"Aku hanya menyukainya saja. Apakah itu adalah sebuah dosa ?" -- Rafika
Rafika Azalia Maharani
Bagas Putra Pratama
p.s Newbie
p.s.s Judul+cover typo or whatevs
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Is it too late now to say sorry?
Cause I'm missing more than just your body
Is it too late now to say sorry?
Yeah I know oh that I let you down
Is it too late to say I'm sorry now?
---------------------------------
Hari minggu ini layaknya seperti hari minggu Fika yang biasanya. Sepi. Ayahnya bahkan memaksa bekerja di hari minggu. Workaholic. Mungkin itu sebutan yang tepat untuk ayah Fika.
Semua itu biasa saja, hingga Bagas tiba-tiba mengechat Fika. Jangan tanyakan darimana Bagas bisa mendapat id line Fika.
Bagas: Oiyy
Fika: Wutt?
Bagas: Hari ini lo gaada acara kan?
Fika: emm, *cek jadwal*
Bagas: Sok sibuk lo_-
Fika: Hehe, gaada kok
Bagas: Oke, gue dateng entar jam 11, hangout;)
Fika: *read*
Jleb, kalimat yang terdiri dari 7 kata itu berhasil membuat jantung Fika kejar-kejaran. Jangan bilang Fika baper, tapi, ini adalah pertama kalinya Fika diajak jalan oleh seorang laki-laki kecuali ayahnya, dan saudara-saudaranya.
Tapi, ia masih bingung. Apa tujuan Bagas mengajaknya hangout? Padahal Fika sudah terlanjur baper dengan ajakan Bagas. 'Apa bedanya hangout sama dating ya?' batin Fika. Seingat Fika tidak ada bedanya, sama-sama jalan-jalan, sama-sama dilakukan oleh lebih dari 1 orang. Bedanya, hanya terletak ditulisannya.
Fika BAPER.
Dia diajak hangout, yang menurutnya sama saja dengan dating.
'yawloh yawloh' Fika berteriak dalam hati
---------------------------------
Jam sudah menunjukkan pukul 10.55. Fika sudah dari 10 menit yang lalu, sudah stay duduk cantik di atas sofa sambil menonton serial televisi kesukaannya, teenwolf. Dia bahkan sudah bercita-cita ingin menjadi banshee seperti Lydia Martin.
Kali ini dia memakai kaos casual sesiku berwarna abu-abu dan jelana jeans belel selutut, serta memakai sepatu adidas supertar black & white kesayangannya itu. Dia juga hanya mengikat rambutnya menjadi satu, dan memakai kacamata dengan frame yang lebih kekinian. Gaya yang cukup santai, bahkan sangat santai apabila dipakai untuk hangout dengan ehem-ehem.
Suara klakson motor sudah terdengar dari luar rumah. 'Pasti itu Bagas' batin Fika.
Terang saja, Bagas sudah duduk manis dan gagah di atas motor kesayangannya. Hari ini, ia mengenakan polo shirt dengan jaket kulit, celana jeans berwarna hitam, serta sepatu vans berwarna biru dongker andalannya. Dengan tampilan sesederhana itu, bahkan berhasil membuat Fika terbengong.
"Oiyy, bengong aja. Gue tau kok gue ganteng" ujar Bagas menaik-turunkan kedua alisnya
"Dih, najis" balas Fika
"Lah, itu tadi napa bengong sambil ngeliatin gue?" sambung Bagas
"Paan sih? Buruan deh, entar kita kesorean" elak Fika
"Lo ngalihin pembicaraan taik" ujar Bagas
"Gajelas deh lo! Udah buruan!" timpal Fika
"Iye iye tuan putri" ujar Bagas
Fika memutar kedua bola matanya.
-----------------------------------
"Gas, emang kita mau kemana sih?"
"Ke hatimu, babe"
"Idih! Gue ga mempan ya"
"Gaya lo! Sok-sokan ga mempan"
"Jawab gue sih! Kita mau kemana Bagas? Ato jangan-jangan, lo mau nyulik gue ya?"
"Yakali gue mau nyulik lo, makannya segentong gitu, bukannya untung malah buntung gue kalo nyulik lo"
"Anjing emang lo"
"Buset, kan gue cuma nanya, galak amat kaya anjing bulldog"
"Lo kata gue anjing"
"Emang kan?"
"Tahik kamuhh"
---------------------------------
Hangout hari itu berakhir begitu saja. Tanpa ada kejadian spesial menurut Fika, kecuali saat Bagas mengelap es krim yang menempel di ujung bibir Fika. Kacangan memang, tapi romatis. Dan hal itu, membuat jantung Fika berhenti berdetak selama beberapa detik. Baper. Fika sudah terkena penyakit itu sepertinya.
"Makasii ya Gas" ucap Fika sebelum masuk ke dalam rumah
"Ho'oh" balas Bagas
"Yodah, gue masuk ya" jawab Fika
"Eh eh, bentar dulu" ujar Bagas
"Ada ap-" Cup. Bagas mengecup kening Fika. Yang kedua kalinya. Tanpa ba-bi-bu, Bagas langsung melarikan diri.
'Bagas anjing!' ujar Fika dalam hati. Ia memegangi keningnya. Ia masih tak percaya denagn perbuatan Bagas, lagi-lagi.
---------------------------------
Ini adalah hari senin biasa menurut Fika. Fika sangat membenci hari senin, walaupun tidak ada lagi upacara bendera di SMA. I Hate Monday (Monster Day), itu adalah motto hidup Fika. Jika ada komunitas pembenci hari senin di Indonesia, Fika pasti tak akan segan-segan untuk bergabung. Berlebihan memang.
Kelakuan Bagas tadi malam masih terngiang di otak Fika. Bahkan, dengan membayangkannya saja berhasil membuat Fika senyum-senyum sendirian di bangkunya.
"Hoyy! Lo ngapain senyum-senyum gitu?" kejut Adara
"Anjing, kaget gue" Fika mengelus dada
"Ya elo sih, ngapain coba senyum-senyum sendirian gitu. Lo lagi bayangin yang enaena kan? Hayo, ngaku lo" tuduh Adara
"Paan sih, gue gak omes kaya lo ya" balas Fika
"Jadi itu tadi?"
"Ya serah gue dong! Senyum itu kan ibadah. Senyum itu kan hak asasi manu-" ucapan Fika terpotong
"Iye iye. Kalo lo ngomong terus, bisa sampe Bu Damn kelar cuap-cuap di depan kelas" potong Adara