"Tuh kan Bar apa yang aku bilang. Aku punya feeling gak enak setiap kamu cerita Tisha Tisha itu. Feeling cewek itu peka loh... buktinya bener kan? liat deh sekarang, dia gak ada ngehargain perjuangan kamu, buat apa juga masih kamu perjuangin orang kayak gitu Bar... " Kata Biru menasehati Bara setelah Bara selesai menceritakan kejadian di cafe malam itu.
Bara memang mendengarkan nasehat Biru. Tapi kata-kata Biru hanya di anggap angin lalu. Bara tau dan Bara yakin Tisha juga mempunyai perasaan yang sama dengannya. Bara dapat melihat jelas itu dari sorot mata Tisha.
"Bara... ? kamu dengerin aku gak sih? " kata Biru sambil melambai-lambaikan tanganya di depan wajah Bara.
"Eh iya... iya... ngerti Birunya Bara. " kata Bara tersenyum dan mengacak-acak rambut Biru yang terlihat kesal karna kata-katanya tidak didengarkan.
Biru melanjutkan ceramahnya. "Jadi, makanya move on Bara, lupain. Kalo kamu ngestuck di satu cewek kayak Tisha gimana cewek yang lebih baik dateng? "
Bara tertawa kecil "Kamu tuh ya Ru, banyak teorinya, padahal kamu sendiri belum move on. "
Biru memasang wajah protes. "Aku udah kok! liat aja ya... Aku buktiin ke kamu, kalo Kelana yang brengsek kayak gitu gak pantes dipikirin orang kayak aku! "Kata Biru yang ia ucapkan dengan sungguh-sungguh dari dalam hatinya. Dia akan melupakan Kelana, bagaimana pun caranya.
-------
Hari ini hari libur. Biru, yang memang seorang murid SMA kelas 12 semester genap, jika mendapatkan hari libur dihari yang selalu padat dengan pelajaran dan persiapan sebelum UN seperti sekarang ini rasanya seperti mendapat durian runtuh. Eh tapi sayangnya Biru tidak suka Durian, jadinya bagi Biru libur itu seperti mendapat setumpuk buku Tereliye. Senangnya bukan main.
Hari itu Biru awali dengan bangun pagi, menyapa Ibu dan Ayah dengan senyum lima centi, kemudian mulai bersih-bersih rumah dan bersenandung ria.
Jika mood Biru sedang bagus, Biru akan bersih-bersih rumah, taman belakang, dan halaman depan. Tapi jika Biru sedang sedih atau mood nya sedang buruk, Biru akan diam dikamar sambil mendengarkan lagu-lagu secara acak atau menonton drama korea hingga berhari-hari.
Biru sudah selesai beres-beres rumah, semua penjuru rumah pun sudah Biru bersihkan.
Ibu dan Ayah pun senang melihat perubahan mood Biru, karena dua bulan kemarin Biru benar-benar dikamar saja, tidak mau makan tidak mau jalan-jalan atau hanya sekedar menyapa Ibu dan Ayah.
Ibu sempat khawatir, karna biasanya Biru selalu ceria dan selalu menceritakan semua masalah nya kepada Ibu.
Setelah Ibu perhatikan, memang ada sesuatu yang tidak Biru lakukan dua minggu waktu itu. Ibu tidak lagi melihat Biru sibuk menjawab telpon dari seseorang didepan teras. Dari sana Ibu tau, Biru sedang ada masalah dengan teman spesialnya.
Hingga suatu sore ibu menghampiri Biru yang sedang duduk diatas ayunan sedang melamun.
"Biru biasa nya kalo ada masalah selalu cerita ke Ibu nih, kok sekarang Biru malah diem aja ke Ibu? Ibu salah apa?soalnya seinget Ibu sih Biru sama ibu lagi gak berantem kan. " Kata Ibu sambil tersenyum dan duduk di ayunan di samping Biru.
Sebenarnya, Biru ingin sekali cerita kepada Ibu, tapi Biru takut jika nanti ceritanya tentang Kelana dapat membuat Ibu tak memberi izin Biru dekat dengan laki-laki lagi.
"Gakpapa kok bu, Biru lagi gak mood aja. " kata Biru menutup-nutupi.
Ibu selalu tau jika Biru sedang berbohong. Tetapi kadang Ibu pura-pura tidak tahu saja. Mungkin memang benar ya, ikatan Ibu dan Anak itu erat sekali.
"Apa karna udah gak telponan lagi ya sama temen spesialnya?" Ibu sengaja membuat pertanyaan pancingan.
Biru sedikit terkejut dengan pertanyaan Ibu, pasalnya Ibu tidak pernah mengungkit-ngungkit jika Biru dulu sering berbicara dengan Kelana via telpon. Emang sih, selama Biru pacaran sama Kelana seringannya bicara lewat telpon dari pada ketemu langsung. Dan setiap Biru bicara dengan Kelana lewat telpon selalu di teras belakang, jadi kemungkin besar Ibu tau.
Ibu tersenyum sambil mengusap lembut rambut Biru. "Biru... hati manusia itu susah sekali ditebak. Bisa jadi dia suka, sedetik kemudian sangat bisa dia berubah menjadi benci. Oleh karna itu, kita harus pinta-pintar mengatur hati. Jangan sampai masalah hati ikut mempengaruhi bagian kehidupan kita lainnya. Ibu selalu mendoakan Biru mendapat teman yang baik. Semoga Biru bisa belajar dari sebuah rasa sakit ya. "
Ibu sayang sekali dengan Biru. Sesungguhnya, Ibu ingin marah dengan siapa saja yang berani menyakiti anaknya itu. Tapi Ibu juga tau Biru sudah dewasa, sudah waktunya Biru belajar mengatur semuanya. Termasuk masalah hati.
-----------
[ 2 messages Bara]
06:20
Pantai yuk Biru.
07:41
Birunya Bara, pantai yuk tayang.
Biru yang membaca pesan dari Bara tersenyum dan segera membalas.
08:20
Ayuk! Ketemuan di tempat biasa ya, kalo udah disana kabarin. Mau mandi dulu tayang. Dah dah
[send to Bara]
KAMU SEDANG MEMBACA
Bara & Biru [6/6 End]
Teen FictionBara ingin sekali bilang, malam itu Biru cantik sekali. Tapi kata-kata itu hanya berani Bara ucapkan di dalam hati. Entah kenapa, Bara selalu merasa bersalah setiap menatap Biru. Seperti ada sesuatu di dalam diri Biru yang menyalahkannya. Walaupun B...