Akhir dari Pengejaran

18 0 0
                                    

"Kakak... tolong aku. Tolong aku kakak..."

'Rani...' "RAANII...!!!"

Mimpi, aku hanya bermimpi. Ya Tuhan, apa yang terjadi padaku? Aku terikat di sebuah kursi di dalam sebuah ruangan yang cukup gelap. Aku berusaha menyesuaikan pandanganku dengan ruangan ini sembil aku mengingat kembali kejadian sebelum aku berada di tempat ini. Tiba-tiba aku mendengar suara Sanjana. Aku menatap lurus kepada kegelapan yang ada di hadapanku. Hingga sebuah cahaya tampak menerangi sebuah tempat yang membuat aku dapat melihat ke sekelilingnya.

Aku berada ruangan atas dengan dinding kaca dihadapanku. Aku bisa dengan leluasa mengakses pandanganku ke ruangan yang seperti aula besar di bawahnya. Rupanya sedang ada pesta mesum di bawah sana. Dengan dipenuhi laki-laki hidung belang yang memenuhi meja yang tersedia sedangkan gadis-gadis dengan berpakaian sexy berdiri diantara mereka. Sebagian lagi berjajar di atas panggung panjang seperti catwalk.

Aku terus mencari Sanjana yang suara teriakannya terdengar begitu jauh. Dan suaranya terhenti di suatu tempat. Ternyata dia berada di atas panggung lain. Panggung yang berbeda dengan yang digunakan oleh gadis-gadis belia yang di paksa berjalan bak peragawati dihadapan para pria yang usianya hampir setengah abad. Aku melihat Sanju ku dalam balutan pakaian yang menampilkan seluruh lekuk di tubuhnya. Dia berdiri canggung dengan ditatap liar oleh para lelaki yang ada di tempat terkutuk itu. Darahku seakan menumpuk di otakku, bersamaan dengan seluruh kemarahanku yang tiba-tiba membuncah. Aku berontak berusaha melepaskan ikatanku dengan diiringi suara sedih Sanjna yang melantunkan sebuah permohonan.

Ada suara lain yang menimpali suara Sanjana ketika dia kehilangan kekuatannya untuk bersuara. Tekanan batin yang Sedang dihadapi Sanjana membuat aku merasa bersalah telah melibatkannya dalam masalah ini. Mataku liar mencari gadis yang menimpali suara Sanjana dengan suaranya yang sendu.

Ada kalimat yang sudah lama hilang dari ingatanku.
Kalimat yang tak pernah lagi aku dengar setelah King Kobra membunuh ayahku dan membawa lari Munaku sehingga ibuku harus di rawat di rumah sakit jiwa. Dan syair itu membuka kembali memori indah yang pernah ada dalam hidupku bersama keluargaku.

Keharuman bunga datang mewarnai hidup.
Sekerlip cahaya akan datang menerangi gelap.
Aku akan tersenyum menghadapi setiap kesulitan.
Selama tanganmu menggenggam tanganku.

"Rani... itu Rani. Rani kecilku." Aku semakin berusaha melepaskan diriku dari ikatatan yang membelenggu ruang gerakku. Aku tak perduli meski pergelangan tangan dan kakiku terluka karenanya. yang aku inginkan saat ini adalah berlari ke arah adikku dan memeluknya erat dan aku akan melindunginya dari apapun dan siapapun yang akan menyakitinya.

Mataku begitu merindukannya.
Tuhan, pertemukanlah aku dengan kekasihku.

Suara Sanjana kembali terdengar dengan kalimatnya yang semakin membuat aku merasa bersalah. Sebagai kekasihnya aku tak bisa menjaganya. Seseorang bicara melalui mic yang ternyata tempat ini adalah pasar gelap yang selalu menjual gadis-gadis muda yang baru beranjak dewasa. Dan Rani termasuk gadis yang akan dilelang malam ini. Tak akan aku biarkan! Suara teriakan Sanjana terdengar ketika seseorang menjamahnya. Dia berlari dan terjatuh di hadapan seseorang. Pria itu membantunya berdiri.

"Saudara-saudara sekalian, Ada barang bagus di tanganku. Siapa yang berminat akan aku lepas pada harga tertinggi." Seseorang membisikkan sesuatu padanya. "Aku tau. Aku tau. Dia adalah putri seorang penghianat dan aku akan membuat ruh Burhan menangis di alam baka melihat putri kesayangannya aku jual di pasar gelap. Hahaha..." Suara tawanya seolah merobek dadaku. King Kobra, ya dia adalah King Kobra yang selama ini aku cari.

Gadisku yang malang, dia sedang meronta-ronta berusaha melepaskan tangan manusia biadab yang menggenggam erat rambut hitamnya dengan seringai tawanya. Bagaikan seekor srigala yang bahagia mencengram mangsanya. Aku tak bisa berpikir jernih dalam luapan emosi dan amarahku yang terbalut dendam yang sekian lama tersimpan dalam dadaku.

DendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang