Bab 3

5.4K 372 2
                                    

Rama berlari-lari mengejar Iksan. "Sialan nih bocah!" Umpatnya.

Iksan berlari mengejar Vika. Sekedar menyenggolnya agar Vika tahu bahwa Rama selalu menanti kereta yang sama dengan Vika. Namun, dasar sial badan pendek, Rama berhasil menangkap Iksan.

"Elah, kenapa sih! Chicken banget lo!"

"Bukan itu masalahnya, San!"

"Line dia bro!"

"Ngapain?" Iksan hanya geleng-geleng kepala. Bener-bener deh nih bocah, kalau masalah kerjaan pinter ga ketolongan, giliran masalah perasaan IQnya tiba-tiba ngedrop mirip batre handphone bocor.

"Lu ajak dia belanja bareng laaaah buat jalan-jalan ke Bandung minggu depan!"

Rama hanya mendecakkan lidah.

"Perlu gue yang ngajak? Woles sih gue." Rama langsung menarik pundak Iksan.

"Iya, ntar."

"Sekarang, kuciiiing."

"Ntar ih! Itu keretanya mau masuk, mbing!"

Setelah masuk ke dalam kereta, Iksan langsung menggeledah jaket Rama tanpa risih. Padahal beberapa mata sudah memandangnya dengan aneh.

"Anjir, sabar dong! Diliatin orang dikira gue sama lo apaan!"

"Cepet Line dia cepeeet buru heeeeey!"

Rama mengeluarkan handphonenya. Dibukanya aplikasi chating dan memilih nama Vika. Jarinya kelu, otaknya beku. Iksan langsung menarik handphone Rama. Rama yang mematung hanya bisa pasrah melihat Iksan mengetik kata-kata.

Ia teringat saat mereka pergi lomba bersama. Kebetulan, lomba sains yang mereka ikuti diselenggarakan di gedung Dinas Pendidikan dekat rumah Vika. Saat jam istirahat, Vika pulang sebentar kerumahnya, dan kembali membawa beberapa coklat.

"Ini, makan aja. Di rumah gue banyak coklat kok! Gaada yang makan soalnya..."

Randal, teman satu team mereka langsung mengambil 2. Rama hanya diam. Dia tidak mau makan coklat dari Vika. "Ada peletnya gak nih?" Ujarnya dalam hati.

Tiba-tiba, lagu mengalun. Terputar lagu RAN "Pandangan Pertama."

Saat itu, satu sekolah sudah tahu bahwa Vika menyukai Rama dan mereka sering dipasang-pasangkan oleh guru dan teman-teman. Rama membenci panggilan "Pangerannya Vika" saat itu.

Mendengar lagu tersebut, Vika yang memang menyukai musik berdendang kecil.

"Ciyeeee Vikaaa! Ciyeee Rama! Nyamuk nih gue!" Randal yang duduk ditengah-tengah antara Vika dan Rama lngsung berdiri. Namun, secara otomatis, Rama ikut berdiri.

"Gue mau ke kamar mandi, ya!" Ujarnya.

Saat pengumuman adalah saat yang paling menegangkan. Mereka masuk daftar 3 besar. Pengumuman juara dimulai dari juara 3. Mereka menautkan tangan bersama-sama. Ada tangan Randal ini, gapapa lah. Pikir Rama.

"Gais, juara 2 maupun 1 kita nggak papa ya?" Ujar Rama yang di iyakan oleh Vika dan Randal.

"Dan, juara 2 adalah SMP Tunas Bangsa!"

SMP Tunas Bangsa adalah salah satu lawan mereka. Dengan ini SMP mereka berhasil masuk juara pertama. Mereka tidak menyangka. Vika begitu bahagia karena dia menjadi presentator saat itu.

Setelah acara berakhir, Vika mengajak Rama dan Randal makan dirumahnya. Awalnya, Randal mau. Namun, karena Rama menolak, Randal tidak jadi ikut.

Saturday Afternoon CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang