#2 Luna

101 10 1
                                    

Hello. Aku Alessia Luna McClase. Biasa dipanggil Luna.

Ibu dan ayahku meninggal saat aku masih kecil. Aku dibesarkan oleh grandma. Bisa dibilang aku dibesarkan di rumah orang yang berada.

Grandpa adalah orang yang bekerja di luar negeri. Grandpa selalu ramah kepada semua orang, begitu juga grandma yang selalu tersenyum.

Aku adalah orang Inggris. Grandpa selalu sibuk dengan pekerjaannya. Walaupun sudah berumur 60 tahun, grandpa adalah pekerja keras.

***

Suatu hari,

Kring kring!! Bel sekolah berbunyi, tanda waktu makan siang.

Aku dan sahabatku, Rose, pergi ke tempat dimana kami berkumpul untuk makan siang.

Aku dan Rose bisa digolongkan menjadi anak yang sering mendapatkan olokan dari teman-teman perempuanku yang lain.

Mona, siswi anak bangsawan yang selalu berdandan glamour dan sikapnya yang sombong.

Siang itu, saat makan. Aku dan Rose memilih tempat duduk yang berposisi di pojok ruang makan. Kami berdua bercanda ria layaknya sahabat.

Keceriaan kami tidak sampai disitu.

Mona dan teman-temannya menghampiri kami yang sedang makan siang.

"Kalian itu tidak pantas berada di sekolah ini!" Olok Mona kepada kami.

"T-tapi kami ingin menuntut ilmu layaknya anak-anak yang lain." Tegas Rose yang melindungiku yang ketakutan.

"Tapi kalian itu anak yang... Kalian tau, bodoh, nerd, dan... Haha! Lemah!" Balas Mona sambil mendorong Rose.

Tawa mereka pecah ketika Rudy, teman Mona, melepas kacamata ku. Buram. Aku tak dapat melihat.

Setelah itu aku mendengar suara Rose yang melarang, dan saat itu juga aku mendengar suara barang pecah.

Ya, kacamata ku diinjak oleh Rudy yang kejam. Diantara mereka lah, Rudy yang paling kejam dan pemberani.

Mona, Rudy, dan dua teman lainnya, Anna dan Deasy tertawa lepas seakan-akan puas memaki dan mem - bully ku dan Rose.

Kudengar suara tangis Rose.

"Tak apa, Rose, kita harus tegar menghadapi mereka. Nenekku bilang kita harus tetap sabar, karena tuhan akan membalas semua yang jahat." Kataku mencoba menenangkan Rose.

"T-tapi kan.. Kacamatamu."

"Tak apa, aku masih membawa kacamata cadangan. Maukah kau menuntunku ke kelas, lagi?"

"Ya. Aku bangga denganmu, Luna. Kau sangat tegar dan sabar. I am proud of you, my best friend."

***

Keesokan harinya. Hal yang sama terjadi padaku.

Mona lagi-lagi berbuat ulah bersama teman-temannya. Setelah makan siang, aku dan Rose dicegah untuk keluar dari ruang makan. Ruangan itu sudah sepi, tidak ada orang selain Aku, Rose, Mona, dan teman-temannya.

"Sudah kubilang berkali-kali! Kalian itu tidak pantas di sekolah ini! Terutama dekat dengan Robert!" Tukas Mona dengan wajah yang seram, menurutku.

Robert adalah siswa paling populer di sekolah kami. Dia tampan, pintar, dan juga baik. Ayahnya adalah seorang bangsawan yang kaya raya, namun tidak sombong seperti Mona.

"Aku... Aku tidak dekat-dekat dengan Robert. Aku berjanji." Kataku sambil gemetar sekaligus berkeringat dingin.

"Ah kamu bohong! Buktinya Robert berjalan menyapa kamu dan tersenyum!" Tiba-tiba saja Rudy dan Anna mendorongku dan Rose sampai kepalaku terbentur lantai. Penglihatanku memburam sejenak. Saat kubuka mataku, aku diikat di sebuah tiang dan dipukuli oleh Mona.
Tepat pukul 01.50 pm Mona memukul ku tepat di perut. Darah mengalir dari hidungku. Dan saat itu juga Khennis datang dalam kegelapan yang muram, kulihat bocah laki-laki bersamanya. Ya, James.

'All evil will return to evil. And all that good will be rewarded an angel'

Kehidupan LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang