M&B//21

331 16 3
                                    

'Like I'm Gonna Lose You-Meghan Trainor ft John Legend'

Sudah satu jam ruangan tempat perawatan kekasihnya tertutup. Gelisah yang ia rasakan, menyesal telah membuat gadisnya menangis walau itu bukan murni kesalahannya.

"Brad gimana keadaan adek gue?" Tanya Jasse yang baru datang dengan raut muka panik.

"Lagi ditangani sama dokter Jasse"

"Maaf udah buat Merrel nangis" ucap Bradley penuh penyesalan dengan kepala tertunduk dalam.

Jasse menepuk pundak Bradley "gue tau itu bukan salah lo"

Bradley sontak mengangkat wajahnya "Mantha yang cerita" tukas Jasse menjawab pikiran Bradley.

Lalu suara kaki yang menimbulkan dentuman menggema di lorong rumah sakit menghampiri mereka.

"Merrel gimana" tanya Mantha dengan wajah panik. Jade mengusap bahu Mantha menenangkan.

"Masih ditangani dokter" ucap Jasse. "Gue mau ngasih tahu ke orang tua gur dulu" Jasse berlalu dari hadapan Bradley, Mantha dan Jade.

Bradley terduduk pada lantai dingin rumah sakit. Mantha berjongkok di depan Bradley dan memegang kedua pundak Bradley.

"Brad sabar ya"

"Ini salah gue man" ucap Bradley frustasi.

Jade kemudian ikut berjongkok di hadapan Bradley.

"Ini bukan salah lo Brad. Merrel pasti gak akan marah sama lo. Merrel itu baik" ucap Jade meyakinkan Bradley.

Bradley memandang kedua temannya dengan tatapan sendu dan hanya bisa mengangguk.

Tiba-tiba pintu ruangan perawatan terbuka saat Jasse kembali.

"Gimana adik saya dok?" Ucap Jasse saat itu juga.

"Mari keluarganya ikut ke ruangan saya" kata Dokter Rusdi dengan tenang.

Kemudian Jade dan dokter Rusdi pergi.

Mantha lalu berdiri dan bertanya pada suster "sus, apa boleh jenguk ke dalam?"

"Boleh, tapi satu orang aja ya" kata suster dan suster itu berlalu pergi.

"Brad mendingan gue dulu yang ke dalem" tanya Mantha.

Bradley mengangguk.

Setelah bermenit-menit Bradley tersuduk lesu di depan kamar rawat Merrel, Mantha keluar dan menghampiri Bradley.

"Brad lo boleh masuk" ucapan Mantha membuat Bradley menegakkan punggungnya. Jade mengulurkan tangan untuk membantu Bradley berdiri.

Tanpa menjawab perkataan Mantha, Bradley masuk ke kamar orang yang dicintainya.

Bradley melihat Merrel yang sedang menatap langit-langit rumah sakit dengan selang oksigen yang bertengger di hidungnya.

Bradley mengambil duduk di kursi samping brankar.

"Hai" ucap Bradley dengan pandangan sendu.

Merrel menoleh tanpa berbicara.

Bradley menghela napasnya. Ia tahu bahwa Merrel tidak akan memaafkannya. Dengan kepala tertunduk ia mengambil tangan Merrel yang tidak dipasang infus lalu menggenggam dengan penuh rasa.

"Maaf.." ucap Bradley. "Buat kamu kecewa, buat kamu sakit, buat kam-"

Perkataan Bradley terpotong.

"Maaf" ucap Merrel lemah. Bradley menegakkan kepala untuk memandang Merrel yang kini menitikkan air matanya.

Bradley lalu bangkit dan duduk disisi brankar.

"Hey, don't cry. It's my fault" ucap Bradley sambil menghapus air mata Merrel.

"No. Maaf karena nggak percaya sama kamu" Merrel menggenggam tangan Bradley yang berada di pipinya.

"Sttt...kita lupain aja. Asal kamu tahu hanya kamu orang yang aku suka, aku sayang dan aku cintai" ujar Bradley.

"Mee too"

"Don't leave me" ucap Bradley.

"I can't promise" kata Merrel yang kembali menitikan air mata. Bradley yang mendengar itu terkejut.

"Why? You said, you loved me too" Bradley menggenggam erat keduan tangan Merrel dengan wajah sendu.

Merrel menggapai pipi Bradley "Aku janji, aku bakal balik setelah aku sembuh total. Aku janji B"

"Ya harus kembali" tegas Bradley.

"Kamu juga harus janji pada aku, kamu bisa?"

"Apa? Apapun itu untuk kamu"

"Jangan cari aku. Kamu harus jadi orang sukses. Aku ingin liat kamu berdiri di puncak tertinggi dan saat itu aku akan kembali dengan tubuhku yang sehat"

"Tapi..."

"Can you?" Tanya Merrel.

Bradley terdiam lalu menjawab dengan yakin.

"yes. I will miss you so much" ucap Bradley dengan menyatukan kening mereka.

Merrel menatap manik coklat Bradley yang nantinya bakal ia rindukan.

"Aku ajan jadi anginmu B. Walau aku tak terlihat tapi aku selalu menemanimu. Jangan lihat tapi rasakan" air mata meluncur dari manik abunya.

Dengan suara bergetar Merrel berucap "you will find me, in places we've never been. The reason we don't undestand."

Tak terasa Bradley juga menitikkan air matanya. Kini hidung mereka bersentuhan.

"I will find you my darl" ucap Bradlet dengan bergetar. "Can I?" Bardley memegang bibir Merrel.

Merrel mengangguk.

Detik selanjutkan Bradley menghapus jarak anatara mereka berdua. Bibir Bradley menyapu bibir Merrel dengan lembut. Sekana ciuman merekan mengungkapkan perasaan masing-masing.

Bradley memutuskan pagutan mereka. Saling menatap dengan pancaran cinta dan tersenyum.

Di penghujung musim hujan ini menjadi saksi besarnya cinta Bradley kepada Merrel.

Menjadi saksi Brdley melihat Merrel untuk yang terakhir.

Menjadikan tekadnya untuk menjadi orang yang diingkan Merrel.







Shellvirad_M&B

28 Desember 2015

11.41 WIB

hbd Nash Grier 18 yo!

Sebentar lagi tamat cuuy...konfliknya simple kan? Hahah amatiran maklum.

See you!

Regard,

1D!


Another SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang