Yokku tercengang ketika indera pendengarannya menangkap samar-samar perbincangan antara Aditya dan ayahnya itu. ia tak menyangka kalau Adit berubah pikian secepat yang ia prediksikan. Entah mengapa perasaannya menjadi lega dan ... bahagia.
"Eh? Yokku? Masuklah, dia sudah menunggumu." Tampak biasa, calon ayah mertuanya itu menyuruhnya masuk ke dalam kamar putera tunggalnya.
"Makasih, Om." Balas Yokku sopan.
Yokku berjalan menuju ranjang dimana Adit berbaring. Raut wajh Aditya sedikit terkejut menyadari kedatangan Yokku. Tak lama bibirnya mengulas senyum kecil.
Menakjubkan
Satu hal yang tidak pernah Yokku liat adalah pria itu tersenyum manis kepadanya.
"Ada yang harus kita diskusikan." To the point, Adit membuka topik.
"Mengenai?" tanya Yokku pura-pura tidak tahu.
"Pernikahan kita."
Aditya menatap teduh Yokku yang sedikit kaku duduk di samping ranjangnya. Tapi tidak dirasa aneh oleh Aditya yang menurutnya, Yokku seringkali bersikap seperti itu ketika bersamanya.
"Apa itu?"
"Aku ingin mempercepat pernikahan kita. Minggu depan."
"Sungguh?"
Aditnya tidak menjawab, ia lebih menatap intens kedua mata gadis di sebelahnya yang tidak fokus memperhatikannya. Lebihpada menghindari kontak mata dengannya.
"Tapi, aku serius dengan pernikahan ini. niatku Bukan untuk menyelamatkanmu dari rasa bersalah terhadap keluargamu. Aku sungguh-sungguh ingin menjadikanmu isteri, pendamping hidupku serta ibu dari anak-anakku kelak." Ungkap Adit dengan intonasi rendah namun tegas. Tangannya bergerak menggeggam jemari Yokku.
"Mengapa bisa kau berubah pikiran secepat ini?" itulah pertanyaan yang membuat Yokku penasaran.
Aditya terkekeh kecil. Ia berusaha bangun kemudian bersandar pada kepala ranjang, dibantu oleh Yokku.
"Aku juga tidak tahu kenapa secepat ini." Adit melayangkan matanya untuk memandang bola mata jernih gadis yang sedang menunggu jawaban itu, "Jujur saja, perasaan itu mulai tumbuh ketika kau mengkhawatirkan kondisi kesehatanku saat sakit kemarin. Tapi aku masih menyangkalnya. Terlepas dari perkiraan bahwa mungkin semua kau lakukan karena membutuhkanku untuk menyelamatkanmu. Kali ini aku tidak peduli lagi, aku mulai mengakui perasaan aneh ini, aku mencintaimu. Aku merasa nyaman saat kau merawatku, ada bersamaku." Jelas Adit panjang tanpa jeda, bahkan di bibirnya selalu tersemat senyum kecil.
"Kau salah."
"Hm?"
Seketika tubuh Yokku berhambus memeluk Aditya, membuat kejut pada pria itu namun segera membalas pelukan calon isterinya itu. yokku diam sejenak, merasakan kenyamanan menyandarkan kepalanya di dada bidang Adit, serta mendengar degup jantung yang sama cepatnya dengan tempo detak jantungnya.
"Awalnya aku memang ingin memanfaatkanmu. Aku tidak peduli seberapa keras kau menolak pernikahan ini, aku bertekad untuk membuatmu jatuh dalam dekapanku. Aku mungkin menjadi jahat, jika benar kau telah memiliki seorang kekasih lalu aku merebutmu darinya. Setiap kali kau menolak, saat itu juga aku membulatkan tekad. Namun, setelah berpikir panjang mengapa usahaku untuk mendapatkanmu begitu berani dan ambisius sekali. padahal aku bisa memilih pria lain."
"Apa?" sentak Adit terkejut.
"Ternyata, setelah melalui perenungan. Aku benar-benar menyukaimu. Meskipun awalnya aku tidak memiliki rasa, tapi mengingat kau telah menyelamatkanku di peristiwa malam itu, tidak salah kan aku berpikir bisa bergantung padamu?"
"Sama sekali tidak salah. Kau tepat." Sahut Adit tepat.
Yokku terkekeh kecil mendengar jawaban Adit. Ia mendongakan kepalanya dan tersenyum lebar, sebelum bibirnya bergerak mengecup bibir Adit.
"Kau agresif juga." Kata Adit setelah Yokku mengecupnya singkat.
Merasakan Yokku hendak melepaskan diri dari pelukannya, dengan cepat Aditya menahan bahu gadis itu. membuat Yokku terbegong.
"Aku ingin lebih."
Belum juga Yokku menanggapi, Aditya membawa tangannya untuk merengkuh pipi Yokku dan memberikan ciuman yang lebih dalam dari sebelumnya. Yokku sedikit kualahan, namun akhirnya ia bisa menyesuaikan. Tubuhnya bahkan telah berpindah ke ranjang, dan berhadapan dengan tubuh Aditya, tidak lagi berada di kursi.
"Shh." Desis Yokku saat bibir Aditya kini telah mengeksplore leher jenjangnya, kedua pipinya masih direngkuh oleh tangan Adit. Sama-sama larut dalam kenikmatan, Yokku sama sekali tidak berontak atas apa yang dilakukan Adit. Gadis itu tampak pasrah dan mengeratkan cengramannya pada bahu pria tersebut.
"Hmh." Yokku mengernyitkan alisnya ketika merasakan tangan Adit mulai merambat ke bagian depan tubuhnya. Membuat tubuhnya menegak saat itu juga.
"Adithh." Serunya dengan nafas tersenggal, berusaha mengingatkan pria itu untuk tidak bergerak terlalu jauh. Sedangkan Adit, masih asyik menciumi lehernya ke kanan dan kiri.
"Akkh.." pekiknya saat adit berhasil menyentuh dan bergerak meremas bagian sensitive tubuh bagian depannya. teriakan Yokku barusan membuat Aditya berhenti dari semua aktivitasnya.
"Astaga! Aku lepas kendali. Maafkan aku." Aditya menjauhkan tubuhnya begitu saja, menyadari apayang telah ia lakukan pada Yokku.
"Kau harus segera menikahiku, Tuan." Ucap Yokku yang kini kembali memeluk tubuh tegang Aditya.
"Dengan senang hati."
__
Fyuhh... kebut banget ini habis ngelarn part 11 langsung part 12. Gimana sensasinya guys? Cukup yaa ? hehe, okelah, ditunggu vomennya dan se you :D
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Marriage
RandomYokkuci Stanley, harus menerima keputusan ayahnya yang secara mendadak akan menikahkannya dengan seorang pria pilihannya. akibat kesalahannya dan rasa bersalah nya ia rela dengan keputusan yang sejujurnya berat diterima olehnya. siapa pria yang akan...