Author POV
Seharian ini ia berada di ruang kesehatan kampus. Percuma ia mengikuti mata kuliah kalau pikirannya tidak disana. Ia perlu menenangkan diri dan mengembalikan konsentrasi yang hilang.
Ia berbaring pada kasur yang tersedia disana. Memandang keluar jendela yang menampilkan pepohonan dengan ranting menjalar namun tanpa ditumbuhi daun. Ruang kesehatan yang ia pakai itu memang berada di lantai lima, hingga ia bisa melihat ranting-ranting kering tanpa daun kesukaannya.
"Apa dia terlalu terbawa suasana saat aku menolongnya malam itu? Apakah perempuan semuanya seperti itu? Mudah jatuh cinta ketika seorang laki-laki memberi perhatian meski tak dikenal olehnya sebelumnya?" ia tampak menerka-nerka. Alisnya bertaut memikirkan pendapat lainnya.
"Kalau begitu, perasaan itu hanya bersifat sementara. Dia hanya melampiaskannya karena telah dikhianati kekasih kurang ajarnya itu? Oh, baru kali ini pria setampan diriku dijadikan pelampiasan." Ia tersenyum tak terima. Kini tatapannya mengecil dengan bibir menipis.
"Jika perasaan itu bersifat sementara, berarti akan mudah untuk dihilangkan juga. Oke, kali ini aku akan melakukan percobaan pertama." Dengan penuh semangat ia terbangun dari posisi berbaringnya.
__
Yoku terpisah bersama teman-temannya yang hendak mengikuti kegiatan mahasiswa, sedangkan ia akan menghabiskan waktu di perpustakaan. Jujur saja ia tidka tertarik dengan berbagai kegiatan yang disediakan kampus, baginya asal ia punya bekal untuk bersosialisasi tanpa mengikuti kegiatan itu ia akan bisa berorganisasi ketia terjun di masyarakat. karena itu, ia lebih mengutamakan ke bidang akademiknya.
"Ikut aku!" sedikit terkejut, lengan Yoku ditarik oleh Aditya yang entah datang darimana. Bahkan posisinya, gadis itu sedikit terseret dengan tubuh yang membelakangi Aditya.
"Heish! Lepasss!! Mau dibawa kemana? Ya Tuhan!"
"Hmmm." Dengan tiba-tiba Aditya melepas genggamannya. Membalik posisi Yoku kemudian kembali membawa pergi Yoku secara paksa.
__
"Belikan aku makanan itu."
"Apa? Tapi.."
"Tidak usah banyak berpikir, cepat belikan smeua macam jajanan yang ada disana!" dengan jengkel ia memberi sleembar uang dua puluh ribu kepada Yoku untuk membelikan jajanan yang berderet di depan sebuah SD. Jajanan yang sebenarnya tak pernah ia tengok. Hanya saja ia ingin mnegerjai gadis itu.
Aditya mengamati Yoku yang sedang berpindah dari satu pedagang ke pedagang lain untuk mendapatkan jajanan yang ia inginkan.
"Ini. Lagipula kenapa harus jajanan tidak higienis itu sih? Kau tahu, minyaknya saja berwarna coklat, penggorengan yang....hiii... ditambah lagi debu dari kendaraan yang lewat sana sini. Kau tidak merasa..."
Tidak pelru dijelaskan pun Aditya mengetahuinya. Jika tidak ada maksud tersleubung ia juga tidak akan membelinya.
"Aku ingin kau yang memakannya." Balas Aditya. Ia mengulurkan plastik berisi makanan itu pada Yoku.
"Ha?"
"Setelah mendengar penjelasanmu, aku jadi tidak bernafsu untuk memakannya. Kurasa akan mubazir jika aku membuangnya. Jadi, maukah kau memakannya untukku?" tanpa dosa Aditya menjulurkan plastic itu di depan wajah Yoku.
"Lelucon macam apa ini?" pekik Yoku mendorong plastic itu dengan tangannya.
"Jadi kau menolak? Hm, biasanya wanita akan menurut kalau orang yang dicintainya menyuruhnya untuk melakukan sesuatu. Sekalipun meminum racun."
"Hei, Tuan Aditya yang kekanak-kanakkan. Kau hidup di era apa?"
"Oke, berarti kau tidak mau? Baiklah, tidak ada salahnya kalau aku yang makan. Sesekali sakit karena makanan ini tidak apa-apa."
Tidak ada respon dari Yoku. Gadis itu memandang miris pada jajanan yang dikeluarkan Aditya dari plastic dan hendak dimakannya.
"S-stop! Ya, ya baiklah! Aku akan memakannya!"
Bodoh!. Batin Yoku.
Tapi, sewaktu SD ia juga pernah merasakan jajanan itu dan tidak ada masalah. Jadi kalau saat ini ia kembali mencicipi makanan itu, tidak masalah kan?, pikirnya.
"WOah.. apa itu artinya kau benar mencintaiku?"
Yoku tidak menjawab, ia sibuk melahap jajanannya.
Enak!
Telur gulung
Baso goreng
Baso ikan
Sosis, nugget, kentang
"Apa kau akan memakan semuanya?" dengan satu alis terangkat, Aditya memperhatikan cara makan Yoku yang sangat lahap.
"Ternyata, masih enak seperti saat SD dulu."
"Kau yakin, akan menghabiskannya?"
Yoku mengangguk cepat. Ia begitu menikmati smeua jajanan itu. Aditya yang melihat pun smepat meneguk air liurnya.
"Aku ingin."
Aditya mengambil satu telur gulung dan melahapnya sedikit demi sedikit hingga tusukan kedua ia memakannya sekali hap.
"Kenapa enak sekali?"
"Kau belum pernah memakannya?"
"Belum."
"Kalau begitu jangan memakannya."
"Kenapa?"
Aditya merasa tidak terima atas larangan Yoku padanya.
"Respon tubuhmu akan berbeda dengan orang yang sering atau pernah memakan makanan ini. Biasanya orang yang tidak pernah memakannya, mungkin akan sakit perut setelahnya."
"Aish, kau pikir aku pria manja apa. Makanan ini tidak akan mengalahkan kekebalan tubuhku."
"Bukan seperti itu..."
"Alahh.. sudahlah. Sisanya buatku." Aditya merebut makanan yang ada di tangan Yoku. Sedangkan gadis itu hanya bisa pasrah saja.
Semoga tidak terjadi hal buruk padanya.
__
Mungkin ada yang mikir, si adit kok udah tua kaya bocah banget. Gitu ngga?
Kalau iya, DC emang sengaja sih pengen ubah-ubah karakter dia. Bosen aja gitu kalau lempeng terus. Hehe. Yaa, semoga kalian suka yaa.. smeua DC lakukan cuman buat kesenangan readers..EAAAAAA *janganBAPER
Eh siapa juga yang kena BAPER nya DC ya.. hehehe.
Okelah ditunggu vomennya ya.. DC lagi mau fokus ama cerita satu ini dulu, jadi yang lain mungkin akan slow update hihi #evilsmirk
See you ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Marriage
RastgeleYokkuci Stanley, harus menerima keputusan ayahnya yang secara mendadak akan menikahkannya dengan seorang pria pilihannya. akibat kesalahannya dan rasa bersalah nya ia rela dengan keputusan yang sejujurnya berat diterima olehnya. siapa pria yang akan...