Bab 9

3.4K 255 1
                                    

Gerimis mulai turun rintik-rintik. Vika menscroll ipodnya, mencari lagu yang pas menemaninya saat itu. Sambil bersenandung-nandung kecil, Vika memperhatikan orang-orang disekitarnya. Ia juga menyapa orang-orang kantornya, atau sekedar membalas senyum orang yang tersenyum padanya. Baju kantornya sudah diganti dengan sundress manis. Wajahnya pun diberi polesan make up tipis-tipis memberikan kesan no make up. Tak lama, handphonenya bergetar.

Bisma Fajar : Vik, beneran lu ga bisa ikut belanja sama kita?

Ravika Rachmanina: Iya Ma. Mamanya Arka ngajakin makan malem bareng...

Bisma Fajar: Yah, Viiiik... Susah yaaa kalau yg ngajak makan mertua...

Vika tersenyum-senyum melihat chat dari Bisma.

Ravika Rachmanina: Ya iya laaaaah bisa dipecat jadi calon mantu keluarga Handriadhi ntar gue hahahaha! BTW Ma, gue minta boneka sapi Alphamilk doooong ke kakak lu!

Bisma Fajar: Ih, males!

Ravika Rachmanina: Buat kado gueeeeee :" lu sejak berduit udah jarang ngasih gue kado, Bis. Tega.

Tidak lama, sebuah mobil Range Rover hitam berhenti didepan Vika. Vika tersenyum, dan langsung naik ke dalam mobil tersebut.

"Baju baru, Vik?" Goda seorang laki-laki dari balik kemudi. Ia menaikkan alisnya yang tebal sebelah. Mukannya semakin mirip Jim Carrey.

"Nice try, Ka. Kamu masih kurang gombal dibanding aku! Ahahaha"

"Cocok sama kamu bajunya."

"Kok kamu lebih pinter milihin baju buat aku dibading aku sendiri sih, Ka?"

"Iya laaaah gewe gitu loh!"

"Jih, emangnya lu siapa? Kok kita kenal?"

Laki-laki yang dipanggil Arka itu pun mengacak-acak rambut perempuan yang sudah dipacarinya sejak 5 tahun lalu.

"Kamu hari ini cantik. Kalau jalan sama aku sekali-kali jangan pake skinny jeans, oversized tee, sama converse doang doooong! Kalau sama Ibu kamu cantik terus, kan aku sedih..."

Arka meraih kepala Vika, dipandanginya mata coklat Vika, lalu tersenyum.

"Eh jangan deh! Nanti banyak yang ngelirik. I love the way you dressed especially with your favorite tees. That's why I love you."

Vika meleletkan lidahnya. Mereka tertawa-tawa menembus gerimis yang menguyur Jakarta saat itu.

"Maaf ya, gara-gara Ibu kamu jadi gaikut belanja buat ke Bandung sama temen-temen SMP kamu."

"Nggak masalah, Ka. Daripada aku di blacklist gaboleh jalan lagi sama Ibu kamu. Ehehe."

"Ibu seneng sama kamu, Vik! Setiap hari kamu terus yang ditanyain. Adek, kapan Vika kerumah? Dek, ini bagus ya untuk Vika! Adek Vika ini Vika itu..."

Vika dan Arka sudah menjalin hubungan saat mereka masih kuliah. Vika yang seorang pianist di bigband kampus, dan Arka seorang saxophonist. Awalnya mereka malu-malu untuk mengakui ketertarikan mereka masing-masing. Arka yang jahil dan banyak memiliki teman perempuan awalnya hanya dianggap becanda saat teman-temannya di bigband bilang bahwa Arka menyukainya. Sampai akhirnya Arka menyatakan perasaannya, awalnya cukup sulit bagi Vika menerima Arka karena Arka digandrungi banyak wanita. Bahkan tersebar kabar bahwa Arka adalah playboy yang badboy dan juga jerk. Namun, saat ia sudah mencari tahu bahwa Arka bukan seperti apa yang digossipkan dan juga mengetahui mengenai kisah cintanya Arka dimasa lalu, Vika pada akhirnya menerima Arka. Arka menjadi yang pertama bagi Vika juga. Dan mereka berharap ini adalah hubungan pacaran yang pertama dan terakhir.

Saturday Afternoon CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang