Kesempatan bagi Seungcheol

3.4K 328 61
                                    

Junhui benar-benar terpaksa untuk menginap dirumah Minghao semalam itu. Dan ibunya Minghao benar-benar berterima kasih kepada Junhui karena telah menjaga anak laki-lakinya dengan sangat baik sehingga saat ini Minghao dapat pergi ke sekolah bersama dengan Junhui yang terus menerus menjaganya. Bahkan Junhui lebih terlihat seperti bodyguard Minghao saat ini.

Kini mereka berada di sebuah bus untuk menuju sekolah mereka. Wajah Minghao masih pucat, tapi Minghao terus berkata bahwa dirinya ingin sekolah, karena kalau tidak, ia bisa-bisa tertinggal beberapa materi. Dan itu akan membuatnya semakin kesusahan.

"Gege..."
"Ya?"
"Banyak orang berkata, sebuah masalah akan semakin ringan apabila kita menceritakannya, setidaknya kepada seseorang.."
"Jadi kau ingin menceritakan sesuatu padaku? Cerita saja.. aku akan berusaha merahasiakannya apabila kau mau."
"Aku harap gege tertarik dengan cerita tentangku yang menjadi alasan mengapa aku memiliki phobia terhadap petir.."
"Ah! Sesungguhnya itulah yang aku ingin tanyakan padamu sejak kemarin! Jadi,, ayo,, ceritakan padaku.."

Minghao membersihkan tenggorokannya.

"Ketika itu, tidak lebih dari satu tahun yang lalu, hujan sangat lebat, aku berjalan dibahu jalan dekat taman kota bersama ibuku dibawah payung, ibuku terus menerus berkata padaku kalau ia merasa sedikit takut, tetapi aku berkata bahwa rumah tidak jauh lagi. Kami baru saja pulang dari rumah nenek. Belum lagi petir, kalau saja kami tidak beruntung saat itu, kami mungkin akan tersambar oleh kilatan listrik itu, tetapi justru yang tidak beruntung adalah sebuah mobil yang tengah melaju cukup cepat di samping kami. Mobil itu tersambar hingga terlempar sejauh beberapa meter kedepan. Yang membuat mengerikan adalah dua orang laki-laki yang keluar dari dalam mobil melalui pintu mobil belakang tersebut dengan simbahan darah di tubuh mereka. Ada rasaku ingin membantu mereka, tetapi ibuku lebih cepat menarikku menjauh dari sana karena mungkin saja tak lama lagi mobil yang diperuntukkan untuk empat orang itu akan meledak."

Udara disekitarnya terasa semakin dingin ㅡmenurut Minghaoㅡ. Jemarinya mulai melemas.

"Jadi,, kesimpulannya,, apabila petir tiba, ada dua ingatan yang muncul dipikiranku, membuatku takut dan merasa bersalah. Dua ingatan itu adalah, bayangan bagaimana mobil itu tersambar petir tepat disampingku, dan bayangan mengerikan dimana kedua laki-laki bersimbah darah itu keluar dari mobil mereka. Dan penyesalan yang menghantuiku adalah, aku tidak tahu siapa mereka dan bagaimana keadaan mereka saat ini, apa mereka telah meninggal atau mereka memiliki kekurangan karena kecelakaan itu, atau mereka hidup sehat seperti manusia biasa. Aku menyesal tidak membantu mereka.." Wajahnya yang mulai pucat kini dibasahi dengan tetesan air mata. Minghao terlihat gemetaran.

"Sudahlah,, jangan paksa dirimu untuk melanjutkannya lagi kalau kau tidak bisa. Kita akan pergi ke sekolah. Aku ingin kau baik-baik saja ketika di sekolah." Junhui memeluk Minghao yang ada disampingnya. Kemudian mengecup sekilas kepala Minghao dengan sayang.

"T-terima kasih, Gege."

===

Apabila ada yang bertanya siapa yang selalu terlalu pagi ketika sampai disekolah? Siapapun tahu, dan pastinya akan menjawab Hansol. Dan apabila ada juga yang bertanya, siapa yang paling siang atau hampir terlambat datang kesekolah? Dan mereka akan menjawab Seungkwan. Kalau dari jarak, memanglah jarak rumah Seungkwan cukup jauh. Bersyukurlah Seungkwan karena se-terlambat-terlambat dirinya sampai di sekolah, dia tidak ㅡatau belumㅡ pernah dihukum.

Tetapi mungkin sepertinya hari ini adalah terindah bagi Seungkwan, sehingga ia terlalu semangat pergi kesekolah, bahkan Hansol-pun belum datang.

Biasanya apabila dirinya tidak memiliki pekerjaan atau tidak ada yang dapat ia lakukan, ia akan pergi menuju kelas Chan atau member Seventeen lainnya. Tetapi sayangnya ini terlalu pagi, mungkin hyung-hyungnya juga belum tiba.

The Same Occurrence (SEVENTEEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang