Lost

518 50 11
                                    

Valerie Pov

Saat ini aku diterima bekerja di suatu institusi kesehatan ternama di daerah Jakarta selatan. Keputusanku untuk resign dari kampusku mengajar dahulu sepertinya suatu keputusan yang baik dan tepat. Mengindari atasanku yang notabenya adalah anak dari pemilik yayasan yang super centil, ganjen dan juga rese yang mengharuskanku bekerja diluar jam batas bekerja sewajarnya. Jam kerjaku adalah dari pukul 09.00 s/d pukul 16.00. Namun ada saja pekerjaan yang dibebankanku untuk aku selesaikan hari itu juga dan harus diberikan kepadanya hari itu juga. Membuatku harus sering pulang larut malam. Dan kerena kejadian itu kesehatanku lah yang menjadi korbanya. Menjadi sering cepat merasa tidak enak badan akibat sering pulang malam dan juga pola makanku menjadi tidak teratur.

Mendapatkan kerjaan di institusi ternama seperti tempat kerjaku saat ini adalah bukanlah suatu perkara yang mudah. aku harus mendapatkan surat rekomendasi dari para guru besar ditempat lamaku, dan juga harus berikeras mengajukan permohonan pengunduran diriku pada ketua yayasan yang akhirnya memaksaku harus berurusan dengan Pak Nathanel si boss ku yang super centil dan ganjen itu. Ia meminta aku mengurungkan niatku untuk mengundurkan diri, namun sekuat dirinya mempertahankanku, sekuat itu pula aku bertahan dengan keinginanku untuk keluar dari institusi itu.

Bekerja di institusi kesehatan di tempat lamaku bekerja memang banyak memberikan penghidupan yang layak buatku. Selama bekerja disana sebagai dosen pengajar disana aku banyak bertemu relasi dibidang medis yang banyak membantuku untuk mendapatkan pekerjaan serupa sebagai dosen di institusi kesehatan milik para dokter-dokter tersebut. dari satu institusi ke institusi lain aku berkeliling mengajar mendapatkan pundi-pundi yang lumayan cukup untuk aku membeli sebuah apartemen didaerah Jakarta selatan yang cukup menguras tabunganku. Sebenarnya tidak semua tabunganku yang aku pakai, ditambah uang pinjaman Kinara kakak tertuaku. Kinaralah yang memaksaku untuk aku membeli sebuah Apartemen dikarenakan ia khawatir denganku yang selalu menjadi pelampiasan kemarahan dan juga pelampiasan akibat hobi mabuk pria yang aku sebut Papa itu.

Disinilah aku saat ini didalam sebuah bus bersama 30 mahasiswi yang isinya hamper semua perumpuan terkecuali dua lelaki bertubuh tambun yang bertugas sebagai supir bus ini serta si pria berperawakan seperti Chinese yang tak lain adalah kondektur bus yang membawa kami ini. Aku ditemani dengan Bu Sonia wanita berusia kisaran 40 tahunan asli Sumatra Utara dengan berperawakan tinggi besar, berbadan besar, berambut sebahu berwarna coklat yang aku bisa tebak itu bukan warna aslinya, dikarenakan aku melihat disisi pelipisnya terdapat rambut yang berwarna hitam. Berbeda denganku yang asli berwarna coklat warisan dari warna rambut mama. Ketika bersuara Bu Sonia seperti berteriak. Awalnya aku kaget ketika ia mengajakku mengobrol aku kira ia mengajak aku bertengkar, namun ternyata setelah makin mengenalnya aku ketahui kalau ia memang memiliki suara yang cukup lantang. Pantas saja ia dijuluki Ibu Spekear tau ibu Toa dikalangan mahasiswa.

Menempuh perjalanan sehari semalam dengan posisi badan hanya duduk saja walaupun sesekali supir berhenti di Rest Area membuatku serasa pinggangku serasa akan patah, punggungku terasa panas. Supir memberhentikan bus di Rest Area di daerah Purwakarta. Bu Sonia mengajaku untuk turun menemaninya ke toilet dan juga mengawasi mahasiswi yang sedang beristirahat diluar bus. Namun aku menolaknya karena aku tengah mencari Handphoneku yang aku lupa simpan. Bu Sonia memutuskan untuk turun sendiri, lalu aku berjanji untuk menemuinya di dekat toilet.

Suara gaduh dibangku belakang membuatku spotan menoleh, aku melihat dua sosok mahasiswi tengah bertengkar. Wanita yang berambung panjang hitam dan bergelombang sedang memarahi teman sebangkunya. Namun gadis yang dikuncir satu itu tampak diam saja hanya mendengarkan amarah temanya, ketika aku hendak melangkahkan kakiku untuk melerai sesaat itu pula mahasiswa yang memaharahi gadis berkuncir itu berhenti memarahi dan juga tiba-tiba handphoneku berbunyi yang ternyata berada di selipan bangku yang aku duduki, ternyata panggilan dari Bu Sonia, aku langsung turun dari bus tanpa melanjutkan langkahku mendekat kearah dua mahasiswa yang seketika berhenti bertengkar tersebut.

I've Something MissingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang