Chapter: 1

729 34 0
                                    

"Putus?"

"Iya. Kurasa itu yg terbaik untuk kita."

"Salahku apa?" air mata Hanna kini tak terbendung lagi. Semua memori indah yang mereka lewati bersama terngiang kembali di ingatannya.

Bagaimana ia pertama kali bertemu dengan Jeonghan dulu di hari pertama penerimaan murid baru di SMA. Satu kelompok di kegiatan mos selama seminggu membuat mereka semakin dekat. Hingga akhirnya satu tahun setelahnya di kelas 2, Jeonghan baru berani menembak Hanna. Dan kini, baru 6 bulan pacaran, Jeonghan sudah minta putus?

"Ini bukan salahmu. Tapi salahku. Aku sadar bahwa aku terlalu sibuk dengan kegiatan band ku dan akhirnya sering mengabaikanmu."

Lelaki dengan rambut panjang sebahu terkuncir itu pun hanya bisa menunduk. Ia tak mampu melihat orang yang sungguh masih disayanginya itu menangis.

"Kalau kau memang sadar dengan perbutanmu yang mengabaikanku itu, kenapa kau tak meluangkan sedikit saja waktu mu untuk ku, seperti dulu."

"Aku tak bisa, Hanna." Kini Jeonghan menatap Hanna sendu.

"Kenapa? Kenapa dulu kau bisa dan sekarang tidak bisa?" Hanna kini memukuli dada Jeonghan pelan.

"Karena aku... telah menentukan prioritasku." Hanna menatap Jeonghan penuh kekecewaan.

Inikah Jeonghan yang dulu selalu menggenggam tanganku saat pergi dan pulang sekolah? Jeonghan yang selalu mengatakan sayang dan rindu saat di telpon dan sms? Jeonghan yang selalu mengirimkan voice note nyanyian nya yang merdu? Apakah ini Jeonghan yang selalu ada untukku dulu? Kurasa bukan.

"Jadi kau lebih memilih band daripada aku?"

"Iya." Hanna memundurkan posisinya beberapa langkah ke belakang. Ia benar-benar tak percaya dengan jawaban orang yang sangat dicintainya itu. Bahkan ia tak ragu sedikit pun dan langsung menjawabnya.

"Hanna.. aku sungguh minta ma.."

"Cukup! Jangan pernah meminta maaf padaku. Karena aku takkan memaafkanmu, Yoon Jeonghan. Kau yang memilihku untuk menjadi pacarmu, dan kini kau juga yang memutuskanku? Baiklah kalau itu maumu. Kita.. PUTUS!" Hanna menatap dalam mata Jeonghan dengan penuh kemarahan dan akhirnya berbalik pergi meninggalkannya di taman.

Air mata Hanna tak henti-hentinya mengalir. Ia terus berjalan ke depan di jalanan yang sepi ini. Dadanya terasa sesak sekali. Bagaimana mungkin Jeonghan mengatakan putus, padahal jelas-jelas yang terabaikan dan tersakiti adalah dirinya. Tapi, ia tak pernah terfikir untuk putus dari Jeonghan.

Entah sudah berapa jauh ia berjalan, kakinya kini terasa lelah sekali. Ia mulai memperhatikan sekitarnya.

"Dimana ini?" Hanna menoleh ke belakang, hendak mengira-ngira jarak yang ia telah tempuh. Tapi, ia benar-benar terhanyut dalam kesedihannya hingga mungkin ia sudah berjalan sekitar 1 atau 2 km. Dilihatnya mini market yang tak jauh dari tempatnya berdiri dan langsung menuju ke sana.

"Selamat datang" lelaki paruh baya menyapanya dengan hangat, tapi Hanna hanya berjalan terus menuju tempat es krim. Hanna benar-benar merasa hampa, bahkan ia mulai kehilangan kepedulian pada sekitarnya. Saat ingin membayar, ia menyerobot seorang lelaki yang padahal sudah lebih dulu ada di sana.

Sang penjaga hendak menegur Hanna, tapi lelaki yang diserobot mengangguk kepada penjaga seakan mangatakan: tak apa, biar gadis ini duluan saja.

Setelah membayar, Hanna memakan es krim strawberry yang ia beli di tempat yang telah disedikan di luar minimarket. Lelaki yang telah diserobot gilirannya oleh Hanna tadi memperhatikan Hanna dari dalam cukup lama.

"Boleh aku duduk di sini?" Sang lelaki kini berdiri di hadapan Hanna. Namun, Hanna tak menggubris dan tetap sibuk memakan es krimnya.

"Baiklah, kuanggap saja jawabannya iya." Sang lelaki menempatkan plastik belanjaanya dimeja. Ia memandangi Hanna sebentar sebelum menempatkan sebotol air mineral di samping Hanna.

DATING A STRANGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang