long road

592 46 3
                                    

Langit begitu cerah, awan terlihat membumbung tinggi di angkasa. tidak tampak sedikitpun tanda-tanda akan mendung ataupun turun hujan. Kendaraan melaju dengan cepat saling mendahului satu sama lainya. Jalan bebas hambatan saat ini begitu banyak dilalui kendaraan . Saat ini bus rombongan Anjani sudah sampai daerah Rest Area KM. 72 di daerah Purwakarta. Bus berhenti untuk sejenak melepas penat supir serta kondektur atau bisa digunakan para mahasiswa untuk sekedar ke toilet atau membeli makan ataupun minuman. Gadis dengan rambut terkuncir asal, Earphone menempel dikedua telinganya, penutup mata yang menutupi kedua mata indahnya terlihat terbangun dari tidurnya. Setelah membuka penutup matanya, dengan perlahan ia membuka kedua matanya, lalu dilepasnya kedua Earphone yang sedari tadi menempel dikedua telinganya.

Anjani hanya diam, tidak bergerak, hanya duduk dengan tatapan muka datar, matanya masih saja meminta untuk dipejamkan, terlihat ia membuka matanya yang masih mengantuk untuk tetap terbuka. Ia memperhatikan kesekitarnya. Sudah tidak tampak Martha duduk disampingnya, entah Martha telah turun atau ia pindah duduk dari kursi disamping Anjani. Selama diperjalanan Anjani hanya tertidur, pada awalnya ia memaksakan matanya untuk dipejamkan, ia lelah dengan emosinya sendiri. Anjani lelah dengan sikap El yang masih saja bersikap semaunya. Ingatan tentang El yang tidak datang untuk mengantarkanya masih memenuhi isi kepalanya.

" Jani, lo gak turun, ke toilet gih, jangan kebelet pipis atau mendadak mules ditengah jalan ". Martha membuyarkan lamunan Anjani. Saat ini Martha telah duduk kembali di kursi disamping Anjani dengan Pop Mie ditanganya, telihat kepulan Uap dari air panas dari Cup tersebut.

" bagi dong laper gua tha ". Tanpa meminta persetujuan si pemiliknya Jani merebut Pop Mie tersebut lalu melahapnya. Awalnya hanya sesendok, lalu dua sendok, seterusnya Jani melahap isi Pop Mie tersebut sampai tandas tak tersisa Mie sedikutpun, ia hanya menyisahkan kuahnya saja.

" gua laper tha, tapi gua males turun, mana minumanya gua haus tha ". Kali ini Jani meminta minuman Martha yang ada di tangan kiri Martha. Lagi lagi tanpa meminta ijin Martha minuman dingin berwarna biru yang banyak mengandung kandungan elektrolit yang dapat membuat seseorang yang meminumnya akan terjaga keseimbanganya, katanya sih begitu. Meneguknya lalu memberikan kembali dengan hanya menyisahkan setengah dari isi sebelumnya.

" Jani, gua nyesel duduk disamping lo, pindah ajalah gua kebelakang, tadi makanan gua sekarang minuman juga, kan bisa lo turun ke minimarket terus beli, apa susahnya sih, kaki itu digunain jangan di manjain buat diem-diem doang,mau-maunya El sama lo, cewe males !!". Martha marah, ucapanya sampai membuat teman-teman lain yang ada di dalam bus atau yang baru masuk kedalam bus tertuju ke arah mereka berdua. Sedangkan Anjani hanya diam, tidak sepatah katapun yang terucap dari bibirnya, ia hanya membiarkan Martha memarahinya. Setelah Martha puas memarahinya, lalu ia berdiri mengambil Sweater biru yang ada di bangkunya, serta berjalan meninggalkan Martha yang kini mendadak bisu melihat tingkah Anjani yang ternyata meninggalkan kursinya duluan dibandingkan dirinya yang niatnya akan pindah kebelakang.

Sepanjang perjalanan Anjani hanya melihat kearah jendela kaca bus, tatapanya sendu, sepilu hatinya. Kini ia duduk sendiri dibangku paling belakang yang dapat menampung 5-6 penumpang. Kesedihanya meninggalkan ayah dan juga Alika, kekecewaanya terhadap El, serta kemarahan terpendamnya terhadap Martha teman kuliah serta teman Anjani semenjak mereka sama-sama bersekolah di SMA yang sama. Tidak menyangka Martha akan berkata sepedas itu, semarah itu hanya karena makananya ia rebut paksa, karena hanya minumanya ia minta dan ia minum sampai setengah.

Kesedihan itu membuat ia tak kuat menahanya, bulir air matanya kini perlahan jatuh ke pipinya. Bulir demi bulir berubah menjadi derasnya air mata Anjani. Beberapa minggu belakangan ini Anjani merasa kadar sensitifitas perasaanya jauh lebih tinggi. Ia seakan berperang dengan emosinya sendiri. Setiap kali ingin menahan dan meredam setiap tekanan yang datang padanya ia seperti bertengkar dengan keegoisanya sendiri, seperti berperang dengan dirinya sendiri.

I've Something MissingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang