E-01

10.7K 948 5
                                    

7 years later

Aku menutup sofa marun ruang tamuku dengan kain putih, begitu juga dengan barang-barang yang lainnya. Setelah selesai aku menyeret dua buah koperku dan satu tas ransel menuju teras depan rumahku. Sebelum mengunci pintu rumah ini, aku memperhatikannya terlebih dahulu, tempat ini adalah tempat tinggalku selama 17 tahun, dan sekarang aku harus meninggalkannya karena itu adalah permintaan terakhir Mom sebelum pergi. Rasanya menyesakkan.

Setelah puas menatap tempat ini, aku lalu menutup pintu dan menguncinya. Aku berjalan melewati pekarangan rumahku, dan memasukkan barang barang kedalam mobil berwarna jingga tua, mobil ini dulu adalah mobil milik Dad and Mom, lalu diwariskan untukku, setelah dua bulan lalu aku mendapatkan SIMku, aku baru berani membawa kendaraan ini.

Aku menutupi barang-barangku yang terletak di bak kecil mobil ini dengan terpal berwarna abu-abu, lalu berjalan memasuki mobil, dan berakhir duduk di kursi pengemudi. Dengan secarik kertas bertuliskan alamat yang sedari tadi kugenggam, aku melajukan mobilku ke tempat yang ada di kertas ini. Mobil tua ini masih mulus, karena dulu Mom dan Dad sangat menyayangi barang beroda empat ini.

Mobilku terus melaju membelah jalanan kota, perlahan mobilku menjauhi tempat ramai. Aku masih bingung, anehnya tempat yang akan aku datangi ini adalah hutan yang jauh dari kota, dan itu sungguh misterius, disini juga tertulis nomor telepon seseorang yang kata Mom adalah orang yang akan merawatku setelah usiaku menginjak 17.

Aku tidak heran mengapa semua ini terasa aneh dan rumit. Tujuh tahun lalu, saat pemakaman Dad selesai, Mom mengatakan hal tak masuk akal yang sulit diterima logikaku. Ia bilang kita berdua adalah makhluk immortal bernama Evergenity. Saat itu kupikir Mom stres karena Dad meninggal, namun aku baru bisa percaya saat aku mendapati Mom dikamarnya sudah berubah wujud. Telinganya panjang keatas dan kulitnya putih yang sangat pucat, hidungnya memancung dan kuku kukunya sedikit memanjang, dan satu lagi rambutnya juga berubah warna dan memanjang. Saat itu aku berteriak ketakutan karena kupikir itu bukan Mom, namun Mom menenangkanku dan meyakinkanku bahwa itu dirinya, ia bilang itu adalah wujud asli dari para Evergenity, dan mulai saat itu aku mencoba untuk percaya dan yakin kalau aku bukan manusia biasa seperti kebanyakan orang, walaupun sebenarnya aku belum bisa mempercayai semua ini karena aku sendiri tidak bisa berubah seperti Mom, atau mungkin belum.

Aku kembali membaca tulisan di kertas yang kupegang, memastikan bahwa jalan yang kulewati benar, dan mungkin sebentar lagi aku akan sampai. Aku masih tidak mengerti mengapa tiga tahun lalu saat Mom sekarat di rumah sakit, ia memberikan kertas berisi alamat ini padaku dan berkata bahwa aku harus pergi kesana tepat setelah usiaku menginjak 17 tahun, dan kini aku mengabulkan permintaan terakhir Mom.

Mom meninggal karena penyakit jantungnya yang sangat parah, usiaku baru 14 tahun dan aku masih Junior High School saat itu. Saat pulang sekolah, Aku menemukan Mom terkapar di lantai kamarnya, ia lemah tak berdaya dan tidak sadarkan diri, aku meminta tolong pada tetangga untuk membantuku membawa Mom kerumah sakit. Di rumah sakit, malamnya Mom sekarat,

"Sayang..." ucapnya lemah dengan senyum tulus. Aku menggenggam tangannya dan terus menitikkan air mata.

"Mom tak bisa bertahan lagi, Mom hanya ingin kau percaya bahwa kau Evergenity, dan kembalilah pada kawanan mu sayang."

"Ta-tapi Mom, siapa yang Mom maksud dengan kawananku? Dan dimana mereka berada? Aku samasekali tidak mengerti." Tanyaku ditengah isakanku, aku tak kuasa melihat keadaan Mom saat ini, namun aku salut karena Mom masih bisa tersenyum tulus padaku.

"Mereka kelompokmu sayang. Pergilah ke tempat yang tertulis di sini saat usiamu sudah 17 tahun, dan setelah sampai di sana hubungi nomor ini, maka akan ada yang menjemput mu." Ucapnya masih dengan senyum yang sama.

"Lalu apa yang harus kulakukan disana Mom?"

"Tinggallah disana, hidup dan bergabunglah dengan mereka selama sisa hidupmu, bagaimanapun juga kau harus berlatih dan hidup sebagai Evergenity seutuhnya seperti mereka."

"Tapi Mom.."

"Se-Selamat tinggal, semoga k-kau bahagia sayang..." ucap Mom dan mata Ambernya ditutup oleh kelopak matanya. Perlahan senyumnya menghilang dan wajahnya datar.

"Tidak, Mom! Jangan! Jangan tinggalkan aku!"

Aku menghentikan mobilku dan nafasku tersengal-senggal, keringatku menetes, dan jantungku berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Mengingat kejadian saat Mom pergi itu menyakitkan. Haruskah aku melupakan kejadian itu? Aku menggeleng dan menutup mataku.

Aku membuka mata dan menoleh menatap keluar kaca mobil, dan ternyata aku sudah sampai di tempat tujuan, yaitu berada di jalan ditengah hutan.




•••

Written By
Charen Samuel Tengker
(Rainytale)

Rabu, 6 Januari 2016

EvergenityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang