Bab 1

7.4K 445 2
                                    

Rama memijat-mijat kepalanya yang tidak pusing. Jam sudah menunjukkan pukul 16.45 sebenatr lagi waktunya pulang kerja batinnya.

"Mas Ramaaaaa internetku kok nggak bisa koneeeeek" suara manja nan seksi membuat Rama mendongak dari layar komputernya. Sarah, gadis paling seksi dan cantik datang ke mejanya.

"Sebentar ya, dilihat dulu. Ah, sudah bisa sekarang."

Setelah Sarah meninggalkan mejanya, Rama memandang Iksan, temannya sesama di divisi IT. Rama mengangkat sebelah alisnya. Ia tahu, Ikhsan yang memutuskan jaringan internet Sarah. Sebagai anak divisi IT, mereka memiliki akses untuk memutuskan internet, atau melihat email, bahkan chat lync pegawai lainnya.

"Iyaaaa iyaaa itu gueeee ahahah! Ah, padahal gue sengaja mutusin internetnya biar dia dateng ke gue. Kalah ganteng gue!"

Ya, Rama bisa dibilang tampan. Charming lebih tepatnya. Dengan rahang yang tegas, bersih dan potongan rambut yang rapi, membuat pegawai-pegawai wanita lain sering meminta tolong pada Rama atas "kejahilan" anak IT yang lain.

Rama melirik jamnya lagi. Pukul 17.00 saatnya pulang. Ia dengan sigap merapikan mejanya. Thank God! It's Friday!

Rama bersama Iksan pulang bersama karena mereka sama-sama menggunakan jasa kereta api.

"Ram, santai dikit napaaaa mentang-mentang hari Jumat, lu mau ngeliatin cewek itu lagi?"

Dengan tinggi hanya 165cm, Ikhsan harus mengejar Rama yang tingginya 180cm dan berjalan cepat pula.

Seketika, langkah Rama terhenti. Kampret Rama! Gue jadi nabrak! Umpat Ikhsan dalam hati. Ikhan melongok sedikit melihat apa yang menghentikan langkah Rama.

Seorang gadis memasuki stasiun yang mereka datangi. Dengan dress berpotongan A line selutut, memperlihatkan kakinya yang jenjang. Tubuhnya tidak kurus dan tidak gemuk. Kulitnya yang cerah kuning langsat dan rambutnya sepundak membuat dia tampak manis. Matanya yang besar tertutup kacamata full frame tidak menutupi wajahnya yang menawan. Dian Sastro versi lite kalau kata Iksan.

"Heeee keluar deh chickennya!" Rama memberikan isyarat Iksan untuk diam. Iksan walaupun bertubuh kecil, mulutnya tidak bisa direm seperi ibu-ibu komplek.

"Lu kalau tertarik sama cewek, datengin, kenalan. Jangan distalkingin! Serem tau gak?" ujar Iksan saat mereka sudah masuk ke dalam kereta.

"Dia temen SMP gue, San." Iksan mengerenyitkan dahinya. Gambar-gambar masa SMPnya mengalir kembali melalui mulutnya.

Saat itu hari pertama masuk SMP. Setelah melalui serangkaian MOS, akhirnya mereka masuk ke kehidupan nyata. Belajar.

Rama masuk ke kelas 7-3. Setelah perkenalan diri, mereka dibagi kedalam 6 kelompok. Satu kelompok ada 5 orang. Sayangnya, saat itu 3 anggota kelompok lainnya merupakan anak paskibraka. Mereka izin untuk latihan lomba upacara yang diadakan oleh Walikota. Tinggal Rama dan seorang gadis disitu.

Gadis itu terlihat sangar, dengan badan yang gempal dan kulit coklat terbakar matahari. Rambutnya dipotong pendek seperti laki-laki. Gayanya juga, boyish dan cuek. Namanya Ravika Rachamnina.

Vika gadis yang pintar dan aktif. Dia juga orang yang vocal akan sesuatu. Guru-guru menyenangi Vika dan Rama. Sayangnya, Vika anak yang terlalu vocal dan lebih sering berkeritik sebelum berpikir. Vika dan Rama menjadi kesayangan guru. Kelompok mereka selalu menjadi nomer satu saat diberikan tugas. Vika dan Rama menjadi "Double Combo" di kelas. Bahkan, guru-guru menjodohkan mereka. Mungkin untuk lucu-lucuan saja.

Rama menjadi anak laki-laki idola saat itu. Dengan wajah yang tampan dengan garis rahang yang tegas, matanya yang coklat muda, kulit putih bersih karena kakeknya merupakan orang Australia, tubuh yang tinggi, pintar, dan anak basket, membuat Rama di gandrungi anak-anak perempuan lainnya.

Rama merasa nyaman dengan Vika, karena Vika adalah satu-satunya anak perempuan yang cuek dan tidak terpengaruh dengan pesona yang dimiliki Rama. Vika yang merupakan anak karate juga bisa diajak bekerja sama dalam kelompok. Pengetahuan Vika yang luas, dan bekal Vika yang enak membuat Rama senang bermain dengannya. Ya, Vika sering memberikan bekalnya kepada Rama karena sejak SD, Vika tidak pernah diperbolehkan jajan diluar. Vika lahir dari keluarga dokter. Sebenarnya sampai SMP juga, hanya saja Vika sering curi-curi kesempatan untuk ajjan dan bekalnya diberikan kepada Rama.

Selain itu, Rama dan Vika sedang menjodohkan teman mereka. Tama, teman sebangku Rama menyukai Amela, sahabat Vika. Mereka benar-benar combo duo. Sayangnya, Amela menyukai Rama diam-diam.

Sampai suatu ketika, Vika sakit. Ia izin untuk pulang lebih dulu. Tiga hari kemudian, Vika masuk. Saat Rama masuk kelas, Rama langsung menghampiri Vika saat melihat Vika sudah duduk manis dimejanya.

"Pagi Ramaaaaa!" sapa Amela

"Vik, lu dah sehat? Payah ih! Gitu aja sakit!"

Vika cemberut pura-pura marah. "Dasar! Ngeselin! Iya, udah sembuh!"

Rama bernapas lega dan kembali duduk dimejanya.

"Ngeselin banget sih si Rama! Gue kan nyapa dia!" ujar Amela.

Saat pulang sekolah, Amela kembali mengungkin masalah tadi pagi.

"Eh, Vik! Pas lu sakit dianter ke UKS kan Rama panik. Trus, pas Bu Ratna masuk mau ngambil tas lu, dia yang paling heboh beresin tas lu, padahal mejanya kan dipojok dan susah keluar lagi!"

Vika masih cuek bebek sambil jalan.

"Jangan-jangan dia suka lagi sama lo!"

Vika menghentikan langkahnya, menatap heran Amela.

"Gak mungkin lah, Mel. Itu karena kita temenan."

Amela mengibas-ngibas tangannya. "Nggak mungkin! Itu dia suka sama lu!"

Vika memandang Amelia. Apa iya dia suka sama gue? Sesampainya di rumah, Amelia masih menelpon Vika dan meyakinkan Vika bahwa Rama suka dengannya. Begitu juga besoknya, dan besoknya, hingga Vika tidak bisa berpikir rasional, dan berkata:
"Mel, kayaknya gue suka sama orang untuk pertama kalinya. Gue suka Rama!"

Hallo semuaaaa!!! Apa yaaa salam terima kasihku untuk yang sudah membaca cerita ini hehehe kalau suka silahkan comment dan vote yaaaa

Tunggu kelanjutannya yaaaa hahaha

Xoxo

Saturday Afternoon CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang