Author POV
"Ma, dia kenapa?"
Ibunya mengangkat bahu. "Mungkin dia capek, Sayang," jawab ibunya lembut. "Sejak pulang dari Surabaya, dia setiap hari keluar. Tapi Mama senang, setidaknya dia bisa ceria lagi seperti dulu," tambah sang ibu lagi.
Dylan tertegun. Sejak putus dari Nadya 3 tahun lalu, Nathan tak pernah benar-benar ceria seperti Nathan yang dulu. Sedikit banyak, Dylan merasa bersalah karena dialah penyebabnya hingga Nathan akhirnya memilih kuliah ke luar negeri.
Dylan tahu keputusan Nathan kuliah ke Jerman pasti karena Nathan tidak ingin bertemu dengannya setiap hari.
"Dylan menyesal, Ma,"ucap Dylan pelan.
Ibunya tersenyum lembut. "Sayang, itu sudah lama berlalu, adikmu pasti sudah memaafkan kamu. Toh dia juga sudah bertemu orang lain," kata ibunya ceria.
Dylan tersentak mendengar kalimat terakhir ibunya. "Orang lain? Are you serious, Mom?"
Ibunya mengangguk. "Begitu pulang dari Surabaya, raut muka Nathan benar-benar berseri-seri. Kami heran melihat perubahan itu. Awalnya Papa kamu pikir, dia sudah punya pacar lagi di Jerman. But you know what, ternyata dia bertemu gadis itu di kereta api!" Seru ibunya sambil menautkan kesepuluh jari-jarinya. Matanya menerawang membayangkan pertemuan Nathan dengan gadis misteriusnya itu.
"Dia sudah pernah mengajaknya pulang, Ma?"
Tiba -tiba ibunya agak cemberut dan menggeleng.
"Nathan belum mau mengajaknya ke sini," ucap ibunya lesu sambil mengaduk - aduk kuenya lagi.Dylan terdiam dan berpikir. Gadis mana yang telah menyembuhkan luka hati adiknya itu?
"Oh ya, Dylan, kenapa Nayla lama tidak keluar bersama kita lagi? Mama kangen dia. Boleh Mama minta nomor ponsel Nayla?"
Dylan tergagap. Bingung harus menjawab apa.
Selama 3 tahun ini Dylan sering mengajak Nayla makan di luar bersama orangtuanya, walaupun Dylan belum pernah mengajak Nayla ke rumahnya. Dan orangtuanya terlihat sangat menyayangi Nayla, hingga ibunya sering merajuk minta Nayla di ajak ke rumah. Dan sebelum Dylan mengajaknya ke rumah mereka sudah putus.
"Nayla sibuk, Ma," jawabnya pelan.
Sang ibu cemberut dan menatapnya sedih. Sejak dulu, ibunya ingin sekali punya anak perempuan, tetapi Tuhan berkehendak lain. Setelah kelahiran Nathan, rahim ibunya harus diangkat karena ada masalah. Karena itulah sang ibu tidak bisa hamil kembali.
Dan kehadiran Nayla seolah membayar keinginan beliau untuk punya anak perempuan. Dulu, Dylan sering mengantar mereka berdua ke mall untuk kemudian meninggalkan mereka berdua berbelanja selama berjam - jam.
Nayla bukanlah gadis yang menyukai shopping, tapi demi ibunya, Nayla bahkan melakukannya dengan sukarela. Gadis itu tidak pernah menolak keinginan ibunya.
Dylan benar - benar menyesal telah melakukan kebodohan itu. Andai waktu bisa ia putar kembali, dia tidak akan pernah menyakiti Nayla, dia tidak akan pernah menanggapi godaan Joanna. Tapi apa mau dikata, nasi sudah menjadi bubur. Dia tidak akan bisa merubah kenyataan.
Malamnya, Dylan menemui adiknya yang sedang duduk mengetik di taman belakang rumah.
Seperti siang tadi, Nathan tampak tak acuh melihatnya. Dia terus saja mengetik disertasinya."Bagaimana kuliah kamu, Than?" Tanya Dylan basa basi. Mereka sudah lama sekali tidak saling berbicara.
Nathan menoleh sekilas dan tersenyum singkat. "Baik."
"So...you have a girlfriend, huh?" sambar Dylan langsung.
Nathan menghentikan pekerjaannya dan menghadap Dylan yang duduk di tepi kolam renang. "No, not yet," ucapnya tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Will Find The Way (COMPLETED)
RomanceTERSEDIA EBOOK di KUBACA APP Jika satu hati pernah menyakiti, akankah hati yang lain mampu melupakan? Jika satu hati pernah tersakiti, akankah dia bisa mencinta lagi? Jika satu hati ingin mencintai kembali, akankah kesempatan itu masih ada? Ini ha...