Nathan terdiam menatap Nayla yang tengah tertidur dengan kepala menempel pada jendela. Pelan, diraihnya kepala Nayla untuk disandarkan di bahunya. Gadis itu sedikit bergerak tak nyaman sebelumnya akhirnya dia menemukan posisinya dan kembali terlelap.
Di luar gelap dan masih turun hujan. Malam baru saja datang. Perjalanan mereka masih lebih dari 8 jam lagi. Nayla tertidur satu jam yang lalu setelah mereka berbicara panjang lebar.
Nathan tidak pernah bertemu gadis lain yang semenyenangkan Nayla sebelumnya. Dia bukanlah tipe lelaki yang mudah akrab dengan lawan jenis. Bahkan bisa dibilang, Nathan sedikit anti dengan para wanita.
Namun dengan Nayla, entah mengapa dia merasa berbeda. Sejak awal dia melihat gadis itu di stasiun tadi, rasanya Nathan tak bisa berpaling lagi. Gadis itu tampak nyaman dengan kesendiriannya di tengah suasana stasiun yang ramai.
Dia tak percaya cinta pada pandangan pertama tentu saja, tapi dengan Nayla rasanya ada sesuatu yang membuatnya tak bisa berpaling lagi. Kenyataan bahwa Nayla benar - benar bukan gadis tipenya, tidak menyurutkan keinginannya untuk mengenal gadis itu. Nayla, entah bagaimana, telah menyusup masuk ke dalam otaknya. Gadis ini adalah virus yang berbahaya untuk jantungnya.
Nathan meraih bahu Nayla dan mengusapnya lembut. "Nay," panggilnya pelan. Dia tak ingin menganggu tidur gadis ini, tapi Nayla memang harus bangun untuk makan.
Nayla mengangkat kepalanya dari bahu Nathan dan mengucek matanya. Nathan tersenyum melihatnya. Nayla imut sekali.
"Makan." Nathan menyerahkan satu kotak makan malam untuk Nayla.
"Ya ampun, Nath, seharusnya kamu tidak perlu membelikan aku makan malam."
"Memang siapa bilang gratis? Gantilah!" Candanya disambut tawa renyah Nayla.
Gadis itu membuka makan malamnya dan mulai menyendok nasi. "Kamu tidak tidur, Nath? Katanya kamu capek, mengantuk, kok nggak tidur? Aku tidak mengorok atau mengigau kan?"
Nathan tergelak mendengar pertanyaan bertubi - tubi itu. "Bisa nanyanya satu - satu?"
Nayla terkekeh namun tetap menunggu jawabannya.
"Aku tadinya mau tidur, tapi lihat kamu tertidur seperti bayi, aku jadi tidak mengantuk. Aku lebih tertarik melihatmu tidur."
Sorot di mata Nayla meredup saat kemudian gadis itu berpaling menatap jendela. Dibiarkannya makan malamnya yang masih banyak itu.
"Nay?" Panggil Nathan dengan lembut. "Kenapa tidak dihabiskan? Nggak enak ya? Atau sudah kenyang? Kamu mau makan yang lain? Aku pesankan yang lain ya?"
Nayla menoleh. "Nath, bisa nanyanya satu - satu?"
Nathan kembali terbahak. Ya Tuhan, rasanya sudah lama sekali dia tidak tertawa selepas ini. Nathan tidak pernah bisa seakrab ini dengan perempuan, terutama perempuan yang belum dikenalnya. Nayla benar - benar mengubahnya hanya dalam waktu kurang dari 12 jam.
"Sudah cepat habiskan makannya. Biar cepet gede." Nathan mengacak rambut Nayla pelan.
Nayla mendelik dengan sewot. "Aku udah gedeee!!"
Tiba - tiba saja, kereta yang mereka tumpangi melambat dan akhirnya berhenti. Nathan menatap keluar jendela. Tidak tampak apa - apa di luar sana, bahkan lampu. Gelap gulita.
Tak lama, terdengar suara petugas kereta bahwa kereta tidak bisa melanjutkan perjalanan untuk sementara waktu karena ada kereta yang anjlok di depan mereka. Mereka harus menunggu evakuasi untuk melanjutkan lagi perjalanan.
Para penumpang lain mulai berteriak kecewa sementara Nathan tersenyum simpul. Tuhan telah mengabulkan doanya untuk bisa bersama Nayla lebih lama. Nathan yakin proses itu akan menghambat mereka setidaknya lima atau enam jam lebih lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Will Find The Way (COMPLETED)
RomantizmTERSEDIA EBOOK di KUBACA APP Jika satu hati pernah menyakiti, akankah hati yang lain mampu melupakan? Jika satu hati pernah tersakiti, akankah dia bisa mencinta lagi? Jika satu hati ingin mencintai kembali, akankah kesempatan itu masih ada? Ini ha...