Part 10

435 15 0
                                    

Aku sudah sampai di kampusku. Tidak tau kenapa jantungku rasanya mau lepas. Ketika kakiku menginjak lantai koridor, semua mata tertuju padaku.

Dari mulai yang sedang mengobrol, menaruh buku di loker, dan orang yang sedang berciuman pun sampai menghentikan aksinya hanya untuk melihatku. Ada apa ini?

Yang membuatku takut adalah mereka menatapku bukan dengan tatapan kagum. Tapi, tatapan seperti, seolah-olah aku adalah darah yang segar dan mereka adalah vampire yang sedang mencari darah. 

"Cassi!" Suara Cher terdengar dari belakang ku. Aku menengok dan melihat Cher berjalan bersama Amanda Laticia.

"Hey Cher! Hey Amanda!" Sapaku ramah. Mereka berdua langsung merangkulku.

"Bagaimana kemarin? Kau kan memotret-"

Aku memotong omongan Cher. "Lebih baik kita ke kelas saja. Kau tidak lihat? Semua orang menatapku sinis seperti itu." Aku berbisik dengan sangat pelan. Cher dan Amanda mengangguk mengerti.

"Jadi, bagaimana? Ayolah Cassi... Ceritakan pada kami." Cher memohon ketika kami sudah sampai dikelas dan duduk.

Aku menarik nafas panjang dan mulai menceritakan semuanya. "Menurutku, mereka orang yang menyenangkan. Tidak sombong sama sekali. Hanya...."

"Hanya apa?" Sela Amanda.

"Hanya, Zayn terlihat aneh pada awalnya. Karena ia selalu diam ketika melihatku. Seolah-olah aku adalah makhluk halus yang akan menghantuinya," Perkataan ku membuat Cher dan Amanda terkikik pelan.

"Tapi, Zayn itu baik kok. Bahkan dia sangat perhatian padaku. Begitu juga dengan Harry. Semuanya." Lanjutku.

"Lalu, tanganmu itu kenapa?" Amanda bertanya sambil mengerutkan keningnya. Ia dan Cher menatap tanganku yang masih dibalut dengan perban.

"Ini.... Gara-gara Brennan." Aku menundukkan kepalaku.

"Hey, apa yang terjadi?" Suara Cher terdengar lebih pelan.

"Aku... Aku putus dengan Brennan. Ia sedang bersama Ammy pada waktu itu. Jadi aku putuskan saja dia." Lagi lagi airmata membasahi pipiku.

"Aku mencoba untuk membunuh diriku sendiri dengan cara melukai tanganku dengan silet. Harry datang kerumah ku secara tiba-tiba ketika tanganku sudah mengeluarkan darah yang cukup banyak. Ketika aku tersadar, aku sudah berada di rumah sakit. Harry yang mengantarku kesana. Malamnya, Zayn yang menemaniku dirumah sakit itu." Aku terus menangis.

"Dimana lelaki brengsek itu? Akan kuhajar dia!" Cher berdiri, melihat ke arah kanan dan kiri yang sepertinya ia sedang mencari keberadaan Brennan. Cher memang sedikit tomboy. Tapi jujur saja. Ia sangat cantik diantara kami bertiga. Menurutku.

"Sudahlah, Cher." Ucapan Amanda membuat Cher terduduk kembali. "Jangan menangis lagi, Cassi. Kami disini untukmu. Kami akan selalu ada untukmu. Kami berjanji akan selalu disampingmu." Amanda tersenyum.

"Benar kata Amanda. Percayalah pada kami. Kau akan menemukan pengganti Brennan. Lagi pula kan aku sudah pernah bilang, kau jangan mau menerima Brennan. Ia kan hanya ingin memper-" 

"Sssttt!" Amanda melirik Cher yang langsung diam. "Sudah. Jangan dengarkan kata Cher. Yang penting, kau jangan menangis lagi. Okay?" Amanda menghapus airmataku. Sungguh, aku tidak mau kehilang mereka. Mereka adalah sahabat yang baik. Aku tidak mau kehilangan orang yang aku sayang untuk yang kesekian kalinya. Kami saling berpelukan.

Kami melepaskan pelukannya ketika bel berbunyi. 

Cher's POV

Mataku menangkap sosok laki laki berambut coklat, bermata hijau, dan berbadan bidang itu.

Aku bersumpah. Tanganku sudah gatal ingin mencabik cabik wajahnya itu. Berani beraninya ia menyakiti hati sahabatku, Cassi. 

Ditambah lagi dengan keberadaan Ammy diseberang tempat dudukku. Aku menatapnya dengan sinis. Ia hanya diam menatapku. Ha! Dasar penakut.

Bel istirahat berbunyi. Membuat semua orang keluar dari kelas mereka. Beberapa orang diam dikelas, pergi ke kantin, atau bahkan berpacaran. Bagi yang punya pacar.

Aku melihat Ammy yang langsung menarik Brennan dengan cara mengaitkan tangannya ditangan lelaki brengsek itu. Dengan itu, aku langsung bangkit dari kursiku. Berjalan kearahnya dengan hentakan kaki yang keras, aku melihatnya dan perempuan gila itu menengok kearahku. Aku mendekati Brennan. Melayangkan satu pukulan di pipi kanan Brennan dan satunya di pipi kiri Brennan. Ia hanya diam dan menatapku bingung.

"Kenapa, pengecut? Beraninya hanya menyakiti perempuan saja! Brengsek." Aku menatapnya dengan tatapan menantang.

"Maksudmu apa?" Tanya Brennan bingung.

"Jangan pasang wajah melas itu, pengecut. Tidak akan ada yang mengasihani mu. Kau pikir Cassi tidak sakit hati? Tidak marah? Tidak kesal? Tidak menangis?! Hah?! Kau lebih memilih bersama perempuan tidak waras ini? Dibandingkan dengan Cassi yang sudah jelas-jelas waras dan sangat-sangat mencintaimu?"

Brennan hanya menatapku. Seperti orang bodoh saja.

"Kau tau? Cassi sangat mencintaimu. Dengan seluruh hatinya. Tapi kau malah menyakitinya, membohonginya! Apakah laki laki yang gentle seperti itu?! Badan mu saja yang besar. Tapi otak dan hatimu sangat minim. Dasar bodoh, brengsek, pengecut!" Aku mendorongnya. 

"Shut the f*ck up, b*tch! Jangan katakan hal itu! Kau yang bodoh! Kau brengsek! Sama seperti temanmu yang bernama Cassi b*tch itu! Dia hanya ingin memanfaatkan Brennan agar-" aku memotong perkataan Ammy dengan menampar pipinya. Ia langsung terkesiap dan menatapku tidak percaya.

"Apa?! Kau kira aku takut dengamu, b*tch?! Aku sama sekali tidak takut dengan pengecut sepertimu! Kau yang seharusnya diam! Dan jangan ganti nama Cassi!" Bentakku sambil melotot ke arah Ammy.

"Sudahlah, Cher. Tinggalkan saja si pengecut dan si brengsek itu. Tidak penting mengurusi orang bodoh seperti mereka." Amanda menarikku.

"Dengar, Brennan. Kau akan menyesal melakukan semua ini. Kau pikir Cassi akan diam saja? Tidak. Bahkan Cassi sedang dekat dengan seseorang. Kau tau Zayn Malik? Yang baik itu dan bukan seorang yang brengsek sepertimu! Ya, Cassi, sedang dekat dengannya! Ia akan segera melupakanmu. Ingat kata-kata ku." Aku tersenyum puas ketika melihat Brennan yang langsung mematung. Aku senang melihatnya seperti itu.

Tenang saja, karma masih berlaku.

Heart AttackWhere stories live. Discover now