The Guy Next Door: Part 17
Tiba-tiba dia menangkapku sambil menutup mulutku dan... memelukku dari belakang.
Aku membeku.
Tidak tahu apa yang sedang kurasakan dan apa yang harus kulakukan.
"tutup mulutmu Alexis Johnson, sebelum aku yang membuatmu diam" bisiknya di telingaku.
Sial.
Anak ini...
membuat jantungku berdegup lebih cepat dan lututku lemas.Aku meronta agar terlepas dari pelukannya.
Tapi dia malah mempererat pelukannya.
Duh, ada apa dengannya? Mengapa dia tidak mau melepaskanku?.
Aku mengambil ponselku di kantung kemejaku lalu mengetik sesuatu.Aku menunjukkan ponselku pada Justin.
'apa yang kau lakukan? Cepat lepaskan aku! Kita ada di pinggir jalan. Aku tahu kau menyukaiku tapi tidak seperti ini' tulisku.Justin membelalakkan matanya setelah membaca pesanku lalu menempeleng kepalaku.
"kau ini sangat percaya diri ya? Menurutmu aku menyukaimu, hah? Baiklah, mari kita lihat dirimu".
Dia melepaskan pelukan dan tangannya dari mulutku lalu memutar badanku menghadapnya.Aku menelan ludah.
Apa yang ingin dia lakukan sekarang?
Bocah ini!.
Justin mencengkramku dengan lengannya, masing-masing memegang sisi tubuhku.Lalu semakin lama dia mendekatkan wajahnya ke wajahku.
Dia melirik ke arah... bibirku!
Aku mulai berdoa dalam hati. Tuhan, semoga dia tidak ingin melakukan apa yang sedang kupikirkan.Aku berusaha menarik tubuhku menjauhinya.
Tapi percuma, genggamannya terlalu kuat untuk kulawan.
Ah bagaimana ini?.
Jantungku berdegup tidak karuan.
Rasanya seperti ada konser band hard rockndengan soundsystem super yang bisa memecahkan gendang telinga di jantungku sekarang.
Seandainya jantungku memilki tombol, akan kumatikan sekarang juga."ap-apa yang kau lakukan?".
Aku terbata.
"sshhhh" balasnya.
Dia tersenyum separo sambil perlahan semakin mendekatkan wajahnya ke wajahku.
"h-hei Justin kuperingatkan dirimu, aku pernah belajar karate. Jadi enyahkan pikiranmu atau apapun yang sedang ingin kau lakukan sebelum ku patahkan lehermu" lanjutku.Bukannya berhenti, dia malah tersenyum.
Aku menelan ludah lagi. Senyumnya semakin lama semakin lebar.Lalu... dia tertawa tepat di depan wajahku.
Dia tertawa terbahak-bahak sampai-sampai ku pikir dia akan tersedak dan tewas seketika.
Aku merengut dan melipat tanganku di dada sementara Justin memegangi perutnya karena tertawa kelewat geli.Kurang ajar, aku dikerjai!. Aku memandanginya dengan tatapan dingin sambil menunggunya menghabiskan tawanya.
Aku membiarkan tanganku terlipat di dada untuk menahanku agar tidak mencekiknya sekarang juga.Justin menyelesaikan tawanya lalu tersenyum sangat lebar di depanku.
"apa? Jangan melihatku seperti itu. Kau memandangiku seakan-akan aku tidak pernah mandi selama hidupku" ketusku.Justin kembali tertawa sambil lagi-lagi memegangi perutnya.
Sepertinya dia tidak akan berhenti tertawa walaupun ada meteor jatuh dan menimpa kepalanya sekarang.Aku mendengus sebal lalu melangkah meninggalkannya.
Dia menyusul dan berjalan di sampingku tak lama kemudian.
"maafkan aku. Aku tidak dapat menahan tawaku. Harusnya kau lihat wajahmu!" katanya, mulai tertawa lagi.
Aku cemberut.
"tutup mulutmu dan hentikan tawamu. Sebelum benar-benar kupatahkan lehermu" kataku.Dia berusaha menahan tawanya. Walaupun aku tahu, dia sangat ingin tertawa sekeras-kerasnya hingga bergulingan di lantai.
Dan aku bersumpah, jika dia memang melakukan itu, dengan senang hati akan kutendang dia hingga hilang dari peradaban."memangnya kau pikir, apa yang ingin kulakukan padamu barusan?" tanyanya, jahil.
oh, jadi sekarang dia yang meledekku?.
Bagus sekali.
Sebentar lagi kami akan saling bunuh."apa saja. Aku tahu, anak laki-laki sepertimu pasti memiliki pikiran yang unik dan diluar akal manusia normal" kataku.
"kalau pikiranmu iya. Kau kan tidak normal" candanya.
Aku memukul lengannya dan dia tertawa.
"dasar mesum" gumamku."apa? Mesum? Kau pikir aku akan melakukan seperti itu padamu? Yang benar saja. Aku juga masih waras" jawabnya, kembali terbahak.
"lupakan. Akan kubalas kau nanti" kataku, menjambak rambutnya.Dia merintih lalu menarik rambutku-walaupun tidak sekeras aku menarik rambutnya- lalu terkekeh.
Aku memperkuat tarikanku dan dia mulai kesakitan."baiklah. Kulepaskan tanganku dan kau lepaskan tanganmu" pintanya.
Aku mengangguk.
Lalu kami melepas tangan masing-masing dan mulai tertawa bersama.
Apa yang terjadi sebenarnya? Ada apa dengan kami?Bagaimana kami bisa seakrab ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Guy Next Door [Justin Bieber] By Ghina Vasilissa
FanfictionCERITA INI BUKAN MILIK SAYA. CERITA INI PENULIS ASLI NYA ADALAH KAK GHINA VASILISSA. ENJOY♡♡ BUT Vote and comment to appreciate this story⚠⚠ Thank you :)