Part 5

621 18 0
                                    

Selama di basecamp, kami mengobrol sampai hari menjelang sore. 

"Terima kasih untuk semuanya." Aku memeluk Liam, Louis, Niall dan Harry. Aku menghampiri Zayn dengan ragu. Ia hanya menatapku tanpa eskpresi apapun. Bagaimana aku tidak merasa bingung?

"Te- terima kasih." Aku hanya menatap Zayn dengan senyuman selama beberapa detik. Lalu aku berbalik. 

"Olive! Wait!" Suara Harry terdengar dari belakang. Membuatku menghentikan langkahku. Aku berbalik dan melihat Harry mendekat.

"Biar aku yang mengantarmu." Harry berdiri disampingku. 

"Tap-" Baru aku ingin bicara, Harry memotongnya.

"Aku mohon kali ini jangan menolak." 

Aku tidak tau lagi harus bilang apa. Harry memintaku. Atau lebih tepatnya memaksaku. Ya sudah, aku iya-kan saja apa maunya. Harry menyengir, membuat lengsung pipinya yang lucu itu muncul. Aku terkikik pelan. Ia sangat semangat. Harry membukakan pintu untukku. Ia berjalan kearah sisi mobil yang lain dan masuk ke dalam. Harry menyalakan mobilnya.

Tidak lama, kami sampai dirumah ku. Tepatnya rumah ku dan pacarku, Brennan. Brennan James Adams. 

"Terima kasih Harry. Maaf jika aku merepotkan mu." Aku menengok ke arah Harry.

"Yup, sama-sama. Kau tidak merepotkan ku sama sekali." Harry tersenyum ramah. Aku menganggukkan kepala dan membuka pintu mobil Harry lalu keluar. Aku melambaikan tangan sampai mobil Harry benar benar hilang dari pandanganku. Sungguh hari yang menyenangkan bisa bertemu, memotret, berkenalan, makan bersama, tertawa bersama, bahkan diantar pulang oleh idolaku sendiri. What a wonderful day.

Aku berjalan ke arah pintu rumahku sambil bersenandung kecil dan tersenyum sendiri. Mengingat kelucuan yang terjadi tadi. Aku membuka pintuku. 

"Brennan? Ammy? Apa yang- Oh my God!" Aku terkejut melihat Ammy dan Brennan sedang berciuman dengan posisi Ammy diatas tubuh Brennan.

"Cassi?!" Brennan terkejut melihatku. Begitu juga dengan perempuan murahan itu.

"Kau- argh! Aku membecimu! And you too, bitch! Kalian, keluar dari sini!" Aku mengusir Brennan dan Ammy yang murahan itu.

Brennan langsung mendorong Ammy dan berjalan kearahku. Ketika aku menatap matanya yang berwarna hijau itu, hatiku berdenyut dengan menyakitkan. 

Brennan berbohong. Ia bilang ia mencintaiku setulus hatinya. Ia pernah berjanji tidak akan menyakiti hatiku. Semuanya bohong! Semuanya hanya omong kosong! Semua lelaki sama saja! Tidak pernah mengerti bagaimana perasaan perempuan. Mempermainkan perempuan dengan seenaknya. Aku merasa bodoh sekarang karena mau menerima Brennan sebagai pacarku. 

Tapi sebelum kejadian ini, ketika Brennan menyatakan perasaannya padaku, ia menyatakannya dengan sangat tulus. Brennan memang terkenal playboy di kampusku. Tapi aku dan Brennan bisa bertahan hingga satu tahun. Brennan berpacaran paling lama sekitar 1 bulan kurang. Setelah itu ia berganti pacar lagi. Terlihat sangat jauh perbedaannya.

Aku pernah bertanya pada Brennan berapa perempuan yang pernah menjadi pacarnya sampai sekarang. Dan percaya tidak percaya, mantannya ada 23. Itu bukan jumlah yang sedikit. Ia memang tampan, dan awalnya aku pikir ia tidak akan menyakitiku seperti ini. Aku tidak bisa menolaknya. Jadi aku terima saja. Aku tidak menduga bahwa akhirnya seperti ini.

Aku menampar pipi Brennan ketika ia benar benar ada didepanku. Tamparan itu tidak sesakit perasaanku sekarang. Ia menatapku tidak percaya dan mengelus pipi kanannya yang biasanya ku cium itu.

"Cassi, kumohon. Maafkan aku. Aku-" 

"Kau apa?! Tidak sengaja?! Aku sudah bosan dengan omong kosong seperti itu! Telinga ku panas mendengar kata kata itu! Kau berbohong Brennan! Aku membencimu! Aku tidak menyangka kau akan melakukan hal ini. Sekarang keluar, dan bawa gadis kesayangan mu yang murahan itu!" Aku memelototi Brennan dan Ammy. Aku menangis di depan Brennan. Ia menatapku sedih. Oh, jangan pasang topeng itu sekarang. 

"Dengarkan aku du-"

"Tidak ada yang perlu aku dengarkan dan tidak ada yang perlu kau jelaskan! Sekarang pergi dan tinggalkan aku sendiri. Bersenang senanglah dengan peliharaan mu itu yang sama brengseknya denganmu! Hubungan kita sudah berakhir!" Aku mendorong Brennan yang hampir terjatuh ke lantai yang ada dihalaman luar rumahku karena kencangnya doronganku dan lemahnya tubuh Brennan. Aku tidak tega melihatnya. Tapi aku membenci lelaki itu. Ammy tersenyum licik kearahku. 

Aku menutup pintuku dengan kencang dan menguncinya. Menutup beberapa tirai. Aku bersender ditembok. Aku terduduk lemah dan terus menangis. 

"Kenapa aku begitu bodoh? Kenapa aku bisa percaya dan menerima lelaki brengsek itu? Kenapa aku bodoh sekali? Aku benci semua ini. Aku sudah muak!" Aku menutup kedua wajahku. Merasakan betapa sakitnya hatiku saat ini. Aku tidak menyangka lelaki yang dulu menyatakan perasaanya padaku dengan tulus dan kata kata manisnya itu mempermainkanku. Aku benci dengan Brennan dan perempuan murahan yang bodoh juga tidak punya otak itu!

Brennan's POV

Cassi menutup pintunya dengan kencang. Mataku berkaca kaca. Aku tidak mau kehilangan Cassi. Aku sungguh mencintainya. Sangat mencintainya. Aku tidak ada maksud untuk menyakitinya. Bahkan membuatnya menangis dihadapanku.

-Flashback-

Terduduk disofa, aku mulai merasa bosan. Mununggu Cassi pulang. Ia bilang ia akan pulang lebih lama karena ada kerjaan lain. Sekitar jam 4 sore, ada yang mengetuk pintu.

"Pasti Cassi." Aku berdiri dengan semangat. Berjalan kearah pintu. Aku membuka pintu. "Hello my baby Cas-" seseorang mencium bibirku, mendorongku. Sampai aku terduduk di sofa. 

"Apa yang kau lakukan disini Ammy?!" Aku menatap Ammy dengan bingung.

"Aku merindukan mu. I want you, Bren." Lagi lagi Ammy menciumku. Aku berusaha mendorongnya. Tapi bodohnya adalah nafsuku tiba tiba meningkat. Tak lama seseorang membuka pintu. Aku terkejut melihat Cassi mematung disana.

-End of flashback-

Aku benar benar tidak bermaksud untuk menyakiti Cassi. Aku merasa bodoh dan sangat bersalah. Aku mencintai Cassi. Cassi adalah satu satunya perempuan yang memberitahu ku bagaimana cinta yang sebenarnya. Aku merasakan perasaan yang berbeda ketika menatapnya, memeluknya, menciumnya, dan melewati hari hari bersama dengan Cassi. 

Sungguh, aku menginginkan Cassi kembali. Aku mencintainya sepenuh hatiku. Bahkan aku berpikir dia adalah perempuan yang terakhir untukku. Karena aku tidak mau lagi berhubungan dengan orang lain selain Cassi. Aku tidak menyangka semuanya akan berakhir seperti ini.

Heart AttackWhere stories live. Discover now