Part 1

738 25 2
                                    

Zayn's POV

"Kau baik baik saja, Zayn?" Louis berdiri diambang pintu.

"Ye- yeah... Aku baik baik saja. Kau tidak perlu khawatir, Lou." Aku berusaha untuk tersenyum.

Louis tersenyum dan menghampiriku. Ia terduduk di sebelahku. Aku langsung melipat kertas yang dulu pernah Elle berikan padaku.

Aku menunduk. Menahan kepalaku dengan kedua tanganku. Tiba tiba saja perasaan itu muncul lagi. Perasaan menyesal dan bersalah itu muncul lagi.

"Sudah lah, Zayn. Tidak perlu dipikirkan lagi." Louis menepuk pundakku.

"Bagaimana tidak aku pikirkan? Itu sangat sulit untuk aku lupakan."

"Tapi kau tidak bisa terus seperti ini. Kau harus berubah Zayn. Kau harus mencoba untuk melupakan Elle. Masih banyak perempuan yang bisa menggantikan Elle, Zayn." Louis menepuk pundakku sekali lagi. Mencoba untuk membuatku tenang. Tetap saja perasaan gelisah ada dalam diriku.

"Aku sudah pernah mencobanya. Tetap saja aku tidak bisa melupakan Elle. Ia terlalu berharga untukku." Kini aku menatap mata Louis yang menatapku penuh kekhawatiran. Aku benci tatapan itu.

"Aku mengerti perasaan mu. Tapi-"

"Tapi apa?! Kalau kau mengerti perasaan ku, seharusnya kau mendukung apa yang ingin aku lakukan! Bukannya memaksaku untuk begini begitu!" Aku membentak Louis. Matanya membulat karena terkejut dengan sikapku.

"Oh, I'm sorry Lou. Aku hanya.... Aku... Aaargh." Aku menunduk dan menutup kedua wajahku. Tidak seharusnya aku membentak Louis. Padahal ia hanya berusaha untuk membuatku tenang dan menasehatiku. 

"Tidak apa apa Zayn. Aku bisa mengerti bagaimana perasaanmu. Jika kau lapar, kau bisa kebawah. Harry sudah membuatkan sarapan." Aku bisa merasakan bahwa Louis tersenyum. Aku melihatnya sudah berjalan melewati pintu.

Aku mengambil handphone-ku. Terlihat wajah perempuan cantik disana yang menghiasi layar handphone-ku. Itu adalah fotoku bersama Elle di taman di Bradford. 

"Aku merindukan mu Elle. Sangat merindukanmu. Aku ingin mengulang semua momen indah itu." Lagi lagi airmata ku terjatuh. Hatiku berdenyut, rasanya sakit sekali mengingat semua kejadian itu.

Seandainya aku tidak mengingkari janjiku, tidak menyakiti Elle dengan pergi bersama orang lain, membahagiakannya di sisa hidupnya. Pasti aku tidak akan pernah menyesal seperti ini.

Louis' POV

Aku berjalan menuruni anak tangga. Aku merasa tidak enak pada Zayn.

"Bagaimana? Apa kau berhasil?" Liam bertanya. Harry yang masih sibuk membereskan dapur langsung melirik kearahku dengan cepat. Begitupun Niall yang tadinya sedang melahap makanannya, sekarang ia menatapku serius.

"Uhm... Seperti biasa. Ia masih belum bisa melupakan Elle." Aku menarik kursi yang ada disebelah Niall.

"Ugh, mau sampai kapan ia terus seperti itu?" Niall berbicara. Aku hanya mengangkat bahuku.

Zayn berubah sejak Elle meninggalkannya. Ia jadi pendiam. Biasanya Zayn bisa aku ajak untuk menjaili Liam, Niall, ataupun Harry.

Tapi untuk sekarang, rasanya sulit. Ia lebih senang berdiam diri dikamar ketika kami sedang tidak ada jadwal apapun, dibanding berkumpul bersama kami -Aku, Liam, Niall, dan Harry.

Zayn yang mudah tertawa pun hanya bisa tersenyum tipis ketika aku bertingkah aneh dan konyol untuk menghiburnya. Bahkan, terkadang ia hanya diam.

Zayn yang hobi bercermin dan tidur itu, sekarang hobi menangis, diam, dan menyendiri.

Aku sudah kehabisan akal untuk membuatnya ceria kembali. Zayn bisa menutupi rasa sedihnya itu. Diatas panggung memang ia terlihat biasa saja. Bahkan terlihat sangat senang.

Tapi sebenarnya, ia masih merasa sedih. Karena kejadian itu dan Elle terus berputar diotaknya. Ia sulit melupakan Elle. 

Aku dan teman temanku akan selalu berusaha dan membantu Zayn untuk melupakan Elle dan mencari pengganti Elle.

Aku tidak mau Zayn terus seperti ini. Itu akan berpengaruh buruk untuk dirinya sendiri. Bagaimana pun, Zayn adalah temanku. Jadi aku harus membantunya. Apapun caranya.

Heart AttackWhere stories live. Discover now