Bagi yang sudah pernah membaca ini, ini memang sudah pernah saya publish sebelumnya karena ini cerita pertama saya di watty. Berhubung dulu masih jelek pake bangeeeett, maka saya unpublished dan diedit sana sini. Hasilnya...tetep jelek sih...hahaha...
Selamat menikmati, semoga kalian suka.Big hugs and kisses,
Niken
£££
Hiruk pikuk di stasiun kereta api Surabaya terlihat sangat riuh. Usai musim liburan panjang, banyak orang berbondong - bondong kembali ke kota besar untuk kembali beraktivitas. Banyak orang berlalu lalang dengan bermacam - macam bawaan. Suara petugas stasiun juga tak henti - hentinya terdengar, menambah ramainya suasana siang itu.
Dari sekian banyak orang yang ada di sana, tampak seorang gadis yang duduk dengan santai di salah satu kursi ruang tunggu. Dirinya seolah tidak peduli dengan hiruk pikuk suasana di sekelilingnya. Wajahnya tertunduk, asyik membaca The German Girl yang terbuka di pangkuannya.
Gadis itu seolah hidup dalam gelembungnya sendiri. Tidak terganggu oleh suara orang yang berbicara terlalu keras, speaker stasiun yang bersuara terlalu nyaring, juga tangis para anak kecil yang memekakkan telinga. Barang bawaannya pun tidak banyak. Hanya tas punggung yang kini menjadi alas dari novel yang tengah dibacanya, dan satu tas pakaian yang tidak terlalu besar dan tampak tidak berat.
Saat suara petugas memberitahukan pengumuman bahwa kereta jurusan Jakarta akan segera tiba, ratusan orang itu mulai bersiap - siap untuk berebut naik. Musim setelah liburan selalu seperti ini, stasiun kereta berubah menjadi lautan manusia.
Berbeda dengan kebanyakan orang yang memilih berlarian menyambut datangnya kereta, gadis cantik itu menutup bukunya dengan pelan, memasukkannya ke dalam tas punggungnya dan meraih tas pakaiannya. Semua dilakukan dengan slow motion tanpa terburu - buru sedikitpun.
Dia berjalan ke arah petugas yang menandai setiap gerbong yang harus dimasuki penumpang. Gerbongnya adalah yang paling belakang.
Suasana kereta kelas bisnis hanya sedikit lebih baik daripada kereta kelas ekonomi. Bedanya hanyalah, kursi yang lebih empuk dan hanya untuk dua orang. Juga pendingin ruangan yang sedikit lebih terasa.
Sebenarnya, ibunya menyuruhnya untuk pulang dengan pesawat terbang agar lebih cepat sampai Jakarta, namun dia menolaknya. Jika bisa, dia malah ingin lebih lama ada di Surabaya meskipun dia tidak memiliki satu saudara pun di kota itu. Dia sendiri juga heran mengapa memutuskan memilih kota itu sebagai tempat berlibur. Yang penting di kepalanya saat itu adalah dia segera kabur dari Jakarta.
Benar. Kabur. Kabur dari seluruh rasa sakit hati dan kecewa.
Gadis itu memejamkan matanya dan menghela napas. Bahkan satu bulan pun belum cukup untuk menghilangkan seluruh rasa sakit hatinya. Sakit hati karena pengkhianatan yang dilakukan oleh kekasih dan seseorang yang dia sebut sebagai sahabat.
Flashback...
Nayla tersenyum menatap riasan wajahnya di kaca dan mendesah lega. Satu - satunya cara 'berdandan' yang dia tahu hanyalah memakai bedak dan lipstick. Hal itu juga yang dilakukannya sekarang. Berdandan. Demi Dylan.
Sudah satu minggu ini mereka tidak bertemu karena Nayla tengah menyelesaikan ujiannya di kampus. Dylan sendiri juga sibuk dengan pekerjaannya di kantor. Kemarin, ujian Nayla sudah selesai. Karena itulah, dia berencana memberi kejutan Dylan dengan pergi ke apartemen lelaki itu. Dia yakin Dylan akan senang melihatnya.
Mobil Nayla baru saja hendak memasuki gedung apartemen Dylan saat mobil lelaki itu keluar dari gedung. Jantung Nayla berdetak cepat saat menyadari Dylan tidak sendirian di sana. Dan Nayla mengenal betul siapa orang yang sedang bersama Dylan itu. Dia Joanna, sahabatnya sejak masih sekolah. Menuruti hatinya, Nayla memutuskan untuk mengikuti kemana mobil Dylan pergi. Dia masih berharap semoga saja dia salah lihat. Semoga itu bukan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Will Find The Way (COMPLETED)
RomanceTERSEDIA EBOOK di KUBACA APP Jika satu hati pernah menyakiti, akankah hati yang lain mampu melupakan? Jika satu hati pernah tersakiti, akankah dia bisa mencinta lagi? Jika satu hati ingin mencintai kembali, akankah kesempatan itu masih ada? Ini ha...