Bara sedang menahan degup jantung yang disebabkan oleh perempuan berkulit eksotis didepannya. Perempuan itu sempurna, itu kata Bara jika disuruh menggambarkan perempuan itu.
Namanya Tishapratiwi. Mantan pacar Bara dan sekaligus orang yang masih Bara sayang.
Cinta Bara pada Tisha tak akan pernah mati. Itu kata yang Bara ucapkan dengan sungguh-sungguh. Entah hanya kata-kata, atau memang benar. Tidak ada yang tau pastinya, karna hingga detik ini Bara memang masih mencintai Tisha.
"Jadi, kenapa kamu ngajak aku makan disini?" tanya Tisha dengan nada tidak suka. Tapi yang didengar Bara malah sebaliknya. Bara mendengar Tisha menanyainya dengan lembut.
Ya begitulah cinta, merubah yang nyata menjadi khayalan dan yang khayalan menjadi nyata.
"Ini kan tempat favorit kita dulu makan Sha..... kamu masa lupa, " kata Bara dengan senyum termanis yang dia punya. Tapi yang Tisha lihat malah senyum norak laki-laki yang sedang jatuh cinta.
"Kamu tuh yaa...! Udah berapa kali aku bilang, aku tuh gak suka makan disini. Kamu tuh gak ngerti-ngerti..., " kata Tisha dengan nada kesal dan segera bangkit dari tempat duduknya.
Dari dulu, Tisha menganggap Bara tak pernah mengerti dirinya. Tisha juga menganggap Bara selalu punya cara untuk membuatnya kesal. Padahal Bara biasa saja.
Bara hanya seorang laki-laki yang sedang jatuh cinta dan mencoba menunjukkan pada orang yang dia cintai. Tapi Tisha selalu menyalahkannya.
Setelah Bara meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi, akhirnya Tisha kembali duduk ditempatnya.
Tisha tidak tau, bahwa malam itu Bara telah menyiapkan kejutan untuknya. Kejutan yang menurut Bara akan membuat Tisha senang.
"Test... Test...," suara Bara yang sedang mencoba mic terdengar diseluruh penjuru kafe tempat Bara dan Tisha makan. Tisha yang saat itu sedang sibuk dengan smartphone-nya belum menyadari bahwa yang diatas panggung itu adalah Bara.
"Saya, berada diatas sini untuk seseorang yang sangat berarti untuk saya. Untuk seseorang yang ingin tau perjuangan saya. Tishapratiwi, ini lagu untuk kamu..."
Merasa dirinya disebut, Tisha buru-buru menoleh dan mencari-cari orang yang menyebut namanya.
Tell me that you turned down the man
Who asked for your hand
'Cause you're waiting for me
And I know, you're gonna be away a while
But I've got no plans at all to leave
And would you take away my hopes and dreams and just stay with me?
Tisha mengenal suara ini, seperti suara Bara. Dan dia terpaku menatap Bara yang sedang menatapnya sambil terus bernyanyi dan memainkan gitarnya.
All my senses come to life
While I'm stumbling home as drunk as I
Have ever been and I'll never leave again
'Cause you are the only one
And all my friends have gone to find
Another place to let their hearts collide
Buru-buru Tisha mencari panggung tempat Bara bernyanyi. Tisha sedang menahan malu karena semua pengunjung malam itu tau, bahwa dialah perempuan yang dimaksud laki-laki di atas panggung itu.
Just promise me, you'll never leave again
Just promise me, you'll always be a friend
Cause you are the only one
Bara sudah selesai bernyanyi. Hampir seluruh pengunjung kafe malam itu memberikan tepuk tangan yang meriah atas apa yang dilakukan Bara. Seperti di film-film romance, pikir mereka.
Setelah turun dari panggung, Bara segera menghampiri Tisha yang masih berdiri terpaku menatap Bara. Bara ingin sekali memeluk Tisha dan mengatakan bahwa dirinya benar-benar mencintai Tisha, karena dari atas panggung tadi Bara dapat melihat sorot mata Tisha yang terkejut dan terpaku kepadanya.
Belum sempat Bara mengakatan apa-apa, sebuah tamparan keras mendarat dipipi kirinya. Membuat pengunjung yang menantikan adegan romantis terkejut melihat apa yang baru saja terjadi.
"Bara... Aku benci sama kamu!!" kata Tisha dengan air mata berlinang dan bergegas meninggalkan Bara yang masih terpaku menatap kepergian Tisha.
Malam itu, Bara baru menyadari satu hal. Selain pipinya yang perih karena ditampar, hatinya juga perih melihat kepergian Tisha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bara & Biru [6/6 End]
Teen FictionBara ingin sekali bilang, malam itu Biru cantik sekali. Tapi kata-kata itu hanya berani Bara ucapkan di dalam hati. Entah kenapa, Bara selalu merasa bersalah setiap menatap Biru. Seperti ada sesuatu di dalam diri Biru yang menyalahkannya. Walaupun B...