#3 Bayi Tragis

99 7 0
                                    

Hari ini, hari sabtu. Jadi gua mau jalan ke mall dulu, tapi bukan shopping ya.

Gua memutuskan untuk ke Senayan City aja yang lumayan deket dengan rumah gua.

Ohiya, gua di temenin sama James, Luna, dan Daniel. Bisa dibilang Daniel itu pacar gue. Hehe.

Sesampainya di Sency gua membeli kado untuk ulang tahun temen gua, Sasya. Dia ulang tahun, tepat saat gua dan James itu ketemu. Lebih tepatnya sih di pohon depan rumahnya Sasya, haha.

Setelah keliling-keliling gak jelas dan makan, kita pulang. Menuju arah pulang, gua denger suara rengekan bayi a.k.a tangisan bayi. Gua kan gak bawa bayi.

Suara tangisan itu lama kelamaan jelas di telinga gua. Yang semakin lama semakin kenceng dan berisik. Gua meringis yang lumayan kenceng.

"Kenapa?" Tanya Daniel yang masih fokus nyetir. Daniel gak bisa liat dan denger 'begituan', apalagi sampe temenan.

"Gapapa." Jawab gua singkat. Tapi suara tangisan itu semakin menjadi-jadi di deket gua.

James dan Luna yang udah pulang duluan, tiba-tiba muncul dan mengagetkan gua.

"Khennis, kenapa? Bayinya ya?" Tanya James yang lembut sambil kepo gajelas.

"Iya, kamu denger gak sih? Berisik banget kan?" Kata gua yang masih nengok kebelakang.

"Ya jelas berisik, orang ada di deket kamu tuh lho." Luna yang awalnya diam, berbicara sambil menunjuk ke arah dashboard mobil.

Gua kaget, dan gak sengaja teriak.

Daniel yang lagi nyetir ikut kaget juga karena teriakan gua.

"Kenapa lo?"

"Gapapa, tapi lo liat gak sih?"

"Ya liat lah. Kalo enggak gua buta dong."

Dia emang kamvret.
Gua teriak sekenceng mungkin.
Di depan mata kepala gua sendiri, gua liat ada bayi yang cuma di bedong kain lama itu nangis dihadapan gua. Bayi itu berdarah-darah. Banyak luka baset dan tusukan di dekat lehernya. Ngeri.

Dia bayi yang pernah jadi korban pembunuhan ibunya. Ibunya kesal karena bayi tersebut hanya merengek terus. Dan alhasil, ibunya tersebut menodongkan pisau ke lehernya dan mencabik leher serta punggungnya.

Tragis.

Bayi itu cuma minta tolong. Dia pengen bedongnya itu dilepas, supaya dia gak inget lagi sama ibunya.

Saat gua selesai ngelepas bedong itu, dia..

Dia.. Berubah jadi gadis kecil yang manis dan lucu. Terlihat sinar di dekat tubuhnya. Ternyata dia adalah hantu China.

Mei Ling. Dia menjadi korban pembunuhan ibunya. Ia hidup lama di Jakarta saat masyarakat China sering datang ke Jakarta.

Dia tinggal di deket daerah Senayan, Dia tinggal bersama ibu dan ayahnya. Tapi ayahnya terlalu sibum menjadi pedagang, sehingga melupakan Mei Ling. Mei Ling adalah anak yang udah broken home dari bayi. Ibu sama ayahnya suka beratem sampai Mei Ling pun jadi korbannya.

***

Waktu itu, Mei Ling sedang tertawa ria layaknya anak bayi pada umumnya. Ia bermain dengan mainan-mainannya. Tak lama kemudian ia mendengar suara teriakan ibunya. Mei Ling yang masih bayi hanya bisa terdiam.

Karena ibunya kesal sesudah bertengkar dengan ayah Mei Ling, Mei Ling pun jadi sorotan korban ibunya. Sanking kesalnya, ibu Mei Ling menenggelamkan Mei Ling ke dalam bak mandi.

Beruntung ia masih selamat kali itu saja.

Namun Mei Ling masih menyimpan dendam yang mendalam pada ibunya.

***

Ia hanya bisa berdoa kepada tuhan agar ibunya bisa hidup bersamanya.

Dia tak pernah tau wajah ibunya, karena saat Mei Ling meninggal dunia, ia masih sangat kecil.

Mei Ling yang malang, wajah cantikmu tertutup duka dan kesedihan. Bahkan darah setia menemani leher indahmu. Luka-luka akibat benda tajam menghiasi badanmu.

'Tubuhmu membiru tragis, Mei Ling.'

Kehidupan LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang