka pun terkapar.
'Hem, tak seperti wajahnya yang mengerikan.' Batinku.

Gadis itu menghampiriku, berharap dapat ucapan terima kasih atau sebuah pelukan hangat. Tapi yang aku dapat hanya pekikan yang cukup nyaring.
"Apa yang kamu lakukan terhadap mereka?"

"Aku memukul mereka karena mereka akan melukaimu?" Jawabku dengan nada tinggi pada gadis yang tak tahu terima kasih itu.

"Tidak mungkin mereka mau melukaiku, dasar sok tau!" Gadis itu marah lalu pergi meninggalkanku dengan segerombolan orang-orang yang menatapku dengan tatapan yang beraneka macam.

Seorang wanita muda dan anggun menghampiriku bersamaan dengan beberapa orang pria mengangkat tubuh pria-pria botak yang tak sadarkan diri.
"Mereka adalah bodyguards Sanjana. Setelah ini, temuilah dia dan minta maaf padanya. Sebelum kamu menemui kesulitan karenanya."

Sedikitpun aku tak mengerti ucapannya, terlebih kata-kata terakhirnya... Memangnya siapa dia? Aku tak bergeming sedikitpun dari tempat aku berdiri sambil memandangi kepergian orang-orang yang tadi berkerumun.

Dengan berbekal niat baik aku mendatangi ruangannya. Awalnya aku mengira akan bersi tengang dan adu argumen, tapi ternyata dia malah meminta aku untuk menjadi pengawal pribadinya.

'Hey, aku seorang polisi. Mana mungkin aku bisa menerimanya.' Batinku.

DendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang