the guy next door part 28

1.8K 195 7
                                    

The Guy Next Door: Part 28








Aku meletakkan nampan makan siangku di meja lalu duduk di hadapan Justin.
"temani aku makan siang hari ini?" pintanya.
"memangnya teman-temanmu kemana?" tanyaku.
"disana".
Dia menunjuk ke sebelah barat kafetaria.







Aku menoleh dan melihat teman-temannya terkekeh saat memandangi kami.
Dan aku menyadari, bukan hanya mereka yang memandangi kami sekarang.
Melainkan seluruh manusia yang ada di kafetaria melayangkan pandangan padaku dan Justin yang duduk bersama hari ini.




"kenapa kau tidak duduk saja dengan mereka?" tanyaku lagi. Berusaha mengacuhkan pandangan orang-orang pada kami.
"aku mengusir mereka" jawabnya santai.
Masih dengan senyum tersungging di bibirnya.





"apa? Kenapa?".
Bagaimana bisa dia mengusir teman-temannya?
Teman macam apa dia sebenarnya?.
"aku mengusir mereka agar aku bisa makan siang denganmu hari ini".
Dia mengangkat bahunya.
Aku memutar bola mataku.
"apa yang salah denganmu? Kenapa kau bisa sangat baik padaku secara tiba-tiba? Padahal satu minggu yang lalu kita bisa saja saling bunuh hanya karena perkataanmu padaku" kataku, menggeleng-gelengkan kepala.






"well, cinta bisa merubah segalanya".
Dia tertawa.
Aku mendelik lalu menimpuknya dengan kentang goreng.
"kau sinting".
Aku tertawa bersamanya.
"aku sinting karenamu" katanya, mengerling.
Aku mendengus dan melemparnya lagi dengan kentang.
"apa yang sedang kau coba lakukan? Merayuku?" tanyaku.
"tidak. Aku sedang menunjukkan padamu cintaku" katanya lagi.






Aku tertawa mendengarnya. "siapa kau dan apa yang kau lakukan pada si ketus Justin?" kataku, bercanda.
Dia tertawa.
"tidak akan ada lagi Justin yang bersikap ketus untukmu. Aku akan selalu membuatmu tersenyum" jawabnya.

Aku terdiam mendengar perkataannya.
Dapat kurasakan pipiku menghangat dan jantungku berdegup diatas keadaan normal.
Sial.
Anak ini membuatku begini lagi.


"nah, kau tersipu lagi" katanya, lalu tertawa terbahak-bahak.
Aku melemparnya dengan konteng goreng lagi sambil melotot.
"tutup mulutmu. Aku tidak tersipu".
"kau sangat tersipu. Biar kutebak, pasti jantungmu berdetak lebih cepat sampai rasanya ingin kau keluarkan jantungmu itu dari tubuhmu, ya kan?" terka nya.
Sial.
Bagaimana dia tahu?.



Aku mendengus.
"jangan sok tahu".
"apa yang kalian lakukan?". Seseorang bertanya dari sebelah Justin.
Aku dan Justin sontak mendongak pada si pemilik suara.
Riley berdiri di samping Justin, terlihat kesal dan tidak nyaman. Wajahnya merah padam seperti sedang menahan napas di dalam air.



Aku mendengus lalu membuang muka.
Apa lagi maunya?.
"kudengar barusan, kau menyukai Alexis, benarkah Justin?" tanya Riley, menahan napas.
Aku menoleh ke arah Justin.
Dia menatapku sekilas lalu tersenyum kepada Riley.
"benar. Aku menyukainya. Apa itu mengganggumu Riley?" tanyanya, santai.


Aku mengalihkan pandangan pada Riley.
Dia tampak seperti kehabisan napas.
Aku khawatir jangan-jangan dia memang mempunyai masalah dengan pernapasan atau tersedak makan siang hari ini.
Dia menarik napas panjang lalu dengan menekankan setiap kata dia berkata
"aku tidak terganggu sama sekali Justin".
Lalu dia pergi meninggalkan kami keluar dari kafetaria.






Begitu dia pergi, aku dan Justin sontak tertawa terbahak-bahak sampai-sampai perutku sakit.
"kau lihat wajahnya? Dia seperti sedang mengangkat beban seberat dua ton" kata Justin, masih tertawa.
Aku memukul lengannya.
"kau sangat kejam. Dia pasti sakit hati. Dia sudah menyukaimu sejak kelas satu, tahu!" kataku, juga tertawa.



Justin mengangkat bahunya lagi. "aku tahu tapi aku tidak peduli. Lagipula aku tidak pernah menyukainya. Aku bahkan baru mengingat namanya di kelas tiga" jawabnya, acuh.
"Riley yang malang".
Aku menggeleng-gelengkan kepala.
"lagipula, kau tidak suka dengannya, kan?" tanyanya.
Aku mendelik.
"tidak, itu tidak benar. Lagipula, memangnya kenapa kalau aku tidak suka dengannya?. Tidak ada hubungannya dengamu, kan?" kataku.




"kau mendengus saat dia datang. Tentu saja kau tidak menyukainya. Dan tentu ada hubungannya. Sudah kubilang, bukan? Aku akan selalu membuatmu tersenyum?" ujarnya.

Lagi-lagi menyunggingkan senyum menawan nya yang mampu membuat setiap gadis kehabisan napas.

The Guy Next Door [Justin Bieber] By Ghina VasilissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang