1

20.9K 1.1K 130
                                    


Sore itu hujan rintik-rintik membasahi bumi, seperti ikut menambah suasana sunyi seorang laki-laki, di beranda sebuah rumah dengan gitar di pangkuannya.

Namanya Barasuara, yang sedang sibuk mengatur senar gitarnya, dengan segelas teh tawar di sebelah kirinya dan rokok dimulutnya. Ia sedang sibuk mencocokan sebuah lagu baru dengan gitarnya dan mencoba menjodohkan mereka, hingga ia tidak sadar seorang perempuan datang menutup matanya.

"Biruu... buka gak," kata Bara sambil mencoba melepaskan sebuah tangan yang menutup matanya. Terdengar suara tawa seorang perempuan.

"Kamu sih sibuk banget sama gitar, aku kapan sih dinyanyiin Bar?" kata perempuan itu sambil langsung mengambil tempat kosong disamping Bara.

Perempuan itu bernama Birulara.

Biru sedang sibuk. Sibuk, memperhatikan Bara yang merokok sambil mencocokkan nada dengan gitarnya.

Biru lama-lama gemes juga melihat Bara yang ribet karena harus ngerokok sedangkan tangannya fokus pada gitar.

"Kalo mau main gitar, yaudah gitar aja Bar. Rokoknya aku simpen dulu. Gemes tau liatnya." protes Biru.

Bara hanya bisa pasrah, karena Biru yang keras kepala akan tetep kekeuh sama keputusannya. Jadi Bara hanya bisa patuh dan kemudian mencoba lagi menjodohkan lagu dan gitarnya.

-----

"Bara, kapan aku dinyanyiin sama kamu?" tanya Biru ketika mereka sedang duduk berdua dibawah pohon mahoni.

Dengan es krim di tangan Biru dan rokok ditangan Bara. Mereka berdua baru selesai jalan-jalan pagi. Kata Bara sih jalan-jalan pagi, tapi kata Biru itu jalan-jalan setengah pagi. Rencana awalnya mereka mau jogging bareng, tapi karna Biru telat bangun, akhirnya mereka jalan-jalan biasa karna sudah jam 8 pagi.

Lagi-lagi Bara diam saja. Selalu diam ketika Biru minta Bara menyanyikannya.

Sesungguhnya Biru tau jawaban Bara.
Biru tau kalau Bara tidak pernah mau bernyanyi kecuali di depan perempuan yang dia sayang. Dan itu pasti bukan Biru. Tetapi Biru selalu terus meminta kepada Bara untuk bernyanyi. Karena Biru fikir, mungkin Bara lama-lama akan luluh juga jika ia terus meneror Bara untuk menyanyikannya.

-----

Langit cerah, berwarna biru dengan gumpalan-gumpalan awan putih yang bergerak beriringan. Matahari tak begitu menyorot dua manusia yang sedang berbaring menatap langit itu, karena ada sebuah pohon Mahoni besar yang menghalangi sorot matahari tersebut. Mereka Bara dan Biru, yang sedang tidur terlentang menatap langit.

Biru sedang bercerita. Lagi-lagi tentang laki-laki yang Bara benci sekaligus laki-laki yang Biru cintai setengah mati.

Benar-benar setengah mati karna beberapa kali Biru mencoba bunuh diri.

Untung saja, Biru bertemu Bara secepatnya. Karena semenjak ada Bara, Biru berhenti mencoba bunuh diri. Kenapa karna Bara? Karena Bara cuman bilang, "Alay tau kayak gitu. Malu sama Tuhan. "

Entah kenapa Biru bisa tersihir dengan kalimat Bara, dan sejak saat itu mereka menjadi dekat. Saling bercerita.

Biru selalu bercerita kepada Bara, bagaimana Biru bisa jatuh cinta kepada laki-laki sebrengsek Kelana. Kenapa brengsek? Itu bukan Bara yang bilang. Itu Biru sendiri yang bilang. Karna dia dan si brengsek yang bernama Kelana itu sudah menjalin hubungan cukup lama.

Sekitar dua tahun, hampir tiga tahun kurang dua bulan. Selama itu Biru dan Kelana menjalin hubungan yang akhirnya Kelana pergi dengan wanita lain yang lebih baik dari Biru.

Kelana pergi dengan semua janji dan angan yang mereka bangun berdua. Hingga Biru kehilangan hati yang dia beri semua untuk Kelana. Jadi ketika Kelana pergi, hati Biru juga ikut pergi.

Selama dua bulan Biru hanya bisa menangis, menangis, dan menangis. Kata Biru, saat itu rasanya ingin mati saja. Biru sudah beberapa kali putus asa, mencoba bunuh diri dengan memotong urat nadi. Tapi, dia takut mati juga. Biru hanya membuat simulasi bunuh diri yang hampir mirip aslinya, karena pergelangan tangan Biru hampir semua berisi goresan-goresan benda tajam.

Ketika ditanya kepada Biru kenapa ingin mati saja? Biru menjawab, bukan karna tidak kuat menghadapi rasa sakit. Tapi dia ingin mati saja dan menghantui Kelana dan perempuan barunya itu. Karna jika dalam wujud manusia, Biru tidak ada keberanian untuk sekedar melihat perempuan barunya Kelana. Karna baru melihat fotonya yang cantik sekali Biru langsung ciut.

Makanya, sekarang Biru benci dengan perempuan cantik dan dia tak ingin menjadi perempuan cantik. Karna bagi Biru cantik itu hanya akan menyakiti orang lain.

Mending jelek, tapi tidak menyakiti orang lain. Pikir Biru.

Bara & Biru [6/6 End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang