#4 Horror?

63 7 4
                                    

Pagi ini gua harus berangkat sekolah. Dengan keadaan yang bener-bener shock gara-gara kejadian 2 hari lalu.

Daniel udah biasa kalo gua bertingkah aneh, bahkan teriak.

***

Kriing!!

Bel pulang sekolah berbunyi.

'Akhirnya' Kata gua dalem hati.

"Nis!!" Panggil seseorang dari arah belakang. Itu Hanny.

"Eh, kenapa?"

"Nis, gua mau nonton film horror nih. Tapi gua takut. Nah, lu mau temenin gua gak?"

"Dimana?"

"Dirumah gua, ajak Daniel juga gapapa kok."

"Oh, yaudah ok. Nanti gua sama Daniel ikutin mobil lu dari belakang deh."

"Sip, thanks ya."

Gua hanya membalasnya dengan senyuman tipis.

***

Sesampainya di rumah Hanny.

"Eh, kita mau nonton apaan?" Tanya Daniel dengan suara bass nya yang kece. Eh.

"As above, so below." Kata Hanny sambil sibuk ngambil laptopnya.

"Ehm." Lagi-lagi Daniel berdeham. "Tamu gak dikasih minum nih?" Daniel mengulas senyum jahilnya. Mengingatkan gua ke James.

"Eh, anjir, lupa. Sori ye." Hanny yang langsung berlari kecil sambil tepok jidat. Wakakak gua ketawa aja.

***

Gua dianterin Daniel pulang sampe rumah dengan aman, selamat, tentram. #ea

Gua langsung mandi dan berpakaian sekenanya karena mau tidur. Jam di dinding menunjukkan pukul 09.35 pm.

Tiba-tiba,

Kriing, kriing, kriing

Terdengar suara telepon lama yang cara makainya diputar-putar. Gua sama sekali gak punya telepon kayak gitu. Heran lah gua, gua menyusuri tangga kebawah a.k.a sumber bunyi.

Gua udah samperin suara itu, dan menemukan telepon berdebu lama yang persis sama kayak yang di film 'as above, so below' . Gua sontak kaget liat benda itu.

Tiba-tiba,

Bunyi piano terdengar keras ke seluruh ruangan. Kebetulan gua hanya bertiga dirumah. Pembantu gua yang udah tidur dan kakak gua yang juga udah tidur.

Gua liat ada piano yang persis pake banget di film 'as above, so below' saat gua coba memainkan piano itu dengan lagu yang dimainkan George di film itu, my bonnie is over the ocean. Saat menekan salah satu tuts dari piano tersebut, tuts tersebut rusak. Ya, ini adalah piano yang sama dengan kepunyaan George.

Tiba-tiba saja bocah laki-laki berlarian kecil ke arah tangga. Saat gua membalikkan kepala ke arah piano.

Jeng!

Kepala bocah laki-laki itu muncul di depan mata gua. Sambil tertawa kecil, ia berdiri di samping gua dengan baju yang basah dan rambut yang basah.

Mata bocah itu keliatan merah. Dia hanya tertawa-tawa aneh sambil mencet-mencet tuts piano asal-asalan.

"AAAAAHH!!!" Bocah tersebut melotot dan memperhatikan gua, jelas gua kabur sambil teriak ke atas dan langsung ke kamar. Gua menutupi diri dengan selimut sambil komat-kamit baca doa yang melintas di otak gua gitu aja.

Gua pun merasa ada yang aneh.

Karena mata ketutupan selimut dan gua gak berani ngeliat, hanya bisa ngerasain. Ada seseorang yang tidur disamping kiri gua. Tapi gua tendang-tendang dan raba tubuh dia. Bener aja dugaan gua, dia anak kecil kampret tadi.

Anjir gila itu horror sumpah. Setelah bocah itu pergi dan hilang, gua langsung ambil wudhu dan sholat sunnah sebisanya, yang penting gak ada yang masuk ke kamar gua.

Dan setelah itu gua gak berani nyamperin apalagi megang benda yang sebenernya gak nyata. Mending gua tidur. Hhh.

***

Ya, walaupun gua temenan bahkan sahabatan sama 'mereka' tapi gua tetap menjalankan ibadah. Agar mereka gak bisa ganggu gua semena-mena.

Karena,

'Semua malaikat punya sisi iblis mereka, dan semua iblis punya sisi malaikat mereka'

Kehidupan LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang