Memang Seperti Itu

24 1 0
                                    

Hari pertama UAS pun di mulai, seperti biasa aku datang lebih awal dibandingkan kak ardi. Tak lama kemudian kak ardi datang dan tak lama setelah kak ardi masuk ke dalam kelas aku pun itu masuk dan mengambil buku catatan matematika untuk aku pelajari dan ketika sampai di bangku, seperti biasa pula jaket chelsea punya kak ardi sudah tergeletak di atas senderan kursi dia.
Setelah itu aku dan teman teman ku seperti biasa bertilawah bersama para murid yg lain. Kali ini aku sudah tidak memikirkan lagi Made karena dia sedang mendekati temanku jadi lebih baik aku mundur saja.

Setelah tilawah kami pun masuk ke kelas dan menunggu pengawas datang di dalam kelas.

Hari itu aku hanya bosan dan hanya bisa memandangi dua orang yg saling bertatapan dan berpegangan di dalam kelas setiap pagi, iya mereka berdua, hasna bersama sang kekasih, farhan. Namun saru hal lagi, yaitu kak ardi, pria idaman dengan tubuh cukup proposional yg bisa dibilang lumayan.

Keesoan harinya adalah mata pelajaran bahasa indonesia dan PKN.
Pada saat pelajaran bahasa indonesia seperti biasa, aku selesai lebih dahulu dibanding kak ardi, namun UAS kali ini aku lebih baik menunggu kak ardi selesai dan bisa berbarengan selesainya hehe.
Namun aku stuck di nomor terakhir di essay, yaitu membuat puisi tentang bencana kabut asap.
Aku pun akhirnya selesai membuat itu, yaa walaupun sedikit lebay.
Kutengok lembar jawaban milik kak ardi ternyata dia belum banyak yg selesai, jadi kuputus kan untuk pura pura belum selesai. Sambil melihat lihat sekeliling dan ternyata, Cindy dan chairmate nya, kak putra, sedang asik mengobrol, entah apa yg mereka cakapkan.
Tak lama setelah kak ardi menunggu contekan dari chairmate nya ayu,
"hmm bisa buatin puisi ga?" tanya nya dengan nada sangat kecil.
"ha? apa kak? oh iya" disaat seperti itu aku merasa sangat bodoh, aku tak mendengar ucapannya jadi ku iya kan saja, ternyata dia memintaku membuat puisi.
"nih yg ini jadi dari ini diubah ke puisi" sambil menunjuk ke arah soal teakhir essay.
"oh bentar kak" kata ku pelan.
"kak ada kertas ga?" tanya ku untuk menulis puisi untuknya.
"ohh buat nulis ya,nih ada banyak" katanya sambil menunjukan kertas.

Tak lama puisi pun jadi
"kak maaf ya puisi nya lebay" kataku pelaaan sekali.
"iyaa selaw aja gapapa kok, makasih yaa" katanya lembuut sekali.

Hmm detik itu pun aku merasa ada perasaan yg aneh terhadap kak ardi.

------------------------------------------------------
Haii lanjut lagi nanti yaa.. maaf kalau kurang pas sama judulnya.. jangan lupa vote yaa :)
ditunggu selalu yahh hehe

The End?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang