Langkah Awal

11 0 0
                                    

Tatapan matanya membuat aku tak sanggup mengelak. Aku mencintainya. Dan yah, aku yakin akan perasaanku terhadap rasa ini. Aku berusaha tersenyum dan menganggukkan kepalaku. Lalu...Tanpa kata dan tanpa isyarat, dia memelukku. Karena terkejut dengan gerakan yang tak aku duga, aku hanya diam bagaikan patung.

Dia membisikan kata; 'Aku juga mencintaimu' setelah itu dia menarik tanganku dan membawa aku ke sebuah ruangan yang penuh dengan orang-orang yang tak pernah lagi aku lihat berkeliaran di resto kereta setelah peristiwa itu.
Pantas saja aku selalu merasa sendiri. Ternyata mereka membuat restorasi sendiri yang jauh lebih mewah. Dan uniknya, seluruh penumpang yang ada di kereta ini adalah kerabat serta sahabat Sanjana. Hanya aku yang asing di sini.

Aku tak menyangka dengan apa yang dilakukan oleh Sanjana. Dia langsung mengumumkan status hubungan kami yang baru saja tercipta di hadapan semua orng yang ada di ruangan ini.

Wanita cantik yang pernah berbicara denganku pun mendekati Sanjana dan berkata; "Sayang, apakah ayahmu akan merestui hubungan ini?" Nadanya penuh penekanan dan tatapan matanya penuh arti menatap ke arahku.

"Papa tidak pernah menolakku. Bibi tenang saja." Dengan penuh keyakinan Sanjana mengatakan itu. "Apa kamu yakin Sanjana? Ini bukan hal mudah." Seorang pria yang terlihat lebih tua dari wanita yang dipangil bibi ikut bicara.

"Aku akan meminta semua yang ada di sini termasuk bibi dan paman untuk meyakinkan papa agar papa mau merestui hubungan kami." Sanjana merangkul lenganku dan aku... Hanya bisa berdiri kaku.

###

Siang hari ketika kereta berhenti di tempat wisata terakhir sebelum kembali ke kota asal pemberangkatan, kami berjalan memasuki sebuah kuil. Sepertinya sudah lama kuil ini tidak digunakan tapi kuil ini tetap bersih dan rapi. Aku duduk di anak tangga teratas. Dan di belakangku terdapat pilar yang cukup banyak dan di bentuk dengan sangat unik.

Gadis yang datang bersamaku seperinya sedang menikmati keindahan bangunan ini. Dia berjalan berkeliling memasuki ruangan yang ada di belakang pilar tersebut. Setelah puas berkeliling dia pun duduk di bawahku satu anak tangga. Dan dia mengucapkan sebuah syair yang indah.

Ada hasrat dalam taman
Kau datang bagai hujan
Menyentuh hatiku yang gersang
Kasihku, jangan pernah berubah seperti musim.
Apakah kau tahu isi hatiku?
Kau hadir di sisiku, mendebarkan jantungku
Bagikan lautan yang diterangi cahaya bulan
Setelah mentari bergulir perlahan.
Bibirku selalu menyebut namamu
Bagai sebuah nada yang dimainkan instrumen musik
Mengapa hatiku merasa takut kehilanganmu?
Setiap kali harus berpisah setelah bertemu.
Hai tuan, jangan mudah berubah seperti musim.

Dia tersenyum manja dan menyandarkan kepalanya di bahuku. keharuman rambutnya terhirup hingga mencapai paru-paru. Sedangkan kelembutan rambutnya menyapu sekitar wajahku. Aku tak pernah merasakan ini. Debar jantungku seakan terdengar jelas di telingaku. Aku pun takut, kebahagiaan ini akan hilang. Aku tak ingin ini hanya sementara. Aku ingin rasa ini untuk selamanya.

Aku bangkit, perlahan menjajaki tangga hingga tiba di halaman kuil. Dan membalas syairnya.

Seperti, rasa yang lahir dari sentuhan yang menggetarkan
Dan, keharuman yang hadir dari bunga yang merekah
Juga, mutiara yang hidup dalam ketam
Sedangkan pertemuan kita berada di antara langit dan bumi.
Aku tidak akan meninggalkanmu
Aku akan selalu bersamamu, sekarang
Dengan cara ini aku bersumpah
Sampai akhir nafasku, kita tak kan terpisah.
Lihat, cinta.. Jangan pernah berubah seperti musim.

Dia berlari menuruni anak tangga dan berhenti di depanku. Binar matanya menatapku dengan tatapan penuh cinta. Dia tersenyum, lalu menghambur memeluk ku erat. Bahagianya mejalari tubuhku hingga menyentuh relung hatiku yang hampa, sedih dan sendiri. Rasa ini asing bagiku, tapi begitu nyaman. Tuhan, Jangan renggut dia dariku. Aku begitu mencintainya

DendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang