Part 8

568 15 0
                                    

Hari semakin malam. Aku masih menemani Cassi disini. Seorang suster masuk ke dalam. "Permisi, ini makan malam untuk Olivia." Ucap suster itu dengan ramah. Ia menaruh nampan yang berisi makanan lalu keluar dari ruangan ini.

"Cassi... Bangun." Aku mengelus puncak kepala Cassi. Ia bergerak tidak enak dan terbangun.

"Kenapa kau membangunkan ku, Zayn?" 

"Tadi seorang suster mengantarkan makanan. Kau harus makan, Cassi." Aku mengambil nampan yang berisi makanan itu.

"Maaf? Cassi?" Ia menaikkan sebelah alisnya. 

Olivia's POV

"Memang kenapa kalau aku memanggilmu Cassi?" Zayn mengerutkan keningnya dengan bingung. 

"Uhm... Tidak apa-apa. Mana makanannya?" Aku mengalihkan pembicaraan. Hanya Brennan, teman, dan keluarga ku yang memanggilku Cassi. Sekarang Zayn memanggilku Cassi juga. Hal itu membuatku teringat pada Brennan.

"Ini." Zayn memberikan ku makanan rumah sakit yang membuatku mual. Bentuk, warna, dan baunya yang tidak kusukai.

Aku membuka plastiknya lalu mengambil sendok. Menyuapkan makanan tersebut ke dalam mulutku. Mengunyahnya perlahan. Aku bersumpah rasanya sangat tidak enak. Membuatku mengernyit. Tiba-tiba Zayn tertawa kecil.

"Mengapa kau tertawa?" Aku menatap Zayn sinis.

"Kau ini galak sekali. Aku tertawa karena eskpresi mu ketika makanan itu masuk kedalam mulutmu." Zayn terkikik.

"Rasanya sangat tidak enak, bodoh. Kau mau mencobanya?" Ucapku sambil mengambil sesuap makanan memualkan itu kearah Zayn.

"Tidak, tidak. Terima kasih. Aku sudah kenyang." Zayn mendorong tanganku dengan kedua tangannya. Aku tertawa puas. Sebenarnya, Zayn itu orang yang menyenangkan. Tapi terkadang menyebalkan juga.

Zayn's POV

"Uhm, Zayn?" Suara Cassi membuatku menengok kearahnya.

"Ya, ada apa?"

"Boleh aku tanya sesuatu?"

"Tentu." Aku tersenyum lembut kearahnya.

"Sebenarnya, Elle itu siapa?" Hatiku berdenyut dengan menyakitkan ketika Cassi menyebut namanya.

"Jadi, dulu Elle itu adalah pacarku. Aku sangat mencintainya. Kami baru berpacaran selama satu tahun. Aku menyesal," aku menghembuskan nafas lelah. "Aku menyesal karena aku telah menyakiti hatinya dan tidak membahagiakannya disisa hidupnya." Lanjutku.

"Maksudmu?" Cassi menatapku bingung.

"Aku malah asik bersama orang lain. Perempuan yang bersama ku pada waktu itu bernama Emma, Emma Laurent. Ia memang cantik. Tapi tetap saja Elle yang paling cantik. Ketika aku pulang ke rumah, Elle sedang menangis. Tiba tiba saja ia pingsan. Aku langsung membawanya ke rumah sakit."

"Lalu?" Tanya nya lagi.

"Setelah sampai aku masih harus menunggu. Aku merasa senang ketika ia sudah sadar. Ia memberikan ku sebuah surat. Dan memintaku untuk membaca surat itu ketika... Ketika ia sudah tiada. Dan... Ya. Dia meninggalkan ku hari itu juga. Aku menyesal telah membuatnya sakit hati. Aku tidak membahagiakannya. Aku... Aku juga bukan kekasih yang baik untuknya. Aku juga pernah berniat untuk bunuh diri sepertimu. Tapi aku mengurung niatku. Karena aku tidak mau menyesal lagi untuk yang ke sekian kalinya." Aku menundukkan kepalaku. Rasanya hatiku ini seperti ditusuk tusuk. Sakit sekali. Aku sampai tidak sadar airmata ku mengalir lagi. Bodoh. Aku mengingatnya lagi.

"Z- zayn? Apa... Apa aku salah bertanya? Ma- maafkan aku Zayn. Aku tidak tahu." Cassi merasa bersalah.

Aku langsung menengok kearahnya. "Tidak apa-apa Cassi." 

Cassi tersenyum lembut dan menatapku khawatir. Oh, come on. Don't look at me like that.

***

Cassi sudah tertidur. Biasanya aku cepat merasa ngantuk. Tapi sekarang, aku belum juga merasa ngantuk. Perkataan ku tadi masih terlintas di otakku. Aku mengambil ponselku dan tertera dua pesan dari Harry dan Niall.

From: Harry

Apa Olive baik-baik saja, Zayn?

To: Harry

Iya. Ia baik-baik saja. Sekarang ia sedang tidur.

Aku membaca pesan dari Niall.

From: Niall

Kau tidak apa-apa menemani Olive disana? 

To: Niall 

Tentu saja tidak apa-apa. Lagi pula, besok jadwal kita masih kosong kan?

Tiba tiba ada pesan baru dari Niall. Tumben sekali ia belum tidur.

From: Niall

Iya sih. Tapi jika kau mau, aku bisa menggantikan mu disana untuk menemani Olive.

To: Niall

Tidak perlu, Niall. Besok Olive sudah bisa pulang :) x

From: Niall

Baiklah kalau begitu. Lebih baik kau tidur, Zayn. Ini sudah sangat malam. Jarang-jarang tukang tidur seperti mu masih bangun jam segini.

To: Niall

Iya, tukang makan. Kau juga harus tidur. Kalau tidak, kau akan bosan dan merasa lapar. Sehingga makanan di basecamp kita habis semua.

From: Niall

Okay. Sudah, aku mau tidur. Selamat malam, tukang tidur! :)

To: Niall

Baiklah. Selamat malam, tukang makan!! :D x

Aku terkikik sendiri membaca pesan dari Niall. Aku senang mempunyai teman seperti dirinya. Ia bisa menghiburku hanya dengan mengirimkan sebuah pesan seperti tadi.

Aku mengirim pesan pada Harry.

To: Harry

Harry, bisakah kau menjemput ku dan Olive besok? Kabari aku secepatnya :D x

Setelah pesan itu terkirim, aku memasukkan ponselku ke dalam kantung celana ku. Aku menatap Cassi sebentar. Mengelus pipinya. "You know what, Cassi? Kau sangat cantik dan aku menyukaimu." Aku berbisik dan tersenyum. Dengan itu, aku tertidur di kursi yang aku duduki.

Heart AttackWhere stories live. Discover now