Jeonghan benar-benar tidak konsen bermain basket hari ini. Ia bahkan tidak bisa menangkap bola yang diarahkan kepadanya.
"Hyung!"
"Aw!" Jeonghan yang sedang bengong terkena lemparan bola Vernon.
"Kenapa kau ini? Daritadi tidak konsen mainnya." Seungcheol menepuk pundak Jeonghan.
"Maaf ya, aku istirahat dulu." Jeonghan pun menuju pinggir lapangan.
"Kenapa dia?" Tanya Mingyu pada Wonwoo.
"Entahlah. Ayo kita main lagi. Vernon cepat ambil bolanya." Seungcheol menghampiri Jeonghan. Akhirnya hanya Mingyu, Wonwoo, dan Vernon yang berlatih basket.
"Kalau ada yang mengganggu pikiranmu, ceritakanlah padaku."
"Tidak ada. Aku hanya lelah." Jeonghan tersenyum seadanya. Seungcheol tau, pasti ada sesuatu yang sesang Jeonghan pikirkan. Tapi ia juga tak mau memaksa. Seungcheol hanya menemaninya dan mengelus rambut Jeonghan pelan.
******
Joshua mengambil gitar accoustic dan duduk di sebuah kursi yang tersedia. Irene masuk perlahan ke ruangan klub sambil memperhatikan isi di dalamnya. Terdapat berbagai alat musik di sini yang membuatnya terkagum.
"Kemarilah." Joshua menunjuk sebuah sofa yang tidak terlalu besar di depannya. Irene duduk berhadapan Joshua.
"Belum lama ini aku meng-arrange lagu after school - because of you menjadi versi akustik. Kau mau mendengarnya?" Irene sempat ragu, tapi akhirnya ia mengangguk.
Joshua mulai memetik sinar gitarnya. Hingga akhirnya suara merdu keluar dari bibirnya. Irene menyimak dengan seksama. Diperhatikannya sosok yang makin menawan saat memainkan gitarnya itu dan setiap bait lirik yang ia nyanyikan. Joshua benar-benar mencurahkan seluruh isi hatinya ke dalam lantunan tiap baitnya hingga petikan sinar yang terakhir.
Entah mengapa Irene seperti bisa merasakan kepedihan yang Joshua curahkan lewat lagu yang ia nyanyikan.
"Bagaimana Irene?" Joshua yang sedari tadi hanya melihat gitarnya saat bernyanyi akhirnya menatap wajah gadis di hadapannya.
"Loh, kenapa kau menangis? Apa sejelek itu?" Irene menggeleng. Joshua pun tersenyum dan kemudian ia melap air mata Irene. Irene terkejut karena kini ia bisa melihat mata Joshua dari dekat. Sepasang mata yang hangat dan membuatnya terpesona. Joshua balik menatap mata Irene, tapi Irene memalingkan pandangannya ke arah lain.
"Apa ada lagu yang kau suka?"
"Eh? Lagu?"
"Aku akan memainkan gitarnya dan kau yang bernyanyi."
"Ta-tapi.. aku tidak bisa bernyanyi."
"Bohong! Semua orang bisa bernyanyi. Hanya saja ada nyanyiannya yang disukai banyak orang dan tidak. Ayolah, nyanyikan satu saja lagu untukku." Joshua terlihat memohon sekali. Irene jadi tidak tega.
"Brown Eyed Soul - My Everything. Apa kau bisa?" Jawab Irene malu-malu.
"Tentu!" Joshua kini tersenyum.
Joshua mulai memainkan gitarnya. Jantung Irene berdebar cukup kencang seakan-akan ia sedang mengikuti audisi di televisi seperti yang sedang marak saat ini. Irene memandangi Joshua, Joshua pun menatap Irene dengan senyuman khasnya dan mengangguk menandakan saatnya ia untuk mulai bernyanyi. Irene mulai melafazkan lirik demi lirik. Suaranya begitu merdu membuat Joshua terpana.
"Wah, aku tidak menyangka kau memiliki suara yang bagus seperti itu."
"Terima kasih." Irene tertunduk malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIM or HER ?
FanfictionMenjadi gay dengan 'dia' atau menjadi normal dengan 'dia'?