9. Distraction

505 61 7
                                    

"Aku pulang~"

"Oh, Jeonghan, bagaimana keadaan temanmu yang katanya kakinya sedang sakit itu? Oiya, tadi –"

"Nanti saja, Ma. Aku lelah mau istirahat." Tanpa memperdulikan omongan mamanya, Jeonghan langsung naik ke lantai dua tempat kamarnya berada.

Jam menunjukkan pukul 8 pagi, Jeonghan pulang dari apartemen Seungcheol dengan bis yang paling pagi setelah Seungcheol mengatakan kalau keadaannya sudah membaik. Tanpa pikir panjang, Jeonghan langsung merebahkan dirinya di kasur. Matanya masih mengantuk, maklum biasanya kalau hari libur ia selalu bangun di atas jam 10.

"Kau sudah pulang?" Jeonghan mencoba membuka matanya berat. Suara itu berasal dari balkon kamarnya. Dilihatnya Joshua sedang tersenyum ke arahnya.

"JOSHUA?!" Jeonghan terbangun dari tidurnya.

"Sudah lama aku tak kemari. Rumahku bisa terlihat jelas ya dari sini. Apalagi.. kalau menggunakan teropong ini, bahkan kau bisa mengintip kamarku." Kekeh Joshua sambil menggunakan teropong di tangannya yang diarahkan ke rumahnya sendiri.

"Yak! Apa yang kau lakukan disini?" Jeonghan meraih teropongnya.

"Untuk apa aku mengintipmu? Memangnya aku kurang kerjaan?" Jeonghan salah tingkah. Ia seperti sedang tertangkap basah. Joshua hanya senyum-senyum sendiri melihat ekspresi Jeonghan.

"Kau belum menjawab pertanyaanku, kau kenapa kemari?" Joshua menatap baju yang dipakai Jeonghan. Ia tau betul, kalau itu bukan baju Jeonghan karena bajunya agak kegedean.

"Apa itu baju Seungcheol?"

"Eh?" Jeonghan menatap bajunya sesaat.

"Kalau iya memangnya kenapa? Kalau kau cuma mau menanyakan itu pulang saja sana."

"Apa Seungcheol baik-baik saja?"

"Sudah mendingan. Jadi, hanya itu? Sekarang kau sudah dapat jawabannya kan? Aku lelah ingin istirahat." Jeonghan membalikkan badan hendak kembali ke kasurnya ketika Joshua menarik tangannya.

"Apa kau melakukannya?" Joshua melepaskan genggamannya

"Hm? Melakukan apa?" Jeonghan menatap Joshua bingung.

"Apa kau sudah melakukannya semalam?"

"Maksudmu?" Jeonghan mencoba mencerna perkataan Joshua.

"Walau sesama lelaki, bukan berarti kau tidak bisa melakukannya kan?" Jeonghan mulai mengerti arah pembicaraan Joshua.

"Yak! Hong Joshua! Kau pagi-pagi datang ke rumahku hanya untuk menanyakan hal itu? Sebaiknya kau pulang sekarang. Lebih baik kau sarapan atau olahraga untuk menyehatkan otakmu." Jeonghan kembali berbaring di kasurnya, menutupi sekujur tubuhnya dengan selimut hingga tak terlihat sehelai rambut pun.

"Baiklah aku pulang. Aku kesini karena khawatir kepadamu. Maaf karena terlalu ingin tahu, aku memang tidak punya hak apapun untuk bertanya padamu." Terdengar suara pintu tertutup.

"Loh, kok dia marah?" Jeonghan membuka selimutnya dan duduk dipinggiran kasur. Tiba-tiba ia menyesal atas apa yang telah ia katakan. Joshua kesini karena khawatir kepadanya, tapi ia malah bersikap dingin seperti ini. Jeonghan langsung berlari keluar kamarnya menuju pintu utama dan membukanya.

"Joshua!" Joshua yang baru saja akan membuka pagar rumah Jeonghan pun menengok.

"Tidak terjadi apa-apa antara aku dan Seungcheol semalam. Aku masih perjaka." Jeonghan langsung menutup pintunya. Joshua mematung di tempatnya sesaat, lalu terdengar tawa kecil dari bibirnya. Joshua berjalan ke rumahnya dengan senyum yang tak lepas dari bibir manisnya sambil sesekali terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Jeonghan dan ekspresi polosnya saat mengatakan 'aku masih perjaka'.

HIM or HER ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang