Beeing You [ON GOING]

f i v e

Apakah aku memintamu, hai, Pencipta,

Untuk menjadikanku manusia dari tanah liat itu?

Apakah aku memohon padamu

Untuk mengeluarkan dari kegelapan?

__ PARADISE LOST

__ VICTOR FRANKENSTEIN BOOK

---------------------------------------

Pagi ini kembali hujan. Hujan kali ini disertai dengan angin kencang dan petir yang sesekali menyambar. Untunglah hari ini hari minggu, jadi Fika tak perlu susah payah menerjang hujan demi datang ke sekolah.

Fika baru saja menyelesaikan bacaan novelnya. Victor Frankenstein. Entah sudah berapa kali ia membaca novel itu. Novel tentang keingin tahuan Frankenstein tentang rahasia kehidupan dan fakta-fakta yang ada di jagad raya ini, sehingga ia menciptakan sesosok makhluk baru yang mengerikan. Ia bahkan rela begadang demi menghabiskan novel itu.

Hari ini ia ditinggal sendirian di rumah. Ayahnya bahkan tetap bekerja saat hari minggu. Saat Fika Tanya mengapa ayahnya menjawab "Mau ngontrol aja. Lagian kan Papa ngelakuin itu supaya kamu bisa sekolah, bisa makan, bisa hidup makmur seperti sekarang ini." Fika selalu kalah apabila berdebat dengan ayahnya.

Bi Tuti, pembantunya juga tidak datang hari ini. Ia menengok suaminya di kampung katanya. Jadilah ia sendiri di rumah.

Fika berjalan menuju kulkas.

"Apa yang bisa dimakan? Apa yang bisa dimakan?"

"Cokelat!"

Jangan mengejek Fika, dia memang sangat menyukai cokelat. Cokelat berarti banyak baginya. Bila ada cokelat, maka ada juga kebahagiaan. Awalan yang bagus kan?

Jika Fika melihat cokelat, maka dia tidak akan melewatkan kesempatan untuk memakannya. She just love the chocolate. Dan jangan salahkan dia kalau dia agak sedikit hiperaktif setelah memakan cokelat.

Bel pintu berdering. "Pasti Dara" batin Fika. Fika memang sudah menge-line Adara agar datang ke rumahnya mengingat pasti akan sangat membosankan apabila ia sendirian di rumah sepanjang hari.

Fika membuka pintu. Di depannya berdiri Adara yang bergaya sangat kasual hari ini.

"Hae Azalea"

"Hai lekk. Kau bahkan menggangguku saat aku sedang makan cokelat kesayanganku."

"Aku hanya datang untuk menemanimu."

"Kata-kata itu terlihat ambigu."

Adara hanya tertawa. Ia menyerahkan sebuah kotak berwarna putih keemasan kepada Fika.

"Apaan nih?"

"Udah buka aja"

"Anjay Lindt. Aaaaaaa ..... Lo kok tau sih gue lagi pengen ini cokelat. Makasi banget ya sayangku"

"Giliran disogok ginian aja lo baru bilang sayang. Itu cokelat dari bokap. Baru pulang dari Swiss dia."

Fika hanya menganggukkan kepalanya.

Fika dan Adara sedang menonton televisi. Tiba-tiba muncul lagu Let It Go, Fika dan Adara bernyanyi bersama, lebih tepatnya beteriak bersama.

"Let it go, Let it go

Can hold it back anymore"

Mereka terus bernyanyi hingga menjangkau nada yang tertinggi.

"I don't care what they're going to say

Let the storm rage on

The cold never bothered me anyway."

Setelah lagu selesai, mereka berdua tertawa.

"Tampaknya kita harus ikut Indonesian Idol" ujar Adara

"Ya, memang, kita harus mendaftarkan diri ke Indonesia Idol" timpal Fika

"Ayo nonton Divergent. Gue udah nungguin Tris dan Four sejak lama." Cetus Adara. Ia mengambil dvd dari dalam tasnya. "Gue tau kita bakalan boring, jadi gue bawa dvd." tambahnya.

Fika hanya tersenyum lebar. Mereka berdua memang sama-sama menyukai film action. Terutama Divergent dan Fast and Furious. Mereka sudah beberapa kali menonton film itu bersama-sama, tapi mereka tak pernah bosan.

Mereka sangat fokus menonton film itu. Terlebih saat Tris mencoba untuk lompat dari gedung yang tinggi.

"Tris!" mereka berdua berteriak bersama-sama.

-------------------------------------

"Byeee"

Film sudah berakhir beberapa menit yang lalu. Fika menyadari bahwa jarum jam sudah menunjukkan ke angka 21.00 WIB. Karena merasa tak ada yang perlu dikerjakan lagi, Fika merangkak ke tepat tidurnya. Ia mematikan lampu kamarnya dan mulai memejamkan matanya. Ia sudah terbang ke alam mimpi

---------------------------------------

HAEEEE

gue apdet lagi:v maafkhan typo dan jalan cerita yg ganyambung

pipis love and gaholl - Cii

p.s. gue lagi tergila-gila sama Frankenstein