The Guy Next Door: Part 31
Malam harinya aku tidak berniat untuk sekedar duduk berayun-ayun pelan di atas ayunan di balkonku.
Mungkin karena aku juga belum ingin mengobrol dengan Justin.Entahlah, setelah melihat ledakan emosi Riley tadi sore, aku merasa aku adalah orang yang jahat.
Maksudku, Riley sangat menyukai Justin dan Justin justru terang-terangan menunjukkan kalau dia menyukaiku.
Riley pasti sangat terluka.Aku mendesah lalu mengacak-acak rambutku.
"apa yang harus aku lakukan? Kenapa Riley harus meluapkan emosinya padaku? Dan kenapa Justin harus menyukaiku?" keluhku.Aku terlonjak saat pintu depan kamarku diketuk.
Pasti Justin.
Apa maunya?
Bukankah aku sudah bilang aku sedang tidak ingin mengobrol dengannya?
Dia kenapa sih?
Susah sekali diberitahu.Aku berniat mengacuhkan ketukannya dan tetap duduk di meja belajarku, tapi Justin tidak berhenti mengetuk!.
Dia bahkan mengetuk seperti orang gila.
Aku mendengus lalu bangkit dan melangkah ke pintu depan kamarku."apa?" jawabku, datar.
"kau habis ngapain sih? Aku mengetuk pintumu sejak tadi, tapi kau tidak membukanya. Hampir saja aku mengetuk pintumu sampai hancur" katanya.
"kau kenapa? Kau aneh sejak pulang sekolah barusan. Ada yang mengganggu pikiranmu?" tanyanya bertubi-tubi.Aku bertanya-tanya, bisakah anak ini diam hanya untuk lima menit?.
Dia cerewet sekali.
"tidak apa-apa. Aku hanya kelelahan" jawabku.
Dia memandangiku lekat-lekat. Aku risih dipandanginya begitu."mengapa kau memandangiku seperti itu?" tanyaku.
"kau punya masalah. Dan kau tidak memberitahuku" katanya.
"memangnya aku harus memberi tahu semua masalahku padamu? Kau kan bukan siapa-siapa ku" ujarku, tetap datar.
Justin tampak tersentak mendengar perkataanku.Ekspresinya berubah menjadi kelam. Sesaat aku menyesali perkataanku barusan.
Dia menghela napas lalu tersenyum miris.
"kau benar. Aku memang bukan siapa-siapamu. Kenapa aku sangat mengkhawatirkanmu, ya? Apa aku sangat menyukaimu hingga melakukan hal-hal itu?"tanyanya pada diri sendiri tanpa menatapku.
Sial.
Aku benar-benar menyesal telah berkata begitu padanya.
Dia bisa sekali membuatku merasa bersalah."baiklah. Aku minta maaf telah mengkhawatirkan dirimu, Alexis. Aku pulang dulu" lanjutnya, masih dengan nada sedih yang sama lalu melompat kembali ke balkonnya dan masuk ke kamarnya.
Dia... tampak sangat terpukul mendengar kata-kataku.Alexis, apa yang sudah kau lakukan?.
Kenapa kau jahat sekali!.
Pertama, kau menyakiti Riley, dan sekarang Justin.
Kau ini benar-benar!.
Aku menghela napas memandangi pintu kamar Justin yang sekarang tertutup.
Maafkan aku Justin.
***
Besok paginya, aku tidak melihat Justin duduk di balkonnya seperti biasa.
Pintu kamarnya bahkan masih tertutup.Apa dia benar-benar marah padaku?.
Bagaimana ini?.
Apa yang harus ku lakukan?.
Aku juga tidak berangkat pagi bersama Justin.
Padahal aku ingin minta maaf padanya.
Baiklah, aku akan minta maaf nanti di sekolah.
Aku yakin, dia pasti sudah sampai sekolah.Aku lemas ketika tidak kulihat Justin dimana-mana di kelas Pemerintahanku.
Dia belum datang?
Bagaimana bisa?.
Setahuku, dia adalah murid paling rajin.
Aku mendesah lalu duduk di mejaku menunggunya datang.
Anak-anak lain sudah mulai berdatangan.
Tapi dia belum juga datang.Aku semakin lemas setiap detiknya.
Waktu semakin mendekati bel masuk dan Justin belum juga terlihat.Apakah dia baik-baik saja?.
Justin masuk ke kelas tepat bersamaan dengan bel masuk berdering.
Tampaknya dia sengaja.
Dan guru Pemerintahan kami adalah orang yang sangat tepat waktu.
Dia masuk selang dua menit setelah bel.
Begitu datang, Justin segera duduk di barisan paling depan tanpa menoleh ataupun melirik padaku.Dia bahkan duduk jauh dari mejaku.
Dia... tampak menghindariku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Guy Next Door [Justin Bieber] By Ghina Vasilissa
FanfictionCERITA INI BUKAN MILIK SAYA. CERITA INI PENULIS ASLI NYA ADALAH KAK GHINA VASILISSA. ENJOY♡♡ BUT Vote and comment to appreciate this story⚠⚠ Thank you :)