10. Feelings

567 63 18
                                    


Nyaman, bahkan terlalu nyaman, membuat Jeonghan enggan membuka matanya. Tapi.. tunggu dulu, Jeonghan sadar bahwa ia tidak sedang tidur dengan bantal berbentuk mickey mouse kesayangannya, ataupun bahkan sedang dikamarnya. Ia sedang dalam perjalanan ke perkemahan di pinggir kota. Dibuka matanya perlahan untuk didapatinya Joshua yang menatapnya hangat.

"Mimpi indah?"

"Eh?" Jeonghan pun bangun dan menyender di kursinya. Dilihatnya Joshua yang memijat bahu dan lengan kanannya sendiri.

"Apa bahuku senyaman itu?"

"Apa tidurku lama?"

"Kau tidur sejak dari tempat pemberhentian terakhir. Hampir sejam kurasa."

"Sejam? Maaf.."

"Tak apa, untung saja kau segera bangun. Lihat, kita sudah hampir sampai."

"Benarkah?" Jeonghan mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Sawah dan perkebunan terbentang luas di kanan kiri jalan. Benar-benar pemandangan segar yang takkan bisa kau dapatkan di kota. Apalagi, setelah tidur di bahu Joshua yang nyaman, energinya telah terisi sempurna. Untunglah para guru akhirnya memutuskan untuk mereka tinggal di penginapan daripada berkemah di alam terbuka dikarenakan peralatan kemah sedang dipinjam oleh anak pramuka sekolahnya.

"Baiklah. Kamar putri ada di lantai bawah sebelah kiri penginapan dan kamar putra di kanan. Setelah selesai beres-beres jangan lupa ke lantai dua untuk makan siang. Kalian diberikan waktu sampai jam 2 siang ini dan kembali berkumpul di sini. Mengerti?"

"Mengertiiii!!" Jawab murid-murid bersamaan. Setelah itu keadaan kembali riuh dengan suara gesekan koper-koper para murid dan celotehan mereka saat memasuki penginapan.

"Aaaah tidak!" Suara itu mengalihkan pandangan Joshua kebelakang. Segera ia menghampiri gadis yang memunguti barang-barangnya di tanah meninggalkan Jeonghan yang hanya mematung memandangi Joshua.

"Bawaanmu banyak sekali Irene."

"Joshua?" Joshua membantu Irene mengemas kembali barang-barangnya yang kebanyakan makanan ringan ke dalam tas berukuran sedang.

"Ini." Joshua pun menyerahkan tasnya kepada sang pemilik.

"Ayahku benar-benar khawatir aku akan kelaparan. Padahal aku sudah bilang bahwa ini hanya perjalanan dua malam."

"Itu tandanya ia sangat menyayangimu."

"Semenjak ibuku meninggal, ayahku adalah ibuku juga." Melihat barang bawaan Irene yang cukup banyak, Joshua pun mengambil koper Irene untuk sekedar meringankan bawaannya.

"Kau bawalah tas itu, biar kopernya aku yang bawa. Ada beberapa tangga sebelum memasuki penginapan, aku akan membawanya sampai ke dalam."

"Eh?" Joshua langsung saja menarik koper Irene di tangan kirinya dan kopernya sendiri di tangan kanannya memasuki penginapan.

"Ayo Joenghan-nie."

"I-iya." Manik mata Irene sempat berpapasan dengan manik mata Jeonghan, namun Irene langsung mengalihkan pandangannya dan terus berjalan di belakang Joshua.

"Sudah, dari sini kau tidak akan kesulitan."

"Terima kasih."

"Kalau kau butuh bantuanku katakan saja." Irene hanya mengangguk. Ditatapnya dalam Joshua yang berbalik pergi melewati koridor ke arah yang berbeda. Saat lagi-lagi matanya tertangkap oleh mata Jeonghan yang menatap ke arahnya, Irene langsung bergegas memasuki kamarnya.

HIM or HER ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang