James Van De Ganna, nama yang diberikan oleh Papa sewaktu aku keluar dari perut Mama.
Ya, Papa seorang tentara Belanda yang mengabdi kepada bangsa Indonesia. Mungkin tidak banyak orang yang tahu nama Papa ini. Tapi bagiku, dia adalah pahlawanku.
***
Cit.. Cit.. Cit
Kicauan burung menghiasi pagi yang cerah ini. Kususuri tangga kebawah. Kulihat Papa yang sedang asik membersihkan hiasan-hiasan miliknya.Papa memang hobi mengoleksi barang-barang. Seperti senjata-senjata dan guci-guci kecil.
***
Maria, nama perempuan cantik yang suka memakai gaun indah, cocok dengan wajahnya yang indah pula.
Ya, Maria, yang biasa kupanggil Mama. Dia adalah perempuan nomor satu dalam hidupku. Aku selalu merasa ada ruang kosong jika ia pergi.Aku tak pernah melupakanmu Mama.
'Ik hou van jou, Mama'
***
Malam itu, adalah malam yang tak pernah kulupakan seumur hidupku.
"James.." Panggil Papa dengan lembut kepadaku.
"Ya, Papa?"
"Papa ingin bicara denganmu, James
" Kata Papa yang mulai membuatku gemetar."Papa dan Mama tidak akan menemanimu setiap saat, setiap, malam, setiap waktu."
"Papa dan Mama pasti akan pergi pada waktu yang telah ditentukan tuhan."
"Papa, berharap, kamu tidak manja seperti biasa. Terutama kepada Bi Ana."
"Ya, Papa. Tapi, kenapa Papa bicara seperti itu? Papa dan Mama mau kemana?" Ribuan tanya mengelilingi otakku.
Apa, jangan-jangan, Papa dan Mama marah ya kepadaku. Batinku.
"Ngg... Papa..." Papa terlihat gugup kali ini.
"Papa hanya ingin kamu mengerti tugas Papa sebagai tentara."
"Ya, tapi... Aku tidak mengerti kenapa Papa bicara seperti itu? Apakah Papa dan Mama ingin pergi?" Aku takut akan terpisah oleh kedua orang yang paling ku sayangi.
Belum sempat Papa menjawab pertanyaanku, Mama turun dengan gaun putih nan indah dan hiasan kepala serta sarung tangannya.
Tapi ada yang janggal dengan penampilan Mama kali ini. Aku heran dan kebingungan.
Mama memakai sepatu pemberian Papa saat Mama berulang tahun. Mama jarang sekali memakai sepatu itu. Ia hanya ingin memakainya saat acara-acara tertentu saja. Berarti Papa dan Mama memang akan pergi menghadiri acara yang sangat sangat penting.
Tak lama kemudian.
Kulihat dari kejauhan, banyak orang-orang yang berteriak bahasa yang tak kumengerti.
Papa hanya berteriak "Merunduk!!!"
Dor! Dor!
Suara senjata tajam melesat kemana-mana. Barang pecah belah jatuh dan becah. Darah Papa menjalar ke seluruh tubuhnya.
Sejak saat itu, aku tak pernah melihat Papa lagi. Papa meninggal dunia sebelum aku siap.
Aku tak mengerti, saat itu juga peluru melesat ke arahku dan Mama. Mama mengajakku kebawah tanah, tempat penyimpanan barang.
Tak lama kemudian pintu ruang bawah tanah terbuka. Orang bermata sipit yang kejam lah yang membukanya. Mereka menyebutnya 'nippon'.
Tetapi tiba-tiba ia terlihat marah dan garang. Ia menarik-narikku dan Mama, tak lama kemudian sesuatu menancap ke bagian tubuhku. Seketika itu pandanganku menjadi buram dan aku tak bisa melihat apa-apa.
Hitam.
Gelap.
Dan, tragis tentunya.
Aku melayang dan melihat tubuhku terbaring lemahAku menangis. Lalu disitulah aku bertemu dengan Khennis. Perempuan kecil yang manis yang mau menolongku dari kegelapan yang amat tak nyaman.
'Ster kan niet schijnen zonder duisternis'
KAMU SEDANG MEMBACA
Kehidupan Lain
RandomHallo, Gua Khennis. Gua punya bakat yang gak semua orang punya. Bisa dibilang gua punya indera keenam. Banyak orang yang bilang gua aneh, tapi mereka cuma gak tau rasanya berteman dan berkomunikasi sama yang 'lain'. Mungkin bagi kalian cerita ini ja...