Tepat pukul delapan malam, keluarga Winata tiba di kediaman keluarga Stanley. Setelah rekan sekaligus sahabatnya memintanya untuk berkunjung ke kediamannya, dengan senang hati Andre Winata, menyetujui undangan tersebut."Ayah, aku tidak janji akan bersikap baik pada mereka."
"Itu akan merusak Pribadi dirimu sendiri di hadapannya. Karena sikap adalah gambaran kepribadian. So, terserah padamu." Jawaban singkat itu mampu membuat Aditya mendegus kesal. Lagi-lagi perkataan ayahnya benar dan sulit untuk dielakkan.
Keduanya berjalan berdampingan menuju pintu utama rumah tersebut.
"Tunggu!" Aditya mengehntikan langkahnya setelah ia mengingat sesuatu. "Ayah, aku pernah datang kesini. Seminggu yang lalu." Ungkapnya pada sang Ayah yang berada di depannya.
"Hm, Ayah tahu." Andre tersenyum kecil pada Aditya, "Ayah sudah mendengarnya, betapa mengagumkannya dirimu, Nak." Lanjutnya sambil berbalik menghadap putranya yang masih menatapnya penuh tanya.
"Perasaanku mengatakan kalau Ayah akan menjodohkanku dengan...."
"Benar! Dan, ayah sudah tidak sabar untuk mempertemukan kalian malam ini. Jadi, hentikan pembicaraan kita sekarang."
__Aditya memandang gadis yang duduk di depannya dengan alis bertaut. ada perbedaan saat ia bertemu pertama kali dengan gadis itu seminggu yang lalu, dengan pertemuan malam ini. Pasalnya, gadis itu terlihat lebih ceria dan bersemangat. Wajah terpuruknya malam itu sudah hilang.
"Baiklah, sekarang kalian sudah saling mengenal satu sama lain. Kami paham, kalian pasti butuh waktu untuk berdua kan?" tanya Andre pada putra dan Yokkuci yang kini mengangguk senang. Sungguh, melihat Yokku yang seperti itu membuat Aditya meringis sebal.
"Aditya, kau bersedia mengajaknya makan malam atau sekedar berjalan-jalan?" kini Kevin yang secara blak-blakan meminta Aditya untuk bertindak. Tentu, hal itu membuat isterinya menyenggol lengannya kurang setuju. Bagaimana pun mereka baru kenal.
"Tenang sayang, Aditya bisa dipercaya kok. Iya kan, Dit?" Kevin menyakinkan isterinya kalau adit akan menjaga dengan baik Yokkuci.
"Adit bisa diandalkan dalam hal itu, Vin." Tepukan halus mendarat di bahu Adit, ia menggerutu dalam hati. Ck, ayahnya selalu sulit dikalahkan.
__Kedai kopi pinggiran, dimana Yokku dan Adit duduk berdua dalam diam. Adit yang terus menatap tajam pada Yokku, sedang gadis itu memandang ke arah jalanan lenggang di samping kanannya. Tak ada yang berinisiatif untuk membuka suara, Aditya memang sengaja tak mengeluarkan suara. Ingin agar gadis itu sendiri yang menceritakan semua yang terjadi pada mereka.
"Sepertinya mood mu lebih baik dari pertama kali kita bertemu." Kalimat itu biasa, namun terdengar sadis di telinga Yokkuci. Ia sempat terdiam dengan tatapan kosong, namun secepatnya ia menormalkan perasaannya.
"Tidak baik bukan terus menerus dalam kesedihan?" dia balik bertanya pada Aditya yang menunjukkan smirknya.
"Jangan-jangan kau yang meminta ayahmu untuk menikah denganku?" tebak Aditya dengan lirikan tajam yang ia berikan pada gadis di sebelahnya.
Lagi-lagi Yokku terdiam. Tangannya meremas kuat sisi roknya. Mencoba menahan emosinya ketika dengan percaya diri Aditya menuduhnya.
Ia pikir, aku senang dijodohkan denganmu? Sial!
"Menurutmu?" kembali, Yokku mengembalikan pertanyaan pada Aditya. Sayangnya, lelaki itu tetap kukuh pada pendiriannya.
"Sudah ku duga. Dan kau tahu, karena kehendakmu itu..."
"Berhenti mengoceh!" sentak Yokku keras. "Terserah denganmu aku tidak peduli pendapatmu! Dan aku mohon, hargai keputusanku, juga..." dia menjeda kalimatnya. Menelan ludahnya berat, matanya yang semula berkilat kian menyayu, "Bekerjasamalah." Lirihnya.Kata terakhir yang diucapkan Yokkuci mampu membuat bibir Aditya bungkam. Ia merasakan sesuatu keanehan melihat dari ekspresi dan mendengar nada suara gadis itu saat mengatakan sederet perkataan yang tak sesuai degannya. Namun, segera ia abaikan pemikiran itu. Sekarang yang ia pikirkan, betapa bodohnya gadis itu di usia yang masih muda memutuskan untuk menikah, dengannya pula? Jadi apa rumah tangganya nanti!
__
Aditya dan Yoku tiba di kediaman keluarga Stanley. Sejak berakhirnya perbincangan mereka di taman, tak ada satupun dari mereka yang berbicara. Yoku yang semula ceria, kembali diam. Begitupula dengan Aditya, dalam pikirannya masih penasaran dengan langkah yang diambil gadis di sebelahnya itu. Apakah, Yoku hanya menjadikannya pelampiasan? Jika iya, ia harus bertindak.
"Tunggu!" Aditya mencekal pergelangan Yoku tiba-tiba. Gadis itu sedikit meringis, "Maaf." Sedikit tak enak, Aditya melepaskan cekalannya itu.
"Pikirkan ulang, aku tidak mau ada yang tersakiti nantinya. Karena, aku bahkan tak mencintaimu. Dan, aku pun tahu kalau ini hanya sebagai pelampiasanmu kan? Jadi, ku pikir kau juga tak mencintaiku. Baiklah, aku tidak akan marah, tapi ku mohon hentikan ini semua." Ditatapnya bola mata bulat di depannya, manik mata yang terkesan lelah itu.
"Jika aku mengatakannya, apa kau akan menarik perkataanmu barusan?" dengan suara yang lirih namun dalam, perkataan tersebut meluncur dengan halus dari bibir mungilnya.
"Hm?"
"Aku mencintaimu."
__Hello....apa kabar readers Our Marriage?? Masih setiakah dengan cerita ini..haha
oke, ditunggu vomen kalian yaw
Thanks and see you^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Marriage
RandomYokkuci Stanley, harus menerima keputusan ayahnya yang secara mendadak akan menikahkannya dengan seorang pria pilihannya. akibat kesalahannya dan rasa bersalah nya ia rela dengan keputusan yang sejujurnya berat diterima olehnya. siapa pria yang akan...