Part 2

655 24 0
                                    

Harry's POV

Aku melihat Zayn sedang terduduk di kursi halaman belakang basecamp kami. Ia terlihat murung. Ya memang setiap hari, Zayn juga seperti itu.

"Apa kau baik baik saja?" Aku menghampirinya.

"Aku baik baik saja, Harry. Jangan tanyakan hal itu terus. Aku bosan." 

"Okay okay. Aku kan hanya bertanya." Aku terduduk disamping Zayn. "Zayn. Aku beritahu. Kau tidak boleh terus lemah seperti ini. Aku tahu kau laki laki yang kuat. Lupakan Elle. Lupakan kejadian itu. Lupakan-"

"Aku sudah pernah bilang, kalau aku tidak akan pernah bisa melupakannya, Harry." Potong Zayn dengan cepat.

"Memang melupakan orang lain yang kita sayangi itu sangat sulit. Tapi kau harus mencobanya Zayn. Elle akan sedih disana jika kau terus seperti ini. Biarkan ia beristirahat dengan tenang. Aku yakin, Elle pasti tersenyum disana." Aku menepuk pundak Zayn.



Zayn's POV

Harry meninggalkan ku. Jika di pikir-pikir, perkataan Harry memang benar. Tapi melupakan Elle -orang yang aku cintai- tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Bagaimana jika kau berada diposisiku? Apakah dengan mudah kau akan melupakan orang yang kau cintai itu? Terutama jika kau memiliki banyak kenangan indah dengan orang itu?

Berbicara memanglah mudah. Melakukannya yang sulit.

Aku akan mencobanya. Aku tidak mau membuat Elle sedih lagi. Aku harus kuat dan mencari jalan keluar dari semua masalah ini.

Aku harus memulai lembaran baru. Memulai semuanya dari awal. Aku akan mencari pengganti mu, Elle. Tapi, aku tidak akan pernah melupakanmu. Karena bagaimana pun juga, kau adalah seseorang yang paling berharga bagiku.

Sebenarnya aku juga merasa kesal ketika teman-temanku mulai menasehatiku. Maksudku, memang perkataan mereka benar. Tapi seharusnya mereka juga bisa mengerti bagaimana perasaanku.


-Flashback-

"Mau sampai kapan kau tidak makan Zayn?" Tanya Niall yang terduduk diujung tempat tidurku.

"Aku tidak tahu Niall." Aku menggelengkan kepalaku.

"Aku mengerti bagaimana perasaanmu. Aku juga merindukan Elle. Hatiku sangat sakit ketika mengetahuinya bahwa ia telah tiada." Niall mendengus.

"Asal kau tau, Zayn. Aku pernah mencintai Elle." Mendengar Niall berbicara begitu, aku menengok kearahnya dengan cepat. Apa aku tidak salah dengar?

"Ya- ya, aku pernah menyukainya. Bahkan aku sangat mencintainya. Aku merelakannya untuk bersamamu. Aku hanya ingin membuat Elle bahagia. Aku tidak bisa melihatnya menangis. Dan yang harus kau ketahui adalah, ia sangat mencintaimu Zayn." Niall menarik nafas panjang.

"Kau ingat ketika fotomu bersama seorang perempuan sedang berciuman beredar dimana-mana? Ketika Elle mengetahui hal itu, ia menangis tak henti-hentinya. Jujur saja, aku benar-benar marah padamu waktu itu. Aku tidak menyangka kau akan menyakiti Elle seperti itu. Aku berusaha untuk menenangkannya. Kau ingat ketika kalian berciuman untuk yang pertama kalinya? Aku melihat kalian pada waktu itu. Rasanya hatiku panas. Tapi aku tidak mau merusak kebahagian kalian. Jadi aku mempercayaimu untuk menjaga Elle. Aku mohon, Zayn. Jangan egois. Jangan sakiti Elle untuk yang kesekian kalinya. Ia tidak mau melihatmu terus seperti ini. Percaya padaku, ia juga merindukan mu, dan sangat mencintaimu, Zayn." Niall pergi meninggalkan ku. Aku mulai mencerna perkataannya. Ia memang benar. Aku tidak boleh terus begini.

-End of Flashback-


***

"Jadi, apa jadwal kita hari ini?" Tanya Niall yang mulutnya penuh dengan makanan.

"Telan dulu makanan mu." Aku melirik kearah Niall. Ia menelan makanannya lalu menyengir.

"Hari ini ada photoshoot." Ucap Liam yang tiba tiba saja datang.

"Photoshoot?" Tanya Harry yang menaruh semangkuk sup lalu ia duduk dibangkunya. Kami hanya mengangguk.

"Hey!" Harry menepis tangan Niall yang berusaha mengambil sup milik Harry. Yeah, begini lah kami. Selalu saja ada kejadian konyol yang terkadang membuatku ingin tertawa.

"Aku masih lapar, Hazz." Niall merengek dan memasang wajah manisnya kearah Harry.

"Ugh, baiklah. Aku akan mengambil sup yang lain." Ucap Harry yang berjalan kearah dapur. Niall langsung menyengir senang dan mengambil mangkuk yang 'awalnya' milik Harry.

"Jam berapa kita akan berangkat?" Tanya Louis sambil menyantap sarapannya.

"Mungkin, sekitar jam 10." Kata Liam.

"Pagi?" Harry kembali dengan memegang semangkuk sup.

"Malam." Ucap Liam kesal. Harry hanya tertawa jahil.


"Ayo. Kalian harus bersiap siap. Sebentar lagi kalian harus segera berangkat. Jangan sampai telat." Ucap Paul yang terlihat sedang berdiri di ambang pintu. Dengan itu, aku dan yang lain langsung cepat-cepat mandi dan bersiap-siap. Aku harap hari ini bisa menjadi hari yang menyenangkan.

Heart AttackWhere stories live. Discover now