(S) Belong To

188 18 9
                                    

Ila menyeruput creamy latte hangat kesukaannya, sambil sesekali melirik kearah pintu masuk cafe, berharap seseorang yang ia tunggu sedari tadi menunjukkan keberadaannya. Sudah 2 jam ia duduk dikursi bernomor 17 itu, namun tidak ada tanda tanda kedatangan lelaki itu. Ia menghela nafasnya, ia tau lelaki ini akan seperti ini.

Sudah 3 jam ia menunggu, namun lelaki itu tak kunjung datang, sampai saat creamy latte kelima dan cheese cake ketiga Ila telah habis karna menantikan kehadiran lelaki itu, ia masih saja menunggu. Ia juga manusia sibuk seperti Alex yang memiliki segudang tugas dan pekerjaan yang menunggunya dirumah. Dengan menahan rasa jengkelnya kepada kekasihnya ia mengambil smartphonenya, membuka aplikasi line dan mencari contact Alex disana

Ila : Kau dimana?

Lima menit
Sepuluh menit, ia tak kunjung membaca pesan Ila. Dan pada menit kelima belas, ia bangkit dari tempat duduknya mengambil uang berjumlah satu lembar uang seratus ribu dan lima puluh ribu dari dalam tasnya, menyelipkannya kedalam sebuah papan yang berisikan kertas bill minumnya

'Ambil saja kembaliannya' ujar Ila dalam hati

Ia melangkah keluar meninggalkan meja 17 yang berada didalam cafe yang bernama 'coffee time' itu. Ia melangkahkan kaki ke trotoar sambil memegangi tali sling bag yang ia gunakan, dress berwarna peach itu terangkat sedikit karena diterbang angin yang menghembus berlawanan dengan arah langkahnya. Rambutnya yang hitam legam juga ikut diterbang oleh angin, namun tidak membawa pergi keindahan rambut lurusnya itu

"Ilana?" Seseorang memanggilnya dari belakang. Ia menoleh dan mendapati Alin~~~ Sahabat Alex sedari kecil

"Alin?" Ia balik menyebut nama wanita itu

Alin berlari kecil menuju Ila yang berdiri diam tanpa memiliki niat untuk mengejar Alin juga

"Apa yang kau lakukan disini?" Alin bertanya sesaat setelah ia sampai dihadapan Ila dan mensejajarkan tubuhnya

"Aku baru saja dari coffee time" jawab Ila singkat dan membalikkan tubuhnya bermaksud untuk melanjutkan perjalanannya. Alin menyamakan langkah dengan Ila

"Kenapa tidak bersama Alex?" Alin menghadap Ila, Ila tersenyum miris

"Kukira ia bersamamu" Jawab Ila masih tetap menatap kosong kedepan

"Tidak. Ia tidak bersamaku sejak satu minggu yang lalu" sangkal Alin yang membuat Ila menoleh padanya

"Lalu ia bersama siapa? Yang aku tau ia hanya dekat denganmu"

"Ia berteman bukan hanya denganku saja. Ia memiliki banyak teman yang tidak kuketahui" Alin tersenyum manis

"Kami membuat janji untuk mengisi waktu makan siang di coffee time. Namun ia tidak kunjung datang setelah 3 jam berlalu pada kesepakatan kami. Aku pergi karna lelah menunggunya yang tidak kunjung memberi kabar" Itu terdengar sangat kesal

"Bagaimana bisa?" Alin mengerutkan keningnya "Ia tidak pernah mengingkari janji sebelumnya"

"Tapi memang itu adanya"

"Mungkin ia memiliki urusan lain, kau tidak usah sedih" hibur Alin sambil mengeluarkan senyumannya yang khas

"Kuharap juga begitu" jawab Ila singkat

"Kau tak usah takut" hiburnya "Ia tidak akan pergi kemana-mana" sambung Alin dan menatap Ila yang masih melangkahkan kaki jenjangnya

'Apa ia mencintaimu, Alin?' Gumam Ila dalam hati

"Tidak. Ia tidak mencintaiku, Ila" Ila terkesiap mendengar penuturan Alin. Seakan Alin bisa membaca pikiran Ilan. Ia menatap Alin intens penuh tanda tanya "aku bisa membaca pikiran seseorang" Sambung Alin

STORY [ShortStory] Where stories live. Discover now