[2]

114 10 4
                                    

     Rezeva menatap papan pengumuman pembagian kelas di mading dengan antusias. Hatinya berdegup kencang (apakah ini yang namanya cinta?). Jarinya menelusuri daftar nama yang masuk di kelasnya kelasnya.

     Dua puluh satu, Maher Ilham Putra

     Dua puluh dua, Nelawanda Cintya

     Dua puluh tiga, Rezeva Amanda

     Dua puluh empat, Siska Khairani

     Dua puluh lima, Za-

     Mata Rezeva melotot--tak percaya yang tertulis di nomor urut dua puluh lima-- jarinya kembali menunjuk nama yang tertulis disana.

     Dua puluh lima, Zain Raharda?

     Tiba-tiba jantungnya (seperti) berhenti berdegup, pandangannya berputar.

     Dia sekelas sama gue?

     Rezeva terpatung. Selama liburan kenaikan kelas kemarin ia mati-matian melupakan Raharda. Ia berlibur di rumah Neneknya dan melakukan kegiatan ini-dan-itu demi mencapai tujuannya. Dan alangkah terkejutnya Rezeva saat mengetahui bahwa Raharda bersekolah di SMA yang sama dengan dirinya.

     Saat MOS pun ia melakukan segala cara agar tidak bertemu dengan Raharda dan itu lumayan berhasil untuk membuat Rezeva melupakannya 'sementara'. Tetapi sekarang, ia malah sekelas dengannya?

     GLEK

     Mati gue!

     "AAAAA!! KAKAKK!!!!!!" teriak Rezeva seraya berlari menuju kelas Kakaknya. "KAK DEVAAAAA!!" teriak Rezeva sekali lagi tetapi dengan suara yang lebih melengking.

     Deva yang mendengar suara teriakan Rezeva dari ujung koridor akhirnya bangkit dari peristirahatannya-di-kursi lalu berjalan mendekati Rezeva.

    "Kenapa?" tanya Deva saat bertemu dengan Rezeva. Rezeva menghentak-hentakkan kakinya--berlari di tempat.

"Kenapa, sih?" Deva mengernyit bingung.

     "Ih! Kakak!" kali ini Rezeva malah meloncat-loncat yang sontak membuat Deva dan murid-murid lain yang melihatnya, tertawa.

     "Ya ampun! Kenapa sih, dek?" tanya Deva sekali lagi yang tak dibalas oleh Rezeva. Akhirnya Deva menaruh kedua tangannya di bahu Rezeva, "Udah deh loncat-loncatnya! Sekarang bukan waktunya olah raga!" seru Deva.

     Rezeva akhirnya berhenti meloncat-loncat tetapi tangannya menarik tangan Deva dari bahunya lalu digenggamnya tangan itu.

     "Kak!" pekik Rezeva sambil menggerak-gerakkan tangan Deva. Deva hanya menatap adiknya heran. "Aku sekelas sama dia, kak!"

     "Hah? Sama siapa?" tanya Deva bingung. Rezeva menghempaskan tangan Deva.

     "Ih! Masa kakak ga tau?" rajuk Rezeva. Deva hanya mengernyit lalu menggelengkan kepalanya. "Udah deh! Pokoknya pindahin aku ke kelas yang lain! Aku ga mau sekelas sama dia!"

     Deva mengelus puncak kepala Rezeva lalu berkata, "Siapa sih dek? Aku kok ga ngerti. Lagian ya, aku itu cuma Ketua OSIS! Bukan Kepala Sekolah, adekku sayang,"

     Oh So Sweet, pujian itu keluar begitu saja dari para murid perempuan setelah Deva mengucapkan kalimatnya yang malah membuat Rezeva kesal setengah mati.

     "Aku ga mau tau! Pokoknya aku mau pindah kelas!" Rezeva menyilangkan tangannya di depan dada lalu menatap Deva sinis. Deva balas menatap Rezeva dengan senyum miring di bibirnya.

     "Bersihin wece dulu ya," ucap Deva lalu segera berlalu dari hadapan Rezeva. Rezeva membulatkan matanya kesal. Dihirupnya oksigen untuk mengisi paru-parunya, dan...

     "KAKAKKKKKKKKKKK!!!!!!!!!!!" suara 7-oktafnya pun terdengar.

---

N/A

Pendek, ya?
Hooh, tapi 'janji' deh part selanjutnya 'mungkin' akan lebih panjang ^^

Tadi itu suara 7 oktaf pun aku ga tau gimana. Biar keliatan gimana aja gitu(?)

Nah, sifatnya si Rezeva ya gini deh. Rada manja-manja gitu ehehe.
Part selanjutnya bakal ada Raharda lho...
Dijamin rada lutu lutu (re:lucu lucu) gitu...

Okey...

See you...

Raharda [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang