part 15

22 6 0
                                    

Setelah sampai di kamar Reva, aku membuka pintu dan berkata
"Hi Va, gimna keadaan kamu?" Tanya ku
"Eh, Van. Baik baik aja kok."

"Udah makan obat kan?" Tanyaku lagi
"Belum Van." Jawabnya dengan biasa.

"Loh kok belum? Ayo makan obat dulu." Kataku sambil membetulkan posisinya agar bisa minum obat.
Tanpa disadari ternyata wajah kami hanya berjarak beberapa cm saja. Ku nikmati posisi tersebut. Aku memandang wajah Reva yg begitu indah. Aku pun mendengar hembusan nafasnya yg begitu teratur.

Tuhan betapa indahnya mahluk yg Kau ciptakan ini. Batinku.
Tapi pada akhirnya, aku langsung menyudahi semua itu.

"Ayo makan" ucapku sambil menyodorkan obat ke dalam mulutnya.

Setelah dia selesai minum obat, aku hanya bisa diam dan wajah ku menjadi datar karena seketika itu aku mengingat bahwa Nico tadi juga berada disini.

"Van, kamu kenapa?" Tanyanya memecahkan semua pikiranku
"Hmm aku gak kenapa kenapa kok Va" jawabku

"Ahh kamu gak enak Van. Kasih tau dong kamu kenapa"ucapnya dengan nada kesal.
"Loh Va, jgn kesal begitu dong. Aku cuma ada masalah dikit tadi di sekolah."kataku untuk berbohong dan untungnya dia percaya.
"Va, kamu bahagia gak kalau misalnya kamu sama Nico? Tanya ku.
"Bhagia kok tapi aku lebih bahagia sama-" aku langsung memotong perkataannya

"Yaudah tidur gih sana. Ntar biar sakitnya sembuh" kataku dan dia pun tidur.

Aku menggenggam tangannya dan sesekali mengelus lembut rambut hitamnya.
Sangking bosannya aku menunggu, akhirnya aku pun tertidur dengan posisi masih menggenggam tangan Reva.

Revan pov' s off

Aku terbangun dari tidurku dan merasa tanganku terasa hangat oleh sesuatu. Aku pun menoleh ke bawah dan aku melihat bahwa Revan sedang menggenggam tanganku.

Saat aku mengelus lembut rambutnya, dia terbangun dari tidurnya dan aku langsung menghentikan kegiatan yg td nya mengelus rambutnya.

Setelah dia selesai memberiku makan dan minum obat, dia pun akhirnya pulang.

*******

2 hari setelah aku sembuh, aku kembali kuliah lagi. Aku gak sabar pingin ketemu Revan. Aku udah kangen sama dia. Walaupun setiap hari kami ngobrol lewat hp tapi aku tetap ingin ketemu sama dia.

Ting ting ting!!!!!
Bel pulang berbunyi, akhirnya aku pergi keluar fakultas dan menunggu Revan disana.
Tapi udh 30 menit aku menunggunya, dia gak kunjung datang. Dan akhirnya aku pergi ke fakultasnya dan wow aku melihat ada kelompok irng orng yg berdiri di sana. Tapi mereka sedang apa? Akhirnya aku pun berlari ke sana.

Dan astaga aku melihat Revan sedang ditembak oleh seorang cewek dan yg gilanya Revannya nerima.
Tapi sebelumnya Revan itu termasuk cowok yg dikejar kejar oleh cewek jadi gak usah heran kalau dia di tembak oleh seorang cewek.

Aku gak sanggup melihat semua itu saat aku sedang kontak mata dengan Revan, aku langsung lari dengan cepat. Karena aku tau aku bakalan gak kuat nahan air mata ku dan benar saja saat aku berlari air mataku turun membanjiri ku.

"Va, tunggu " aku mendengar suara laki laki agak jauh dari belakangku.
Aku pun berhenti dan langsung segera menghapus air mataku karena aku tau siapa laki laki yg memanggil namaku tadi dan langsung berkata "eh Revan, ada apa Van?"
"Kamu kenapa Rev?" Kata Revan dengan suara seperti orang kecapekan.

"Aku gapapa kok Van. Kamu kok gak kasih tau aku kalau kamu suka sama oliv?? Kalau aku tau kan, aku bisa bantuin kamu tuk pdkt sm dia" kataku dengan suara parau
"Sorry ya Va aku gak kasih tau kamu. Ntar kamu jd repot sama urusanku terus." Jawabnya dengan biasa.

"Yaelah gapapa kali Van. Yaudah hmm congratulation ya Van. Long last" kataku sambil menjauh dari dia.

Aku pingin sendirian aja. Aku butuh ketenangan.

Tin tin tin!!"
"Ayo naik Va" ajak Revan.
"eh, ga usah Van. Lagian aku mau pergi dulu" jawabku dengan mencoba berbohong.
"Yaudah barengan aja sama aku" ktanya lagi.

"Revan! Gak usah. Aku kan udah bilang aku mau mampir dulu. Lagian aku bisa pulang sendiri kok" kataku dengan nada yang agak meninggi.
"Yaudah deh Va. Kamu keliatan banyak masalah. Mungkin kamu btuh waktu untuk nenangin diri dulu." Ucapnya seraya pergi meninggal ka ku.

Sesampainya aku dirumah, aku langsung masuk ke dalam kamar ku. Setelahnya aku terus menerus menangis. Ya menangisi kenyataan bahwa Revan gak akan pernah menjadi milik ku.

Lama kelamaan aku pun lelah dan akhirnya tidur lagi. Ya aku tidur dengan keadaan mata yg masih sembab dan duduk di lantai.

Ya ampun Revanya nangis lagi.
Ckcckck kasihan ya...

You Are My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang