Chapter 03

690 44 0
                                    

Dikelasnya, Sehun merupakan pemuda dengan dua sifat sekaligus, dia sosok yang pendiam dan angkuh. Pantas jika Jinhee menyebut pemuda itu dengan sebutan Tuan Sombong.

"Hei, Kau tidak ingin ke klub malam ini?"

"Tidak.."

"Ayolah, akan sangat menyenangkan jika kau juga datang.. ada puluhan botol wine yang bisa kau nikmati.. kau juga bisa menambah segelas vodka " tawar Jongin berupaya merayunya.

"satu teguk wine hanya akan membuat aliran darahku tidak lancar, kemudian saraf neuron dan motorik dalam otakku akan terganggu"

"Astaga! Hei boy!! Kau terlalu berlebihan dalam hal ini, kita bisa bersenang-senang disana! Come on!" sambar temannya yang lain bernama Tao.

"Maafkan aku, tapi sepertinya aku lebih suka mencuci tiga van hitamku daripada bermain dengan kalian"

"Astaga! Anak itu, sombong sekali"

-

Pelajaran dikelas Jinhee berlangsung seperti biasa. Membosankan dan membuat perutnya terasa mulas saat guru Kim mulai membacakan beberapa rumus fisika yang jelas begitu rumit.

"Kau tidak mau berkencan dengan Sehun?"

"Kencan? Hei!! Dengan Mr. Arrogant itu?! Yang benar saja!"
Jinhee nyaris meninggikan volume-nya saat Minji bertanya soal Sehun. Well, pertanyaan yang cukup membuat perutnya terasa mual. Dia benci Sehun -Ingat itu.

"Tapi, bukankah kau pernah membolos bersama-nya saat Masa Orientasi dulu?"

"Hmm.. Dia mengajakku membolos hanya untuk mengambil ciuman pertamaku"

"Woah~ kau benar-benar beruntung Jinhee- ya!" Minji berdecak kagum pada Jinhee. Sedangkan gadis itu -Dengan tatapan malasnya dia mencoba mengalihkan perhatiannya dari Minji dengan membaca buku. Dia sudah terlalu bosan dengan pujian Minji yang ke -20 itu.

Dalam hitungan menit ke 10 -Jinhee sengaja meminta izin pada Guru Kim untuk pergi ke toilet sejenak. 30 menit didalam toilet mungkin akan sedikit menyenangkan untuk Jinhee, berpura-pura membuka flush closet dan menyesap Moccachino-nya dengan nikmat, dia sendiri ingin menghabiskan sisa waktunya dengan melihat berita ter-update di social media. Jinhee sudah tidak ingin memperdulikan lagi nilai jelek atau terkena ancaman remedial selama satu semester. Dia terlalu bosan dengan pelajaran sekolah, dia juga ingin bebas seperti gadis normal lainnya.




15 menit kemudian Flush closet dari bilik salah satu toilet berhenti berbunyi, tak lama setelah itu disusul suara bilik pintu yang terbuka dan menampakkan seorang Park Jinhee -dengan gelas Mocca kosong yang sengaja dia sembunyikan dari balik punggung, dia sengaja menyembunyikannya sebelum ia dapat menemukan tempat sampah disekitarnya dan membuang benda itu kedalam sana.

Jinhee melangkah keluar dari Toilet, gelas kosong itu tetap berada dipunggung Jinhee. seharusnya Jinhee sudah membuang benda plastik tersebut saat didalam toilet tadi, namun karena dia tidak dapat menemukan tempat sampah didalam sana, membuat Jinhee mau tidak mau harus membawa kembali gelas kosong itu hingga keluar Toilet. Sampai dia dapat menemukan tempat sampah diluar sana.

Dengan gerakan cepat Jinhee membuka pintu Toilet dan melangkah begitu saja. Karena begitu terburu-buru, Tanpa disengaja Jinhee menabrak dada bidang seseorang yang tengah melintas didepannya. Membuat gelas Mocca ditangannya terjatuh dan menggelinding jauh hingga menatap dinding loker. Jinhee tersentak, kemudian membatu tanpa dia inginkan. Semuanya terjadi secara refleks , Jinhee mencoba untuk mendongak, sebab yang dia pandang hanyalah dada bidang seseorang dan juga rongga hidungnya yang tiba-tiba saja mencium aroma Mint menyegarkan.

"Kebiasaanmu memang tidak pernah berubah gadis beo"

"Oh S-se-sehun?"

"Bagaimana bisa kau mendapat peringkat 2 kembali jika kebiasaanmu masih saja seperti ini, huh?" cibir Sehun

"Diam kau bocah tengik" tangkas Jinhee acuh.

"Kembalilah kekelasmu, Belajar dan jadilah penghuni kelas A lagi" kata Sehun santai. Tatapan pemuda itu tetap datar tanpa ekspresi.

Mendengar itu, Jinhee lantas mendesis tajam. "Lebih baik aku bodoh seperti ini daripada harus melihat wajah Arrogant-mu itu Oh Sehun" sinisnya.

Sehun menyandarkan punggungnya pada dinding disebelah pintu Toilet, pemuda itu melipat kedua tangannya kedepan. Dengan santainya dia bergumam.

"Egois, tapi kau tetap tidak bisa melupakan bagaimana lip's taste ku bukan?"

"Dan aku yakin jika sampai saat ini kau masih menyimpan rasa padaku Nona Park" kata Sehun menyombongkan diri. Jinhee sempat terlonjak mendengarnya, jujur ia akui jika kedua pipinya kini mulai memanas akan perkataan Sehun, namun sesaat gadis itu mencoba memantapkan hatinya untuk tertawa remeh.

"Cih, Sombong sekali kau Oh Sehun.. benar, aku memang menyimpan rasa padamu" ujar Jinhee, nampak menggantungkan kalimatnya sebelum berucap kembali,sengaja membiarkan Sehun menyunggingkan senyum kemenangannya saat mendengar pengakuan itu, "Aku menyimpan rasa benci padamu Oh Sehun.. sampai saat ini aku masih sangat membencimu" Jinhee sedikit gugup saat mengucapkannya, mengingat jarak dia dan Sehun saat ini dapat dihitung dengan jari, bahkan dia dapat merasakan aroma tubuh itu secara tidak langsung. Namun, Bukan Park Jinhee namanya jika dia tidak bisa bersandiwara, dan dia berusaha mengatasinya dengan nada ketus.

Jinhee kemudian pergi begitu saja setelah mengucapkan kalimatnya, seakan berusaha untuk tidak peduli dengan ucapan pria itu -yang sesungguhnya memang benar adanya. Sehun menatap punggung Jinhee yang mulai menjauh, tatapan tajam dan sinis terpancar dari sorot matanya. Perkataan Jinhee detik yang lalu sempat membuat Sehun mati-matian menahan rasa kesalnya pada gadis itu. Kaki jenjang Sehun menendang pintu toilet cukup keras, pemuda itu mengusap kepalanya gusar. Nampak sedikit frustasi karena perlakuan Jinhee.

"Kau, tetap naif seperti dulu.. Park Jinhee"

-

"Tuan Kim, apakah jam anda untuk mengajar kimia telah usai?"

"Hmm, ada apa Sehun-ah?"

"eumm.. Ada salah satu murid anda yang tidak sengaja saya pergoki sedang bermain ponsel didalam Toilet Tuan, bahkan dia membawa segelas Mocca Latte kedalam sana"

"Astaga!! Bocah itu"

Well, kali ini Sehun dapat tersenyum menang karena telah mengadukan Jinhee pada guru Killer-nya itu.

"Rasakan itu, Park Jinhee.."

-

Jinhee's Pov.

Berharap jika hari ini aku akan baik-baik saja, berharap mimpiku menjadi kenyataan atau bahkan berharap jika semua harapan baikku akan terkabul.

Aku dengan bodohnya masih saja berharap..

Percuma saja jika aku memiliki banyak harapan, tanpa sebuah tindakan harapanku pasti tidak akan pernah bisa menjadi nyata. Ugh! Sial!

Jika saja aku tidak terlalu banyak mengeluh dan menjalani kehidupan ini seperti layaknya, mungkin semua kejadian buruk dalam hidupku dapat berubah haluan menjadi sebuah keberuntungan. Oh ayolah Park Jinhee ini tidak terlalu buruk, dihukum membersihkan toilet hingga bel pulang berdering. Ini cukup memalukan untukku, shit! Kalau saja si Arrogant -Oh Sehun membiarkanku pergi lebih cepat dari Toilet tadi, pasti Guru Kim tidak akan memergokiku yang tengah membuang gelas Mocca didalam Tong sampah. Sialan! Bocah tengik itu selalu membuat keberuntungan dalam hidupku menjadi kesialan. Dia benar-benar menyebalkan!

Dan aku hanya dapat berdo'a jika suatu saat nanti aku tidak akan pernah bertemu pria jelek itu lagi selamanya! Yeah, Selamanya!

Jinhee's pov end

"Hei!! Nona Park!! Ingin ditemani?"

Suara berat seseorang sukses membuat kesadaran Jinhee beralih pada sebuah lubang jendela Toilet -Tempat suara itu berasal. Jinhee melebarkan matanya, nyaris ingin keluar saat wajah menyebalkan itu tiba-tiba muncul, dan membuat dunianya serasa runtuh tertimpa meteor, okey.. ini berlebihan. Merasa telah dikerjai, Jinhee lantas mendelik kesal pada sosok itu.

"K-kau.." Jinhee menggeram keras.

Mr. Arrogant; SEHUN✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang