the guy next door part 56

1.8K 174 9
                                    

The Guy Next Door: Part 56











Sudah berlalu satu minggu sejak aku menelpon Justin.
Sekarang, kakiku sudah sembuh sepenuhnya.

Setiap hari juga aku menelpon Jaxo untuk menanyakan kabar Justin.
Justin sudah pulang ke rumahnya tiga hari yang lalu. Tentu saja aku belum menemuinya.


Jaxo bilang, keadaan nya sudah kembali sehat, hanya luka di tangannya yang belum sembuh.





Justin beberapa kali mencoba menelponku, tapi tak pernah kuangkat.
Memang sih aku bilang dia tidak akan bertemu denganku, tapi aku tidak mau bicara dengannya dan dia malah mengira aku main-main.






Malam ini, aku sedang bersiap-siap untuk tidur saat kudengar keributan dari kamarnya.

Aku cepat-cepat mematikan lampu kamarku lalu berbaring di kasurku.
Justin dengan berisik keluar dari kamarnya lalu melompat ke balkonku.
Aku menutupi diriku dengan selimut.
Berpura-pura tidur.





Dia sudah ada di depan pintu kacaku.
Aku bisa melihat bayangannya berdiri di sana.
Dia ragu-ragu sejenak, lalu mengetuk pintu kacaku.





"Alexis?" bisiknya.


Aku tercekat.

Dia benar-benar nekat.

Aku diam tidak menjawab.
"kau sudah tidur?" bisiknya lagi.
Aku memutar bola mataku. Tidak aku sedang membuat rencana untuk melemparmu ke galaksi lain, Justin.

Rasanya ingin ku teriakan kata-kata itu.



Dia sepertinya duduk di ayunanku.
"tidak apa kalau kau sudah tidur. Padahal aku rindu padamu" katanya, yang sepertinya untuk dirinya sendiri.
"sudah satu minggu lebih kita tidak bertemu, apakah dia juga merindukanku?" tanyanya, lagi-lagi pada dirinya sendiri.




Aku terkekeh pelan.

Dia benar-benar sudah gila.

Untuk apa bicara pada dirinya sendiri?.

Sepertinya masuk rumah sakit membuat kemampuan otaknya menurun.
Aku mendengarnya bersenandung pelan sambil berayun-ayun di ayunanku.

Aku terdiam.

Whoa.


Suaranya cukup bagus.

Sepertinya dia berbakat.


"selamat malam Alexis. Mimpi indah" bisiknya, lalu pergi dari balkonku.















***














Keesokan harinya, aku bangun seperti biasa.
Setelah sarapan, aku pamit pada orang tuaku.
Dalam perjalanan ke sekolah, aku mendapat telpon dari Jaxo.


"dimana kau?" tanyanya langsung.
"dalam perjalanan ke sekolah. Ada apa? Kakakmu sudah masuk sekolah?" balasku.
"belum. Dia masih sedikit lemas. Gila, dia benar-benar ingin bertemu dirimu, Alexis. Dia bersikeras ingin sekolah hari ini. Padahal jelas-jelas dokter belum mengizinkannya. Grandma sampai mengancam tidak akan membukakan pintu kalau dia sampai keluar rumah" kata Jaxo.

Aku ternganga.



"wow. Aku memang sungguh menawan, bukan? Sampai-sampai kakakmu itu berlaku seperti itu?" kataku, jahil.
"yang benar saja" gumam Jaxo.

Aku tertawa.

"tapi serius, Jaxo, semalam dia ke balkonku" lanjutku.
"apa?!".
Dia tampak kaget.

"dia datang dan mengetuk pintuku tapi aku pura-pura tidur" jawabku, mengangkat bahu.
"kau ini kejam sekali. Dia kan sudah sembuh, Alexis".
Dapat ku rasakan Jaxo menggeleng-gelengkan kepalanya.


Aku terkekeh.

"baiklah, baiklah. Sore ini aku mampir ke rumahmu, ya? Bye, Jaxo".

Aku menutup telponnya tanpa menunggu jawaban darinya.













***

















Sepulang sekolah, aku memang memutuskan untuk menjenguk Justin.
Aku sudah bilang pada ibuku, dan ibuku merasa senang aku mau berbaikan dengan Justin.
Aku hanya tersenyum padanya.





Aku sudah mengirim pesan ke Jaxo.
Jaxo sudah bilang pada Grandma kalau aku mau mampir.


Aku langsung panik, karena aku ingin datang tanpa sepengetahuan Justin.

"tenang saja. Kakakku tidak tahu kau akan datang".

Itulah jawaban Jaxo.




Aku mendesah lega mendengarnya.
Setelah mengambil buah-buahan yang sudah di siapkan ibuku, aku kembali mengirim pesan ke Jaxo untuk menungguku di depan rumahnya.




Setelah itu, aku keluar dan sudah melihat Jaxo di depan pintu rumahnya.

"masuklah. Kakakku sedang di kamar, mungkin menangis seperti orang gila karena gadis yang dia sukai bersikap kelewat kejam" kata Jaxo.

Aku nyengir lalu masuk ke dalam bersama Jaxo.
Grandma menyambutku.
Dia langsung memelukku.



"senang sekali kau mau datang, Alexis. Aku hampir gila mendengar Justin memaksa ingin bertemu denganmu. Dia itu seperti ingin bertemu kekasihnya saja".
Grandma memutar bola matanya.

Aku tersipu.


Malu.


Justin sialan.




Apa yang Grandma pikirkan sekarang?.







Dia benar-benar membuatku malu.












Aku segera naik ke lantai atas menuju kamar Justin.
Aku berdiri di depan kamarnya. Aku membuka pintunya pelan lalu mengintip ke dalam.


Justin tidak melihatku.
Dia sedang memandangi ponselnya lalu menaruhnya di telinga.
Tiba-tiba ponselku bergetar.

Aku nyaris tertawa terbahak-bahak melihat nama Justin tertera di layar ponselku.
Aku berdehem lalu mengangkat telpon darinya.



"hai, Alexis" katanya.


Aku sekuat tenaga menahan tawaku.
"hai Justin. Ada apa?" jawabku.

"kau... Ada di mana sekarang?" tanyanya.


Aku terkekeh lalu membuka pintu kamarnya.
"di kamarmu"












Baca cerita differnt juga yaaa...siapa tau tertarik💕






Yaps makasi udah baca dan vote nya💜💖💜💖

The Guy Next Door [Justin Bieber] By Ghina VasilissaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang