Bab 7

3.7K 266 1
                                    

"Ayo Viiiiiik sekali-kali elah mau denger lu nyanyi pake pianooooo!" Rengek Bisma saat di cafe seperti biasa.

Vika menarik tangannya yang ditarik Bisma. Ia menggeleng. "Lu aja yang nyanyi! Gue main pianonya."

"Gue maunya lu yang nyanyiiiii! Kan di bigband gue sering liat lu main pianoooooo!"

"Jahat lu Vik! Bisma kan lagi ulang tahun."

"Iya! Gue kan udah ngasih lu kado, nih! Nih!" Bisma melempar boneka sapi limited edition yang hanya bisa didapat dari perusahaan susu tempat kakaknya Bisma bekerja. Kakak perempuan Bisma bekerja sebagai marketing di sebuah perusahaan olahan susu terkenal.

"Lah, lah! Emangnya ini kado? Kan gue minta doang."

"Mau liat chat lu kemaren hah?! Keponakan gue aja gak dapet, malah lu yang dapet!" Bisma mengacung-acungkan handphonenya.

Vika tertawa dan mengangkat tangannya tanda menyerah. Lagi pula, baru sebulan yang lalu dia berulang tahun juga. Umurnya sudah masuk ke masa perak, 25 tahun.

"Rama nyanyi dooooong!" Ujar Ruby. Rama yang sedang tersenyum-senyum sambil minum melihat tingkah Bisma tersedak caramel macchiatonya.

"Nah! Iya iya!"

"Harusnya, lu yang nyanyi Bis, kan kita yang ulang tahun!"

"Iyeeee ntar, Rama dulu aja! Kan anak band dulu." Bisma mendorong-dorong kursi Rama.

Vika sudah siap di depan grand piano cafe tersebut. Ya, dicafe tempat biasa mereka nongkrong memang dipersilahkan untuk memakai piano untuk bernyanyi disana atau sekedar bermain lagu instrumental. Cafe tempat mereka biasa nongkrong memang dibuat se-homy mungkin dan membuat para pengunjungnya berasa ada dirumah. Rama mengambil microphone, dan memandang Vika. Ia masih mengingat apa yang dia lakukan 5 bulan yang lalu saat mereka menginap di Bandung. Tangan yang sudah siap menekan tuts piano itu pernah ia genggam. Hangat. Ia ingat sekali, tangannya begitu hangat.

"Lagu apa, Ram?"

"Gue yang request!" Bisma berdiri sambil menepuknepuk jarinya.

"Gue mau.......mau..... Kala Cinta Menggoda! Eh, jangan! When I Was Your Men, deh!"

"Apaan sih! Emangnya itu lagu ulang tahun!" Riza menjitak kepala Bisma.

"Birthday gift, Riz! Birthday gift! Lagian gue kan udah kasih si Momo tuh!"

"Iyeee iyeee bawel amat sih!" Vika langsung menekan tuts piano didepannya. Nada intro dari lagu When I Was Your Man dari Bruno Mars berdenting dengan sedikit lebih jazzy.

Rama mulai bernyanyi. Lama-lama, Rama terbawa perasaan dengan lirik lagu When I Was Your Man.

I hope he buys you flowers
I hope he holds your hand
Give you all his hours
When he has the chance
Take you to every party
'Cause I remember how much you loved to dance
Do all the things I should have done
When I was your man
Do all the things I should have done
When I was your man...

"Yeeessss nilainya.... 10!! Dari 100! Karena yang seratus gue yang mau nanyi!"

Bisma melompat kedepan panggung kecil, mengambil microphone, dan duduk disebelah Vika.

"Thinking Out Loud, pas lu main di Jazzasm Festival pleaaase!" Bisma menjentikkan jarinya. Lagu yang sedikit bouncy keluar dari grand piano tersebut. Bisma sudah bergaya.

When your legs don't work like they used to before
And I can't sweep you off of your feet
Will your mouth still remember the taste of my love?
Will your eyes still smile from your cheeks?

Bisma mengambil setangkai mawar dari bouquet hadiah dari Pasukan Bodrex dan memberinya kepada Ruby. Bisma berhasil menarik perhatian beberapa pengunjung cafe disitu.

"Vika, singing!" Bisma mempersilahkan Vika dengan tangannya. Vika tahu, ia pasti akan disuruh nyanyi oleh kucrit satu ini.

And, darling, I will be loving you 'til we're 70
And, baby, my heart could still fall as hard at 23
And I'm thinking 'bout how people fall in love in mysterious ways
Maybe just the touch of a hand
Well, me—I fall in love with you every single day
And I just wanna tell you I am...

Suara Vika yang dalam menyanyikan lagu tersebut dengan gaya bossanova. Rama senang dengan suara Vika yang seperti ini. Rama tidak ingat kapan dia mulai menyukai Vika, 3 tahun yang lalu? Tidak, 5 tahun yang lalu. Ya, 5 tahun yang lalu. Setelah mereka bertemu sebelum masuk kuliah adalah hari terakhir Bisma melihat Vika. Vika dan Bisma masuk universitas yang sama, namun, setelah orientasi kampus berakhir, mereka tidak bertemu selama 2 tahun.

Dan saat bertemu dengan Vika untuk pertama kalinya saat kuliah, dia yakin, ia telah jatuh cinta untuk pertama kalinya, dengan Vika.

Vika yang saat itu memakai skinny jeans, t-shirt over sized dengan tulisan Jazz do it!, rambut yang dicepol, dan sepatu converse belelnya. Tak lupa, tote bag canvas yang membuatnya terlihat manis. Badannya lebih curvy, terlihat seperti model dimajalah, tidak kalah dengan Rara yang sekarang menjadi model terkenal ibukota.

"Ram, jangan baper gitu laaaaah!" Ruby mengejutkan Rama.

Seisi cafe memberi Vika dan Bisma tepuk tangan. Duet yang indah. Saat menyantap hidangan sore mereka, mulai keluar mulut-mulut jail Riza. Awalnya Riza mengejek Bisma.

"Bis, Ruby udah ada pacar udah 6 tahun mereka, kalah sama lu yang udah suka dari SMP!"

"Elaaaah, kalau jodohnya sama gue juga nanti nikahnya sama gue! Ahahaha! Stella apa kabar Riz?"

Riza yang diejek balik menepuk kepala Raka. "Baek tuh sama suaminya. Udah beranak satu tuh orang!"

"Heh! Lu pikir kambing beranak!"

"Ram, Vika jadi cantik nih sekarang! Ga mau ditembak?" Ujar Raka santai. Rama salah tingkah.

"Hahaha! Eh, Ram! Rara apa kabar?" Tanya Vika.

"Waduuuuu sakiiiiit!" Celoteh Riza. Apa yang diucapkan Vika ada benarnya. Ya, ada perasaan sakit didada Rama saat Vika menanyakan soal Rara. Bukan hanya karena mengingat Rara mencampakannya demi pemain bola yang sedang naik daun itu, disaat hati Rama sudah mantap dengannya, dan kenapa Vika harus ingatnya Rama dengan Rara?

"Ahaha! Udah nggak..."

"Lah lu ngga nonton infotaiment, Vik? Digocek dia sama pemain bola blasteran itu!"

"Cari lah Raaaam! Emangnya gaada yang nyantol abis lu putus?"

"Vika aja ada, an...."

"Bacot yaaaa Bismaaaa!"

Semua tertawa-tawa mengingat kejadian dulu dengan mantan-mantan mereka terdahulu. Rama senang saat anak-anak mengejek dia dengan Vika. Tidak seperti dahulu.

Rama ingin kembali kemasa dulu, 13 tahun yang lalu, mengingatkan Rama kecil, "Hey moron! Love her or you'll be regret it!"

Nin hao! Terima kasih sudah mau membaca! Ahahaha kurang baper, ya? Ahahah makanya, jangan lupa Comment dan Vote yaaaa

Dank Je!

Xoxo

Saturday Afternoon CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang